Chapter 7 - Chapter 6

Kedua anak manusia beserta sang leukos sahabat karib dari Kang Ryu tengah asik menggerakkan tangannya lincah pada konsol game. Sang leukos yang belum pernah mencoba barang modern itu tampak sangat menikmati aktivitasnya. Sesekali ia tampak mengumpat karena kalah telak oleh Kang Haneul dan Jang Kiha. Ditambah lagi kedua anak nakal itu yang secara bergantian menggoda kepayahan sang leukos dalam bermain, membuat umpatan Xu Rui Qi semakin meluas.

Kang Ryu yang tidak tertarik untuk mencampuri kegiatan mereka bertiga memisahkan diri ke area balkon griya tawang mewahnya. Kang Ryu terhanyut dalam pikirannya sembari menikmati langit petang. Jika Kang Ryu pikirkan lagi mengenai takdirnya yang abu-abu, ia menjadi putus asa akan kehidupannya. Ia tidak pernah sekalipun menginginkan terlahir sebagai seorang argyros nan berbahaya. Ia berpikir bahwa akan lebih baik untuknya jika dalam waktu dekat Dewa Hades mencabut nyawanya langsung dan membawanya ke dunia bawah. Ia akan berusaha sebaik mungkin di penghakiman dunia bawah agar bisa terlahir kembali dengan wujud yang berbeda, hanya menjadi manusia fana pun tidak masalah baginya. Beban yang dipikulnya sebagai argyros cukup membuatnya kalang kabut setiap hari. Hidup gusar karena memikirkan kalau-kalau para tetua dan petinggi klan mengetahui eksistensinya dan menghakiminya tanpa ampun.

Ting tong. Bel griya tawang Kang Ryu yang berbunyi menandakan bahwa seseorang datang mengunjungi griya tawangnya. Kang Ryu sendiri bingung, siapa yang menekan bel tersebut. Ia tidak memiliki kenalan manusia fana yang tahu kediamannya selain Kang Haneul dan Jang Kiha. Ia lebih banyak mengenal para makhluk kuno yang biasanya akan datang melesat melalui balkon kediamannya, tidak melewati jalur yang manusiawi.

"Apakah kalian memesan sesuatu?" Kang Ryu bertanya pada Jang Kiha dan Kang Haneul yang masih asik pada permainannya. Kang Ryu mengira kedua anak lelaki yang lapar ini memesan makanan menggunakan layanan pesan antar. Nyatanya, mereka berdua menggeleng. Xu Rui Qi hanya menggibas-gibaskan tangannya sebagai isyarat agar Kang Ryu membuka pintunya.

Kang Ryu berjalan ke arah pintu griya tawangnya. Ia tidak berniat untuk mengintip siapa yang datang melalui kamera pintu. Kang Ryu memutuskan untuk langsung membuka pintunya saja, toh mereka pasti manusia fana, mereka tidak akan bisa berbuat macam-macam pada sang argyros. Kang Ryu mulai menekan gagang pintu dan membukanya. Dibalik pintu, terlihat eksistensi dua pria tampan yang menuai senyuman pada Kang Ryu. Kedatangan mereka tentu saja membuat Kang Ryu begitu terperangah. Bagaimana tidak, salah satu diantara kedua pria ini adalah orang yang sedang Kang Ryu coba untuk jauhi, Jeon Wonwoo.

"Asisten Kang. Apakah kedatangan kami menganggu waktumu?" Jeon Wonwoo membuka suara. Kang Ryu yang masih terperangah tidak menjawab pertanyaannya.

"Kang Ryu? Apakah kau sedang sakit sehingga kau tidak fokus seperti ini?" Yoon Jeonghan menggibaskan tangannya untuk menyadarkan Kang Ryu.

"Eoh?" Kang Ryu masih belum bisa mengontrol dirinya saking terkejutnya ia.

