Chapter 6 - Chapter 5

Sudah hampir genap sebulan Kang Ryu bekerja di perusahaan milik Jeon Wonwoo. Kang Ryu berhasil mendekat pada anak manusia itu. Setiap hari ia menemani Jeon Wonwoo untuk melakukan inspeksi ke area konstruksi atau sekedar pertemuan dengan klien. Kang Ryu selalu menemaninya bersama Sekretaris Kwon.

Pria misterius yang memiliki aura aneh bernama Alex juga setiap hari Kang Ryu lihat keberadaannya di kantor. Entah dia hanya berdiam diri menunggu Jeon Wonwoo, entah itu hanya mengawasi gerak-gerik Jeon Wonwoo, atau sedikit berbincang-bincang dengan anak manusia itu. Sejujurnya, jika dilihat dari dekat, pria bernama Alex itu juga punya fitur wajah yang tak kalah sempurna. Ia sangat tampan jika dibandingkan ketampanan manusia biasa. Proporsi wajahnya sangat tidak manusiawi, lekuk tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung kaki terlihat sempurna. Kalau saja aura yang dimilikinya tidak seaneh ini, mungkin Kang Ryu tidak akan mempermasalahkannya. Kang Ryu sudah kelewat curiga dengan Alex.

"Semuanya berkumpulah." Jeon Wonwoo mengumpulkan para karyawan inti kantor presedir yang berjumlah lima orang itu. "Ada karyawan baru yang akan bergabung dengan tim. Pekerjaan kalian sudah kelewat banyak. Belum lagi belakangan ini projek semakin bertambah secara eksponensial. Aku banyak merepotkan kalian, terutama Asisten Kang." Jeon Wonwoo menatap Kang Ryu. "Jadi aku memutuskan untuk merekrut karyawan baru. Tolong perkenankan dia masuk Sekretaris Kwon."

Sekretaris Kwon berjalan untuk memanggil sang karyawan baru sembari memperbaiki kacamata yang merosot di batang hidungnya. Alangkah terkejutnya Kang Ryu ketika mendapati karyawan baru itu masuk ke dalam ruangan. Karyawan itu pun sama terkejutnya dengan Kang Ryu. Mereka saling menatap dan tersenyum.

"Asisten Yoon, silahkan perkenalkan dirimu." Jeon Wonwoo mempersilahkan karyawan baru itu untuk memperkenalkan dirinya.

"Perkenalkan aku Yoon Jeonghan, kedepannya akan bekerja bersama kalian di dalam tim. Mohon bimbingan dan kerja samanya." Dengan senyum ramahnya Yoon Jeonghan memberikan salam pada seluruh karyawan. Mereka pun menyambutnya dengan terbuka.

Kang Ryu masih belum percaya bahwa ia bertemu lagi dengan sang leukos yang menolongnya tempo hari di Daegu. Kang Ryu sebetulnya senang bisa bekerja bersama Yoon Jeonghan, terlebih perangai Yoon Jeonghan yang menurut Kang Ryu sangat baik dan hangat. Namun, disisi lain ia merasa khawatir dengan Jeon Wonwoo, terlalu banyak makhluk kuno disekelilingnya. Ia sudah mengetahui beberapa harimau yang menjadi karyawan perusahaan ini, ia bisa merasakan auranya. Belum lagi Alex yang misterius itu, semuanya terlihat mengkhawatirkan. Kang Ryu sendiri bertanya-tanya, apakah Jeon Wonwoo punya keistimewaan sehingga menarik para makhluk kuno untuk mendekat padanya, termasuk Kang Ryu yang berusaha menjadi karyawan terdekat Jeon Wonwoo.

Setelah seluruh karyawan membubarkan diri dan Jeon Wonwoo sudah memasuki ruangannya, pria gondrong bersurai blonde alias Yoon Jeonghan mendekati Kang Ryu. Ia tersenyum simpul pada sang argryros. Memperlihatkan gigi putihnya nan rapi.

"Apa yang kau lakukan disini Kang Ryu?" Yoon Jeonghan menyenggol tangan Kang Ryu dan bertanya sembari berbisik.

"Tentu saja aku sedang bekerja."

"Maksudmu menjaga anak manusia? Target manusiamu bekerja di perusahaan ini ya?" Tanya sang leukos penasaran.

"Apalagi kalau bukan itu. Memang hanya itu bukan alasan leukos untuk terjun ke dunia manusia?" Kang Ryu mengeluarkan alibinya. Padahal, ia juga tidak tahu apa yang ia lakukan di perusahaan ini. Yang ia tahu, ia sedang mencoba mendekat pada Jeon Wonwoo. Ia ingin menjaga anak manusia yang memiliki keindahan sempurna itu walaupun bukan tugasnya.