"Kakak Ryu. Kenapa berlama-lama didepan pintu?" Jang Kiha yang datang menghampiri Kang Ryu menatap heran sang argyros. Tidak biasanya Kakak Ryu yang dingin dan tegas menjadi gelagapan saat menerima tamu. "Apakah kalian rekan kerja Kakak Ryu? Masuklah terlebih dahulu." Jang Kiha tersenyum pada mereka dan mempersilahkan Jeon Wonwoo dan Yoon Jeonghan masuk. "Kakak Ryu, kau jangan diam saja disana. Bukankah rekanmu datang untuk menemuimu?"

"Eh.. iya." Kang Ryu menyusul Jang Kiha ke ruang tamu. "Duduklah terlebih dahulu, mohon maaf jika kediamanku sedikit ramai." Ucap Kang Ryu yang sedaritadi mendengar suara Xu Rui Qi dan Kang Haneul yang berteriak karena video game yang sedang mereka mainkan.

"Tidak masalah. Kediamanmu terasa sangat hidup dan hangat, Asisten Kang." Jeon Wonwoo mendudukkan dirinya di sofa, diikuti dengan Yoon Jeonghan.

"Kakak Ryu, jika kau harus membicarakan pekerjaanmu, aku akan menyampaikan pada mereka agar tidak berisik." Jang Kiha berbisik pada Kang Ryu.

"Tidak apa. Kau kembali bermain saja, jangan khawatirkan kami. Aku rasa berisiknya kalian tidak akan menganggu pekerjaanku." Jawab Kang Ryu yang juga turut berbisik. Ia tersenyum dan mengusak rambut anak lelaki manis itu. Yang diusak lantas menampilkan gigi putih nan rapinya untuk membalas senyuman Kang Ryu.

"Kalau begitu aku kembali bermain, Kakak Ryu." Jang Kiha kembali pada aktivitasnya bermain game bersama Xu Rui Qi dan Kang Haneul di ruang tengah.

"Siapa anak lelaki itu Kang Ryu?" Yoon Jeonghan angkat bicara.

"Ah.. dia targe--… maksudku adik sepupuku." Hampir saja Kang Ryu kelepasan. Jika Yoon Jeonghan yang mendengarnya bukan masalah, tapi jika Jeon Wonwoo, pasti akan bingung dengan apa yang dikatakan oleh Kang Ryu.

"Dia sangat sopan dan manis." Jeon Wonwoo mengangguk pelan.

"Terimakasih atas pujiannya pada adikku." Kang Ryu bingung harus bereaksi seperti apa. "Jadi… apakah Presedir Jeon ingin membicarakan pekerjaan kita yang sempat tertunda?" Kang Ryu berusaha menetralkan ketegangannya, ia tak ingin mengingat pernyataan Jeon Wonwoo akan perasaan padanya siang tadi.

"Kau benar. Aku kemari untuk mengantarkan berkas yang harus kau kerjakan, mengingat siang tadi kau langsung beranjak begitu saja." Jeon Wonwoo menyodorkan berkas tersebut pada Kang Ryu. "Aku juga ingin meminta maaf secara langsung padamu untuk persoalan siang tadi. Tidak seharusnya aku membuat hubungan kerja kita longgar. Aku tidak bisa kehilangan karyawan handal sepertimu." Jeon Wonwoo menyelesaikan kalimatnya dengan memasang wajah serius.

Sungguh perasaan Kang Ryu memang tidak bisa dibohongi. Sang argyros sedikitnya merasa kecewa karena Jeon Wonwoo harus meminta maaf padanya karena telah menyimpan perasaan untuk Kang Ryu. Padahal, Kang Ryu sendiri juga memiliki perasaan yang sama. Kang Ryu hanya tidak ingin merusak takdir anak manusia nan tampan itu.

"Tidak masalah. Aku juga meminta maaf padamu, Presedir Jeon." Ucap Kang Ryu sembari membuka berkas-berkas yang Jeon Wonwoo berikan.

"Berkas ini sangat penting, harus selesai hari ini juga, karyawan lain sudah aku bebankan tugas lain. Aku tidak bisa menyerahkan tugas ini pada mereka. Jadi harus aku serahkan langsung padamu, aku juga meminta Asisten Yoon untuk membantumu mengerjakannya." Jeon Wonwoo menepuk pelan pundak Yoon Jeonghan.

"Jangan khawatir Presedir Jeon. Aku akan membantunya. Kau bisa melanjutkan urusanmu." Yoon Jeonghan menyampaikan senyumannya pada Jeon Wonwoo.

"Baiklah. Asisten Kang, aku pamit. Aku harus memenangkan tender klien kali ini bersama Sekretaris Kwon. Kalau begitu aku permisi." Jeon Wonwoo tersenyum kemudian beranjak. Kang Ryu mengantarkannya hingga depan pintu griya tawang lalu mengucapkan salam perpisahan. Kang Ryu kemudian kembali duduk di ruang tamu untuk berbincang dengan Yoon Jeonghan.

"Darimana kalian tahu kediamanku? Aku tidak menaruh alamat kediamanku yang asli di profil karyawan. Bahkan masuk kawasan griya tawang ini saja bukankah cukup ketat?" Kang Ryu bertanya santai pada sang pria leukos.

"Gedung ini milik Jeon Wonwoo kalau kau belum tahu."

"Benarkah? Kalau begitu aku harus segera pindah." Ucap Kang Ryu yang terkejut, tetapi masih bisa mengendalikan wibawa argyrosnya.

"Pindah?"

"Aku juga akan segera resign dari pekerjaanku." Kang Ryu menyandarkan dirinya di sandaran sofa.

"resign? Apakah kau ada masalah dengan Jeon Wonwoo?" Yoon Jeonghan semakin penasaran dengan Kang Ryu.

"Aku ini makhluk kuno, Jeonghan-ssi. Sepertinya aku harus menjauh dari manusia fana seperti Jeon Wonwoo. Sudah terlalu banyak makhluk kuno yang berkeliaran disekelilingnya. Termasuk bosmu, Alex." Jelas Kang Ryu.

"Manusia fana? Bosku? Alex?" Yoon Jeonghan mengerutkan keningnya bingung. Ia benar-benar tidak paham dengan apa yang Kang Ryu bicarakan. Semua ini apa hubungannya dengan resign-nya ia dari tempat kerja.

"Hmm. Sudahlah kau kembali saja. Aku akan mengerjakan berkas ini sendiri. Kemudian besok aku akan memberikan surat pengunduran diriku langsung pada Presedir Jeon." Kang Ryu tidak menanggapi pertanyaan Jeonghan.

"Kang Ryu apakah kau ingin---" Xu Rui Qi yang menghampiri Kang Ryu terkejut dengan eksistensi pria tampan yang sedang berbincang dengannya. "Ahh… maafkan aku Ryu, aku kira tamumu sudah pergi." Xu Rui Qi menggaruk tengkuknya cangguk.

"Tidak masalah, Rui Qi. Perkenalkan, ini Yoon Jeonghan. Ia leukos yang pernah membantuku saat di Daegu." Yoon Jeonghan yang diperkenalkan oleh Kang Ryu menguntai senyuman manisnya untuk Xu Rui Qi.

"Kau leukos? aku kira teman Kang Ryu yang datang adalah manusia fana, sehingga harus menekan bel terlebih dahulu." Pertanyaan Xu Rui Qi mendapat anggukan dari Yoon Jeonghan. "Perkenalkan aku Xu Rui Qi, leukos sahabat karib Kang Ryu." Xu Rui Qi mengembalikan senyuman Yoon Jeonghan.

"Ah… itu berarti kita bertiga sama-sama leukos. Bagus sekali, apakah aku bisa berteman dengan kalian? Selama ini aku hanya berteman dengan melas langka nan garang." Yoon Jeonghan membuka mulutnya.

"Tentu saja. Aku juga selama ini hanya berteman dengan wanita argy--" Sebelum Xu Rui Qi kelepasan untuk mengucapkan identitas Kang Ryu, ia sudah menyenggol tangannya keras. "Aw… Ah… maksudku wanita leukos yang dingin ini."