"Kau benar." Yoon Jeonghan menggaruk tengkuknya sembari tertawa canggung.

"Kau sendiri. Apa yang kau lakukan disini? Anak manusia yang harus kau jaga juga ada di tempat ini?" Kang Ryu bertanya balik pada seng leukos.

"Tidak. Aku disini karena diperintahkan bosku, sang melas."

Kang Ryu ingat sekarang, malam itu Yoon Jeonghan menolongnya bersama sang melas yang ia bilang adalah bosnya. Kang Ryu semakin penasaran, sebenarnya siapa pemilik wujud melas bermata pekat itu. Kang Ryu ingin menyampaikan terimakasihnya secara langsung. Namun, Jeonghan sepertinya menyembunyikan identitas sang melas. Ia hanya berkata bahwa ia tidak memiliki hak untuk memberitahukan identitas sang bos kepada orang lain.

"Yoon Jeonghan ikutlah denganku." Secara mengejutkan Alex datang ke ruangan kerja. Bukan hanya Kang Ryu dan Jeonghan yang terkejut. Seluruh karyawan di dalam ruangan juga ikut terperanjat dengan kedatangan Alex yang tiba-tiba.

"Baiklah." Yoon Jeonghan menunduk hormat pada Alex. Ia tidak berani menatap Alex karena sangat segan. Ia kemudian mengikuti langkah Alex dari belakang.

'Aneh. Semuanya terlihat aneh. Mengapa Yoon Jeonghan sehormat itu pada Alex?' batin Kang Ryu sembari melanjutkan pekerjaannya di komputer.

Brak… Tanpa sadar Kang Ryu memukul meja kerjanya. Tentunya hal tersebut memancing rekan kerjanya untuk menatap aneh pada Kang Ryu dan bertanya. Tapi Kang Ryu hanya tertawa canggung dan beralibi bahwa terlalu penat dengan pekerjaan. Alhasil, Kang Ryu mendapatkan banyak kata-kata semangat dari rekan kerjanya.

'Jangan-jangan. Alex adalah melas yang waktu itu menolongku, ia adalah bos dari Yoon Jeonghan. Aku harus bertanya secara lugas pada Alex.' Kang Ryu bangkit dari meja kerjanya. Ia segera izin pada rekannya kalau ia harus mengurus pekerjaannya di ruang divisi lain. Padahal, niatnya keluar adalah untuk mencari keberadaan Alex dan Yoon Jeonghan.

Kang Ryu sudah menemukan keberadaan kedua makhluk itu. Alex dan Yoon Jeonghan tengah berbincang di lobi perusahaan. Tapi ada yang janggal, Yoon Jeonghan berbincang dengan Alex dalam posisi berdiri sementara Alex dalam posisi duduknya nan angkuh. Yoon Jeonghan terlihat menunduk dan enggan menatap lawan bicaranya itu. Sesekali Yoon Jeonghan membungkuk penuh hormat pada Alex. Sungguh tidak Kang Ryu ragukan lagi bahwa sosok sang melas yang menjadi bos dari Yoon Jeonghan ini adalah Alex. Pantas saja selama ini Alex memiliki aura aneh, mungkin karena itu adalah aura melas. Kang Ryu kan belum pernah bertemu melas sebelumnya selain ayahnya, sehingga tidak hapal bagaimana aura yang dimiliki seorang melas. Kang Ryu pun memutuskan untuk mendekat pada mereka.

"Yoon Jeonghan-ssi." Sang leukos terkejut dengan kedatangan Kang Ryu. Ia sesekali mencuri pandang ke arah Alex seakan mengkhawatirkan pendapatnya tentang kedatangan Kang Ryu. "Kau kenapa sedaritadi menunduk terus? Apakah ada yang membuatmu terintimidasi?" Kang Ryu menatap tajam Alex. Yang ditatap hanya terkekeh kecil.

"Yoon Jeonghan, kembalilah pada pekerjaanmu. Aku harus berbicara pada nona ini." Yoon Jeonghan lagi-lagi membungkuk sopan pada Alex seolah memberikan penghormatan sebelum kembali menuju ruangannya. "Duduklah nona. Kau jangan menyalahpahamiku. Yoon Jeonghan sendiri yang bersikap segan padaku. Bukan aku yang menyuruhnya, padahal aku tidak mempermasalahkan jika ia bersikap santai padaku." Alex melipat tangannya di dada penuh keangkuhan.

"Kau yang terlihat mengintimidasi tuan."