"Kakak Xu, Kakak Ryu… Kita lapar. Apakah kalian ing--" Ucapan Jang Kiha terpotong saat ia melihat bahwa masih ada Yoon Jeonghan. Kang Haneul yang menghampiri pun menyenggol lengan Jang Kiha.

"Maafkan kami Kakak Ryu, aku kira tamumu sudah pergi. Maafkan kami." Kang Haneul menunduk sopan kepada Yoon Jeonghan diikuti dengan Jang Kiha.

"Tidak masalah." Yoon Jeonghan tersenyum. "Apa mereka berdua ini target kalian?" Kang Hanuel sedikit terkejut dengan pertanyaan Yoon Jeonghan.

"Iya. Mereka anak manusia yang harus kami jaga." Jelas Kang Ryu.

"Bukankah kau mengatakan bahwa targetmu ada di area perusahaan, Ryu?" Jangan salahkan Yoon Jeonghan karena menanyakannya. Salahkan saja kecerobohan Kang Ryu yang memberikan alibi asal saat mencoba untuk berbohong. Sang Argyros perkasa sepertinya dibuat bungkam oleh pertanyaan sang pria leukos.

"Hmm… Itu hanya alibiku saja. Aku memiliki alasan dan kau tidak perlu tahu." Kang Ryu lagi-lagi berusaha mempertahankan wibawa argyros miliknya. Yoon Jeonghan yang mengerti tidak ambil pusing dan langsung menganggukkan kepalanya.

"Kalian hebat. Biasanya leukos hanya memerhatikan dan menjaga targetnya dari jauh. Tapi kalian bisa bercengkrama secara langsung dengan mereka." Yoon Jeonghan mengakui keberanian dua wanita harimau dihadapannya. Bukan tanpa alasan, selama ini leukos biasanya hanya menjaga anak manusia dari jarak jauh karena khawatir menyakiti anak manusia itu dengan tangannya sendiri dan akhirnya menapatkan hukuman pedih dari Dewa Apollo.

"Hebatnya lagi kami hypostas." Kang Heneul menambahkan dengan wajah datar dan tanpa takut. Kang Ryu sebenarnya sedikit gusar ketika Kang Haneul menyebutkan identitasnya pada Yoon Jeonghan, ia belum sepercaya itu dengan pria leukos bersurai blonde dihadapannya.

"Apa? Kalau begitu akan sangat sulit menjaga kalian berdua." Yoon Jeonghan menggeleng tak percaya. "Kang Ryu, tenang saja, kau tidak perlu mengkhawatirkan identitas mereka. Percayalah padaku." Ucap Yoon Jeonghan yang menyadari bahwa Kang Ryu mengkhawatirkan kedua anak manusia itu. Kang Ryu hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Yoon Jeonghan-ssi." Xu Rui Qi menyela perbincangan mereka. "Jika boleh aku bertanya, darimana asalmu? Boreas? Notus?"

Yoon Jeonghan yang menggelengkan kepala atas pertanyaan Xu Rui Qi tentu berhasil memunculkan kerutan bingung di dahi kedua wanita harimau itu. Pasalnya, jika bukan dari kedua wilayah tersebut, darimana harimau dengan morphe leukos ini berasal. Wilayah kekuasaan klan harimau hanya berada di wilayah utara alias boreas dan wilayah selatan alias notus.

"Lalu? Kau berasal darimana?" Sungguh kali ini Xu Rui Qi sang nona leukos sangat penasaran dengan apa yang akan Yoon Jeonghan katakan.

"Dýsis." Yoon Jeonghan membuka suaranya. Kang Ryu dan Xu Rui Qi lagi-lagi dibuat terheran. Yoon Jeonghan menyebutkan bahwa ia berasal dari wilayah barat alias dysis yang merupakan wilayah kekuasaan klan Srigala. Sementara ia adalah harimau, bagaimana bisa eksistensinya berasal dari wilayah kekuasaan klan lain.

"Bagaimana bisa?" Bukan, bukan kedua wanita itu yang bertanya. Akan tetapi, Kang Haneul yang sudah sedikit memajukan badannya ke arah Yoon Jeonghan karena penasaran.

"Jika kalian hanya tahu bahwa di wilayah dysis hanya ditinggali klan srigala, kalian salah besar. Buktinya aku terlahir dari sana. Klan harimau yang merupakan minoritas tinggal di pinggiran lembah wilayah dysis, cukup jauh untuk terjamah dari peradaban klan srigala disana. Memang tidak banyak yang tahu tentang wilayah kekuasaan klan harimau di dysis, karena keberadaan kami juga tidak memiliki pengaruh besar. Kami biasa disebut klan harimau tak terpelajar karena tidak pernah menjalani pendidikan di perkemahan surya baik di notus maupun boreas." Yoon Jeonghan menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa sembari menghela napas.

"Kalau masalah tak terpelajar. Aku lebih tidak terpelajar dari kalian, aku tidak pernah menjalani pendidikan di perkemahan surya. Aku menghabiskan waktuku di dunia manusia sejak aku lahir." Kang Ryu menambahkan.

"Mengapa seperti itu? Memangnya darimana kau berasal?" Tanya Yoon Jeonghan yang turut penasaran.

"Aku dari boreas. Tapi karena aku ini istimewa, aku harus pergi." Kang Ryu merutuki dirinya sendiri karena sudah terhitung dua kali identitasnya hampir terbongkar karena kecerobohannya dan juga kawan leukosnya, Xu Rui Qi.

"Kalau Aku dari wilayah notus." Xu Rui Qi yang peka dengan keadaan cepat-cepat mengalihkan atensi Yoon Jeonghan. "Aku jadi merasa tidak enak hati. Aku yang bisa menjalankan pendidikanku di perkemahan surya menyia-nyiakannya dan malah bolos untuk pergi ke dunia manusia. Sementara itu, klan harimau di wilayah dysis tidak bisa mengenyam bangku pendidikan."

"Bukan masalah Xu Rui Qi-ssi, itu masalah lampau. Beberapa dekade terakhir, klan harimau di dysis banyak yang berkelana ke wilayah boreas dan notus untuk belajar. Termasuk aku yang belajar di wilayah boreas hingga bertemu bosku, sang melas garang." Yoon Jeonghan terkekeh pelan.

"Bos yang kau maksud itu, Alex? Pria aneh nan absurd?" Pertanyaan Kang Ryu yang menyinggung 'Alex' lagi-lagi mendapat tatapan heran dari Yoon Jeonghan, bukan jawaban sebagai tanggapan.

"Alex? Tentu saja bukan. Ia bukanlah bosku sang melas. Ia jauh daripada itu." Yoon Jeonghan sedikit kelimpungan mencari jawaban yang tepat. Masalahnya, ia sedang berusaha menyimpan rahasia demi rahasia dibalik identitas bosnya dan juga Alex. Bukankah jika ia pamit untuk angkat kaki dari kediaman Kang Ryu akan lebih mudah baginya?

"Maksudmu?" Kang Ryu bertanya mendesak. Begitu pula dengan Kang Haneul dan Xu Rui Qi yang sudah menyiapkan telinganya baik-baik untuk mendengar jawaban sang pria leukos. Namun, ternyata hasilnya nihil. Pria itu enggan menanggapi dan malah pamit undur diri.

"Maafkan aku, sepertinya bosku memanggilku. Bolehkah aku melesat lewat sana?" Yoon Jeonghan menunjuk balkon griya tawang Kang Ryu. Sang argyros hanya mengangguk setuju, kelihatannya Yoon Jeonghan terburu-buru sekali. Pasti ada hal penting terjadi, pikir Kang Ryu tak ambil pusing.