"Ah iya, aku lupa memperkenalkan diri. Aku Alex.. mmmh, aku, ya, tentu saja aku bukan manusia." Ucap Alex yang tentu saja sudah Kang Ryu ketahui. Dari aura yang dimilikinya, sangat mustahil jika Alex adalah manusia.

"Aku tahu. Kau sang melas yang merupakan bosnya Yoon Jeonghan bukan?" Kang Ryu menaikkan alisnya sembari bertanya dengan nada datar pada Alex.

"Aku. Mmmh… tidak bisa dikatakan melas. Tapi… ya, lagi-lagi itu tergantung pandanganmu nona. Dan aku bukan bosnya Jeonghan, tapi, ya mungkin bisa dikatakan seperti itu." Entah apa yang dikatakan pria ini, sangat tidak jelas menurut Kang Ryu. Sudah jelas-jelas ia melas bosnya Jeonghan. Kalau bukan, mana mungkin Jeonghan bersikap sangat hormat seperti tadi.

"Tidak jelas." Kang Ryu menggerutu. "Apapun itu, aku ingin berterimakasih padamu karena sudah menolongku tempo hari di Daegu. Lukaku sudah pulih secara total."

"Seharusnya kau tidak berterimakasih padaku. Tapi, itu bukan masalah. Aku yang memberkatimu, sudah seharusnya kau berterimakasih padaku." Kang Ryu tidak habis pikir dengan perkataan pria ini, sangat tidak jelas. Lama-lama Kang Ryu bisa ikutan bodoh karena berbincang dengannya, lebih baik ia segera melarikan dirinya dari Alex.

"Kau ini makhluk terabsurd yang pernah aku temui." Kang Ryu mengerutkan keningnya saking takjub dengan ketidakjelasan gerak-gerik Alex.

"Apakah itu pujian? Aku akan menerimanya dengan baik nona harimau."

"Terserah padamu. Aku harus kembali bekerja." Kang Ryu beranjak dari duduknya hendak meninggalkan Alex.

"Asisten Kang. Kau disini? Aku mencarimu." Jeon Wonwoo datang mendekat pada Kang Ryu. Tiba-tiba suasana hati Kang Ryu yang dibuat turun karena berbincang dengan Alex kembali meningkat. Jeon Wonwoo memang selalu berhasil membuat suasana hati Kang Ryu membaik hanya dengan melihat eksistensinya. "Alex? Kau lagi-lagi kemari?" Jeon Wonwoo memandang Alex dengan tatapan heran. Mungkin ia juga sudah muak dengan ketidakjelasan Alex yang Kang Ryu baru tahu tadi.

"Aku hanya ingin melihatmu. Aku berbincang sedikit dengan karyawan-karyawanmu ini. Aku pergi dulu Jeon Wonwoo." Alex menyeringai. Ia menepuk pundak Jeon Wonwoo dan melenggang pergi.

"Dimana kau mengenalnya Presedir Jeon? Ia sangat absurd." Kang Ryu mengelus lengannya yang merinding akibat gerak-gerik Alex.

"Jangan berkata yang macam-macam tentangnya, nanti ia mendengarmu." Jeon Wonwoo mengacak rambut Kang Ryu lembut. 'Tunggu. Apa maksud dari Jeon Wonwoo? Apakah ia tahu bahwa Alex bukan manusia?'

"Temani aku untuk mengecek area konstruksi di distrik Gangnam, Asisten Kang. Sekretaris Kwon kali ini tidak bisa ikut dengan kita. Aku menitipkan sebagian pekerjaanku padanya dan Jeonghan."

"Baiklah Presedir."

"Diluar kantor, kau bisa memanggilku seperti biasa. Aku lebih suka kau memanggilku tanpa embel-embel formalitas. Hanya dengan sebutan, Jeon Wonwoo." Jeon Wonwoo tersenyum jahil kemudian berjalan mendahului Kang Ryu yang masih terdiam takjub dengan ketampanan pria itu. Senyumnya berhasil membuat hati dingin argyros milik Kang Ryu melunak.

'Apakah ini yang dijelaskan oleh Paman Buffon dahulu? Perasaan tak ingin jauh, perasaan ingin memiliki, perasaan ingin melindungi, perasaan terpesona, perasaan bahagia, apakah ini bagian dari emosi yang disebut Cinta?' Kang Ryu memegang dadanya. Ia bisa merasakan detakan jantung argyrosnya yang mulai mempercepat lajunya tanpa izin. 'Tapi apakah emosi ini benar dan boleh terjadi? Aku adalah sang argyros yang dilahirkan dengan takdir tak terdefinisi. Takdir mengenaskan bisa saja mendatangiku. Apakah pantas aku memiliki emosi seperti ini pada manusia sempurna sperti Jeon Wonwoo? Wujud fana yang membuatku merasa terikat olehnya. Apakah mungkin jika argyros sepertiku menyimpan emosi ini untuk seorang manusia fana?'