"Berhati-hatilah." Ucapan Xu Rui Qi ditanggapi dengan anggukan pasti oleh Yoon Jeonghan. Dalam sepersekian detik Yoon Jeonghan merubah wujud manusianya menjadi harimau leukos. Ia pun segera melesat dengan kecepatan angin meninggalkan griya tawang mewah milik sang argyros.

~

Sepeninggalan Yoon Jeonghan sore tadi, Kang Ryu langsung berkutat dengan pekerjaannya nan manusiawi. Xu Rui Qi, Kang Haneul, dan Jang Kiha berusaha untuk merecoki sang argyros dengan terus berceloteh ria di samping wanita itu. Hingga Kang Ryu berpindah ke kamarnya pun, ketiga makhluk tersebut tetap mengikuti pergerakan Kang Ryu seolah tak rela Kang Ryu bekerja layaknya manusia. Untuk apa memiliki kekuatan yang kelewat besar jika pekerjaan manusia seperti ini saja harus Kang Ryu lakukan dengan cara yang manusiawi, bukankah ia bisa melakukannya dengan kekuatan ajaibnya, pikir Kang Haneul.

Perdebatan demi perdebatan mengiringi pekerjaan Kang Ryu hingga selesai. Ia berpikir bahwa ini akan menjadi pekerjaan terakhirnya dan kesempatan terakhirnya untuk bertemu dengan anak manusia bernama Jeon Wonwoo. Tentu Kang Ryu tak ingin mengacaukan tugas terakhir yang Jeon Wonwoo berikan padanya, ia ingin meninggalkan kesan baik untuk pria sempurna itu. Walaupun banyak cobaan yang Kang Ryu harus hadapi untuk menyelesaikannya akibat gangguan ketiga makhluk yang sudah mirip arwah gentayangan yang kabur dari dunia bawah. Nyatanya, ketiga makhluk itu malah kelelahan karena Kang Ryu yang diganggu tidak terpengaruh sedikitpun. Mereka bertiga sudah terlelap dengan pulas di kasur beralaskan kain sutra milik Kang Ryu. Kang Ryu hanya tersenyum melihat eksistensi mereka.

"Aku tak habis pikir mengapa kalian begitu bersikeras berada disisiku. Padahal kalian sendiri sudah tahu takdir seperti apa yang aku emban. Aku hanya tak ingin kalian ikut sulit dengan takdirku yang kelam dan abu-abu." Kang Ryu beranjak dari meja kerjanya.

Perlahan sang argyros menyelimuti ketiga makhluk yang sudah terlanjur masuk ke kehidupannya itu dengan selimut tebal nan hangat miliknya. Tak bisa Kang Ryu pungkiri bahwa mereka sudah membuat hati dingin sang argyros menghangat, mata kelam nan kesepian sang argyros terisi, sang argyros sudah menaruh tanggung jawabnya untuk mereka. Ketiga makhluk yang bisa memunculkan tekad kuat sang argyros nan perkasa untuk melindungi mereka dengan segenap jiwa dan raganya.

Brak. Prang. Suara gemuruh hebat dan pecahan kaca terdengar sangat kuat lagi mengusik. Derap langkah kaki yang menapak di permukaan menandakan segerombol makhluk telah tiba. Suara tersebut tentu saja membangunkan ketiga makhluk dari tidur pulasnya. Kang Ryu yang sudah menduga hal ini akan terjadi hanya bisa menenangkan dirinya. Ia berjanji akan sekuat tenaga melindungi sahabat karib dan kedua anak nakal itu.

"Nona Argyros. Kaluarlah sebelum kami geledah tempat ini dengan paksa. Jangan buat pertumpahan darah yang mengorbankan manusia-manusia yang tinggal di sekitar wilayah kediamanmu. Kami akan menyeretmu secara baik-baik." Suara bariton yang sarat akan kewibawaan menggema di griya tawang milik Kang Ryu. Jang Kiha yang mendedngarnya berjengit ketakutan dan masuk ke dalam dekapan Kang Haneul. Lain halnya dengan Xu Rui Qi yang terlihat kalang kabut, ia takut akan kehilangan wanita argyros kesayangannya. Xu Rui Qi bertekad, apapun yang terjadi, ia akan membela sahabat karibnya dan bahkan ia bersedia merelakan nyawanya.