~

"Kang Ryu. Maaf aku sudah banyak merepotkanmu, padahal kau baru satu bulan bekerja. Tapi, pekerjaanmu sudah menumpuk." Jeon Wonwoo yang tengah menyetir membuka pembicaraan dengan Kang Ryu.

"Bukankah itu memang tujuanmu menggaji seorang karyawan? Untuk apa kau meminta maaf? Lebih baik kau naikkan saja gajiku." Balas Kang Ryu yang menghantarkan pada tawa kecil sang pria tampan.

"Baiklah. Aku akan menaikkan gajimu bulan depan. Plus menambahkan bonus perjalanan kerja."

"Asik." Kang Ryu menyeringai. Padahal gaji-menggaji itu bukan masalah besar bagi Kang Ryu, tidak digaji pun ia tidak apa-apa. Tetapi, agar lebih manusiawi, Kang Ryu ikut bermain peran dengannya. "Kau jangan menganggapku wanita yang materialistis ya setelah ini." Kang Ryu tersenyum.

"Tidak masalah. Bagaimana pun kau, Aku tetap suka. Kau tipeku." Mendengar kalimat Jeon Wonwoo Kang Ryu lantas terbatuk. Apa-apaan anak manusia yang satu ini, ia baru saja membuat keadaan hati seorang argyros nan perkasa menjadi tidak menentu.

"Kau ini bicara apa Jeon Wonwoo. Fokuslah menyetir." Jeon Wonwoo hanya tersenyum mendengar kalimat Kang Ryu.

"Aku sudah berkali-kali bekata padamu Kang Ryu. Kau ternyata bukan wanita yang peka." Jeon Wonwoo tiba-tiba saja meminggirkan mobilnya. Hal tersebut lantas membuat Kang Ryu terheran.

"Apa maksudmu?"

"Aku menyukaimu nona Kang Ryu, tidak bukan hanya suka, rasa ini sudah berubah menjadi cinta. Sejak pertama kali aku melihatmu di seminar itu, aku rasa ada yang berbeda darimu. Aku memiliki firasat bahwa kau adalah wanita yang ditakdirkan untukku."

Kang Ryu mengerjapkan matanya berkali-kali khawatir ini adalah ilusi yang dibuat salah seorang makhluk kuno untuk mengelabuinya. Kang Ryu mencoba memejamkan matanya untuk memastikan energi makhluk kuno disekitarnya. Tapi, ia tidak merasakan sadikitpun energi lain. Ketika ia membuka kembali matanya, ia hanya mendapati wajah tampan Jeon Wonwoo yang tengah tersenyum memerhatikannya.

"Asisten Kang? Kau mendengar perkataanku bukan?"

Tentu saja. Kang Ryu sangat mendengar dengan jelas perkataan Jeon Wonwoo yang bahkan terputar kembali diotaknya dengan adegan yang diperlambat. Kang Ryu bingung harus berkata apa pada Jeon Wonwoo. Kang Ryu memang memiliki emosi yang biasa disebut cinta itu terhadap Jeon Wonwoo, tapi apakah ia boleh mendapatkan semua ini. Kang Ryu hanyalah seorang argyros yang kelahirannya sangat dihindari oleh seluruh makhluk. Apakah ia boleh egois sebelum takdir mengenaskan mendatanginya? Apakah ia boleh sedikit merasakan bahagia sebelum kembali menelisik benang-benang takdir yang ditorehkan untuknya?

"Tapi kenapa? Tak ada yang istimewa dariku. Aku hanya gadis biasa yang bahkan bisa saja memegang takdir yang mengenaskan." Kang Ryu memalingkan pandangannya dari Jeon Wonwoo. Ia menatap kosong ke arah jalanan melalui kaca jendela sedan yang tengah mereka tumpangi. "Kau ini pria hebat Jeon Wonwoo."

"Dimataku kau bukan gadis biasa, Ryu. Segala keindahan yang selama ini aku cari eksistensinya ada padamu. Perasaan ini datang tiba-tiba, Ryu. Akupun tidak bisa mengelaknya. Mungkin saja dewi Aprodhite yang menakdirkanku untuk jatuh padamu." Jeon Wonwoo berkata dengan nada yang tenang bak hembusan angin yang meniup dengan perlahan.

'Apakah ini sebabnya kau ditakdirkan untuk menjemput ajalmu tahun depan Jeon Wonwoo?' Seketika Kang Ryu teringat dengan takdir Jeon Wonwoo yang tertulis pada perkamen yang ditukar oleh Artemis tempo hari. 'Karena kau jatuh padaku. Apakah takdirmu itu juga karena aku? Apakah aku menularkan takdir mengenaskanku padamu Jeon Wonwoo?' Kang Ryu semakin terlelap dengan pikirannya. Ia sudah terlanjur menaruh perasaan pada anak manusia dihadapannya. Sayang seribu sayang itu merupakan hal yang mustahil diantara mereka.

"Aku tidak bisa bersamamu. Kau tidak tahu asal usulku Jeon Wonwoo. Duniaku jauh berbeda dengan dunia yang kau tinggali." Kang Ryu menundukkan kepalanya.

"Kalau kita tidak bisa bersama? Lalu mengapa kau mendekat padaku, Ryu? Aku sudah terlanjur jatuh padamu."

Kalimat Jeon Wonwoo kali ini berhasil membuat Kang Ryu merasa bersalah. Memang benar bahwa Kang Ryu lah yang mendekati Jeon Wonwoo karena rasa penasarannya. Lama-kelamaan rasa itu tumbuh menjadi cinta di hati Kang Ryu. Tapi Kang Ryu menyadari bahwa semuanya itu tidak mungkin. Ia tidak pernah memikirkan bahwa Jeon Wonwoo juga bisa jatuh padanya.

"Aku akan menjauh darimu. Maafkan aku." Kang Ryu lantas keluar dari mobil sedan mereka yang sudah terparkir di pinggir jalan itu.

Jeon Wonwoo tidak mencoba menahan wanita yang ia cintai itu. Jeon Wonwoo tidak mau memperkeruh keadaan. Ia sedikit menyesali ungkapannya pada Kang Ryu barusan, seharusnya ia tidak mengatakannya. Tapi bagaimana lagi, Jeon Wonwoo tidak bisa menahan perasaan yang sudah terlanjur muncul dalam dirinya. Ia hanya menyandarkan kepalanya pada stir mobil dan memejamkan matanya dengan pikirannya yang masih berantakan bak benang kusut.

~

"Aaa…" Xu Rui Qi berteriak saking terkejutnya hingga ia harus terjatuh dari atas pohon. Untungnya Xu Rui Qi jatuh dengan kakinya sebagai penumpu. Tidak seperti tempo hari, ia jatuh dengan wajahnya yang terlebih dahulu bercumbu mesra dengan tanah. "Kau hobi sekali membuatku jatuh dari batang pohon, Ryu." Xu Rui Qi menahan diri untuk tidak mengumpati sahabat karibnya itu. Saat menatap wajahnya, Xu Rui Qi mendapati kesedihan yang masih terlihat dari mata sang argyros. Xu Rui Qi berpikir, apakah kawannya ini belum melupakan permasalahan yang ia ceritakan kemarin.

"Wah. Baguslah, kali ini Jang Kiha memerhatikan gurunya dengan seksama. Anak itu menjadi lebih baik." Ucap Kang Ryu yang memerhatikan gerak-gerik Jang Kiha dan Kang Haneul yang sedang belajar di dalam kelas dari atas batang pohon yang ia duduki.

"Sepertinya ancamanmu padanya sangat berpengaruh, Ryu." Xu Rui Qi kembali memanjat ke atas pohon dan duduk di batang pohon bersebelahan dengan Kang Ryu.

"Apakah aku akan menularkan takdir mengenaskanku pada kedua anak itu Rui Qi? Aku tidak ingin mereka ikut terjerat dengan takdir burukku." Kang Ryu menatap sendu kedua anak manusia yang dijaganya itu.

"Tidak akan Ryu. Kau sudah lihat sendiri bukan bagaimana cara mereka menjemput ajalnya? Mereka akan menjemput ajalnya dengan bahagia tanpa penyesalan." Xu Rui Qi mencoba menenangkan sahabat karibnya yang ia tahu sedang dalam kondisi tidak stabil.

"Aku harap begitu. Aku harap mereka bisa merajut kisah cinta mereka dengan bahagia hingga ajal menjemput." Kang Ryu memaksakan senyumnya untuk keluar.

"Aku juga iri. Andai saja aku menemukan seorang harimau yang bersedia menjadi pasangan hidupku dan menjalin kisah cinta yang manis. Sungguh akan bahagia hidupku." Xu Rui Qi memejamkan matanya seolah berhalusinasi akan kehadiran sang harimau pasangan hidupnya.

"Jangan bermimpi di siang bolong leukos lemah." Kang Ryu memukul dahi Xu Rui Qi lumayan keras hingga membuatnya hampir terhuyung jatuh dari pohon. Untung saja Xu Rui Qi dengan sigap mencengkram lengan Kang Ryu sehingga ia tidak jadi terjatuh.

"Kang Ryu. Apakah hobimu hanya membuatku terjatuh dari pohon?" Xu Rui Qi mengerutkan dahinya karena kesal.

"Xu Rui Qi. Apakah kau pernah mendengar kisah cinta antara manusia dan makhluk kuno seperti kita?" Kang Ryu membuka pembicaraan ke arah tersebut. Xu Rui Qi lantas mengangguk.

"Hanya ada satu kisah yang aku tahu. Kisah Loisa, sang wanita panglima perang Raja Leonidas, dan harimau melas bernama gē̂. Itupun bukan kisah yang menyenangkan untuk didengar." Xu Rui Qi menghela napasnya panjang. Jika ia mengingat kisah yang dijelaskan oleh gurunya saat ia masih belajar di perkemahan surya di wilayah notus, ia menjadi sedih, ia tak ingin mengingatnya. Tentu saja, hati sang leukos terlalu melankolis untuk mengetahui kisah cinta sang manusia fana dan harimau melas itu. "Untuk apa kau bertanya, Ryu? Memangnya kau sedang jatuh cinta pada seorang manusia fana?" Ucap Xu Rui Qi dengan nada mengejek. Xu Rui Qi beranggapan bahwa tidak mungkin sang argyros nan perkasa disampingnya ini bisa jatuh hati pada manusia fana yang lemah.

"Mungkin." Ucap Kang Ryu singkat. Apa ini? Kang Ryu tidak mengelaknya, pikir Xu Rui Qi. "Lebih baik kau ceritakan kisahnya padaku kawan. Lagipula, menunggu kedua anak nakal itu hingga pulang sekolah masih membutuhkan waktu beberapa jam lagi." Desak Kang Ryu. Xu Rui Qi mengangguk pasrah.

"Aku tidak hapal bagaimana detailnya. Kau tahu aku ini bukan pelajar yang baik saat masih di perkemahan surya. Aku termasuk murid bodoh karena tidak pernah memerhatikan guruku. Tapi aku hanya ingat sekilas bahwa takdir mereka cukup mengenaskan. Suatu hal yang tabu untuk makhluk kuno seperti kita menjalin cinta dengan manusia fana, tubuh lemah dan takdir manusia fana tidak memiliki cukup ruang untuk menampung energi kuno beserta takdirnya. Takdir yang tertoreh untuk makhluk kuno lebih rumit dibandingkan takdir manusia fana, jika takdir mereka harus dikaitkan, kepedihanlah yang akan mendatangi. Itulah yang dikatakan guruku." Xu Rui Qi menghela napas sebelum melanjutkan ceritanya.

"Loisa dan gē̂ bersikeras untuk menentang takdir itu. Mereka percaya bahwa kekuatan cinta bisa menandingi segalanya. Entah bagaimana detailnya, sungguh aku sudah lupa, tapi mereka berdua berbagi takdir masing-masing. Awalnya, hubungan mereka cukup sempurna, layaknya pasangan yang saling mencintai pada umumnya. Namun, tiba saat dimana Loisa harus membunuh gē̂ sang melas karena perintah Raja Leonidas demi keselamatan rakyatnya. Nyawa gē̂ akan dipersembahkan pada Dewi Athena sebagai hadiah perang. Loisa tentu menolak permintaan sang Raja untuk membunuh kekasihnya sendiri, tapi, memang benar bahwa gē̂ sang melas sering datang ke area istana untuk membunuh rakyat Raja Leonidas. Hal itu gē̂ lakukan untuk anggota klannya yang membutuhkan darah manusia sebagai bahan dasar ramuan agar bisa bertahan hidup tanpa asupan pangan. Sebagai pimpinan klan, gē̂ harus berkorban melakukan itu, ia tidak bisa melihat anggota klannya mati kelaparan karena tinggal jauh dari sumber pangan. Disisi lain Loisa juga tidak bisa membiarkan rakyat yang menjadi tanggung jawabnya dibunuh oleh gē̂ demi klan harimau. Oleh karena itu, dengan berat hati, Loisa menyetujui perintah sang raja. Loisa terlibat pertarungan hebat dengan gē̂ sang kekasih yang dicintainya, mereka akhirnya saling membunuh di area peperangan. Loisa terbunuh karena cakaran dan gigitan gē̂, sementara gē̂ terbunuuh akibat pedang emas imperial Loisa yang sudah terkenal bisa membawa para makhluk kuno menjemput ajalnya. Takdir mereka cukup menyedihkan, makhluk kuno tidak bisa menjalin hubungan dengan manusia fana, Ryu." Xu Rui Qi menahan matanya yang sudah ingin mengeluarkan air mata. Hati lembutnya tidak bisa menampung kisah menyedihkan ini.

"Aku paham Rui Qi. Aku sudah memutusakan untuk menjauh." Ucap Kang Ryu yang membuat Xu Rui Qi membuka mulutnya lebar karena terkejut.

"Jadi kau benar-benar jatuh hati pada manusia fana? Yang benar saja, Ryu?" Xu Rui Qi berbicara dengan volume yang sedikit keras.

"Diamlah Xu Rui Qi." Kang Ryu menutup mulut Xu Rui Qi dengan tangannya. "Jika kau terlalu keras para manusia fana itu akan mendengarmu bodoh."

"Maafkan aku. Tapi, kapan Ryu?" Xu Rui Qi menyingkirkan tangan Kang Ryu yang membekap mulutnya. "Ahh… apakah itu sebabnya kau bekerja di dunia manusia selama satu bulan penuh? Karena kau tertarik dengan manusia?" Pertanyaan Xu Rui Qi ditanggapi dengan anggukan pelan oleh Kang Ryu.

"Aku yang salah. Bagaimana bisa aku jatuh hati pada seorang manusia fana. Dan lagi, aku tidak menyangka manusia itu memiliki perasaan yang sama denganku. Aku sangat bodoh. Aku tidak berhak jatuh hati pada satu makhluk pun di dunia ini bukan? Karena takdirku yang sangat rumit jika harus dibandingkan dengan makhluk lain." Kang Ryu menatap kosong ke arah dahan-dahan pohon.

"Kang Ryu. Semua makhluk berhak untuk dicintai dan mencintai. Perkataanmu membuatku sedih." Xu Rui Qi menegur sahabat karibnya itu.

"Aku hanya berbicara tentang kenyataan, Rui Qi." Kang Ryu menghela napasnya berat. "Sudahlah, lupakan saja. Biarkan ini menjadi urusanku, aku tidak ingin kau ikut pusing karena terjerat dengan permasalahanku." Kang Ryu menggibaskan tangannya di udara.

"Baiklah jika itu maumu. Kalau begitu biarkan aku tertidur sembari menunggu dua anak nakal itu selesai dengan sekolahnya." Xu Rui Qi langsung saja tanggap mengambil posisi telentang di atas batang pohon. Kang Ryu yang melihatnya hanya menggeleng takjub. Sungguh Xu Rui Qi adalah harimau paling banyak tidur yang pernah Kang Ryu temui.

Tepat satu jam Kang Ryu memerhatikan kedua anak nakal itu yang sekarang tengah merapikan barangnya kedalam tas. Jang Kiha sedikit mengedarkan pandangannya kearah dahan pohon mencari eksistensi kedua wanita harimau penjaganya itu. Jang Kiha tersenyum simpul ketika matanya berhasil bertemu tatap dengan Kang Ryu. Ia lantas menarik tangan Kang Haneul untuk segera keluar dari kelasnya dan menghampiri kedua harimau yang sedang bertanggar diatas pohon.

"Jangan berlari Kiha-yah kau bisa jatuh. Kalau kau luka kita semua akan repot." Ucap Kang Ryu yang baru saja lompat untuk mendaratkan kakinya di tanah dari atas batang pohon.

"Aku rindu kakak Ryu. Kakak Ryu selalu saja sibuk dengan pekerjaan di kantor, jarang sekali menemui kami. Kami hanya bertemu dengan Kakak Xu yang sangat membosankan setiap hari." Jang Kiha langsung memeluk tubuh manusia Kang Ryu.

"Ekhem…" Kang Haneul melepaskan pelukan Jang Kiha untuk Kang Ryu. "Jangan berlama-lama memeluk Kakak Ryu. Aku juga merindukannya." Kang Haneul yang berucap dengan nada datar berhasil membuat Kang Ryu tertawa. Anak lelaki yang satu ini memang terlihat dingin diluar, tetapi hangat didalam. Jika Kang Ryu tidak salah ingat, sebutan modern yang tepat untuk menyebutnya adalah tsundere. Betul bukan?

"Apakah kau juga ingin memelukku, Kang Haneul?" Kang Ryu merentangkan tangannya seolah mengajak Haneul untuk masuk kedalam dekapannya.

"Tidak. Aku bukan Jang Kiha yang manja dan lemah." Lagi-lagi perkataan dingin dari Kang Haneul berhasil menghibur sang argyros.

"Kau bilang aku manja dan lemah? Kau ini tidak boleh asal berucap, Kang Haneul." Jang Kiha mencebikkan bibirnya karena kesal. Alisnya pun terpaut menjadi satu yang menandakan bahwa ia sedang merajuk.

"Bukan begitu maksudku Kiha-yah. Aku hanya mengatakan bahwa aku ini lelaki kuat yang bisa melindungimu. Aku tidak butuh pelukan dari nona argyros ini, karena pelukanku hanya untukmu." Kang Haneul menatap Jang Kiha dengan tatapan teduh. Sungguh merepresentasikan bagaimana kedua anak nakal ini sedang kasmaran.

"Jangan begitu Kang Haneul. Aku malu." Jang Kiha menundukkan wajahnya untuk menyembunyikan rona merah yang datang tanpa permisi dipipinya.

"Ahhh… Ryu, aku rasanya ingin menangis saja." Xu Rui Qi yang baru terbangun dari tidur lelapnya berucap sembari melompat dari batang pohon. "Setiap hari aku harus melihat pemandangan ini. Dianggap seperti tidak ada oleh mereka. Untunglah kali ini aku bersama denganmu." Xu Rui Qi menautkan tangannya di lengan Kang Ryu.

"Menjauhlah bodoh. Aku jelas harimau normal. Aku suka pria." Kang Ryu menatap sengit sahabat karibnya sembari menoyor dahi sang leukos. Xu Rui Qi yang menerima toyoran dari sahabatnya tertawa hebat sembari memegang perutnya.

"Kau pikir aku tidak normal? Kau sudah gila. Aku hanya berkata padamu bahwa aku lelah menjadi penikmat ketiga diantara hubungan kedua anak nakal yang sedang kasmaran ini. Ditambah lagi mereka yang tidak pernah mendengar satupun ucapanku. Membuatku naik darah saja." Xu Rui Qi mendengus sembari menolehkan pandangannya pada Jang Kiha dan Kang Haneul.

"Bilang saja kau iri Kakak Xu. Jang Kiha memilkiku untuk menjalin kisah dengannya. Sementara, kau harimau lajang yang tak kunjung mendapat pasangan. Bahkan usiamu sudah empat puluh tiga tahun bukan?" Kang Haneul terkekeh seolah mengejek Xu Rui Qi adalah hiburan tersendiri baginya.

"Kang Haneul. Sudahlah, kita sepertinya terlalu sering membuat Kakak Xu marah." Jang Kiha menarik lembut tangan Kang Haneul yang masih tersenyum miring pada Xu Rui Qi.

"Baiklah. Maafkan aku tuan putri." Kang Haneul mengusak surai rambut Jang Kiha.

"Jangan panggil aku tuan putri, Haneul. Aku ini lelaki." Jang Kiha kembali merajuk.

"Aishhh… kalian ini. Bisakah kalian berhenti? Apakah kalian tidak melihat kami disini?" Xu Rui Qi segera menarik Jang Kiha untuk berdiri dibelakangnya. "Saat ini, kau tidak boleh mendekatinya. Aku akan menjaganya." Xu Rui Qi memainkan telunjuknya didepan wajah Kang Haneul. "Kiha-yah, berpegangan eratlah padaku. Aku akan membawamu ke griya tawang."

Jang Kiha menuruti perkataan sang leukos untuk berpegangan erat padanya. Sang leukos pun melesat dengan kecepatan angin sembari membawa Jang Kiha. Kang Haneul berdecak sebal karena manusia manis miliknya diboyong pergi oleh wanita harimau putih yang sering beradu mulut dengannya. Ia menendang kerikil-kerikil kecil yang ada dihadapannya sembari mengumpat. Kang Ryu yang melihat kelakuan anak nakal nan dingin itu hanya tersenyum tipis. Kisah mereka berdua membuat Kang Ryu teringat pada anak manusia yang sedang coba ia lupakan, Jeon Wonwoo.

"Kakak Ryu. Apakah kakak tidak akan membawaku ke griya tawang? Kau malah melamun." Kang Haneul menggoyangkan lengan sang argyros.

"Kalian sudah izin pada kedua orang tua kalian bukan untuk menginap di kediamanku?" Kang Ryu menaikkan alisnya sembari bertanya.

"Tentu saja sudah. Cepatlah Kakak Ryu, aku khawatir Jang Kiha akan diterkam oleh leukos menyebalkan itu." Kalimat Kang Haneul berhasil membuat Kang Ryu terkekeh.

"Baiklah. Berpegangan eratlah padaku."

Setelah memastikan Kang Haneul sudah mengeratkan pegangannya, sang argyros melesat untuk kembali ke kediamannya.