"Kang Ryu. Larilah dari sini bersama kedua anak nakal ini. Aku akan berpura-pura menjadi sang argyros dan dibawa oleh mereka." Xu Rui Qi berucap dengan yakin.

"Kau jangan gila Xu Rui Qi. Kau akan mati ditangan para tetua dan petinggi klan itu. Aku tidak ingin kau mengorbankan nyawamu hanya demi keselamatanku. Lagipula, Aku sudah memprediksi ini akan terjadi. Semua terjadi karena kecerobohanku yang bertransformasi dan tidak membunuh semua pasukan kala itu. Leukos yang berhasil kabur dari seranganku pasti sudah melaporkan eksistensiku pada para tetua dan petinggi klan. Aku sudah siap menerima segala konsekuensinya. Ini adalah takdirku sebagai argyros." Aku memegang kedua bahu Xu Rui Qi. "Sekarang, bawalah dirimu dan kedua anak nakal ini ke tempat yang aman. Jika kau ikut denganku, kau juga akan turut terkena hukuman karena menyembunyikan identitasku. Pastikan dirimu aman, begitupun kedua anak nakal ini. Pergilah lewat jendela kamarku, aku akan mencoba mengalihkan perhatian mereka agar kalian tidak ketahuan."

Xu Rui Qi mengeluarkan air matanya. Namun, ia hanya bisa mengikuti perkataan Kang Ryu untuk membawa Kang Hanuel dan Jang Kiha ke tempat aman mengingat kedua anak nakal ini adalah hypostas yang tentu akan menjadi incaran jika ketahuan. Xu Rui Qi dengan enggan mengangkat kedua bocah itu di punggungnya yang sudah bertransformasi menjadi leukos. Ia tanpa suara pergi melalui jendela kamar Kang Ryu agar tidak disadari oleh para tetua dan petinggi klan yang sekarang tengah mengobrak-abrik kediaman Kang Ryu. Xu Rui Qi dan kedua bocah itu berakhir pergi dengan kecepatan angin. Sementara itu, Kang Ryu berusaha mengalihkan perhatian para petinggi dan tetua harimau agar tidak menyadari eksistensi Xu Rui Qi dan kedua anak manusia yang dibawanya.

"Bukankah tidak sopan untuk kalian merusak kediaman orang lain? Bukankah kalian ini para tetua dan petinggi klan? Tapi dimana sopan santun kalian?" Ucap Kang Ryu yang berusaha menyembunyikan kepanikannya.

Jika kau bertanya mengapa Kang Ryu panik padahal ia memiliki kekuatan besar yang bisa saja dengan mudah mengalahkan mereka semua, jawabannya adalah karena para tetua dan petinggi harimau pasti membawa benda kelemahan argyros yang sudah diwariskan selama berabad-abad silam. Mereka tidak mungkin dengan bodohnya menghampiri kediaman sang argyros tanpa tahu bagaimana menaklukannya. Jika mereka tidak membawa hal itu, tentu mereka hanya cari mati saja.

"Kau akhirnya keluar juga nona argyros." Pria tua berjanggut putih tebal menyeringai puas melihat kehadiran sang argyros. "Tidak kusangka kau bisa hidup selama ini tanpa diketahui satu pun klan. Terberkatilah leukos baik hati yang melaporkan keberadaanmu pada kami. Kami tidak ingin kehancuran dunia terjadi karena kehadiranmu, nona argyros."

"Kau sepertinya percaya diri sekali bahwa eksistensiku akan mendatangkan kehancuran. Bagaimana jika pada kenyataanya malah berbanding terbalik?" Kang Ryu tanpa takut mengeluarkan aura argyrosnya yang mengintimidasi sekitar sebagai bentuk perlindungan diri.

"Kau yang terlalu percaya diri nona argyros." Si tetua bertepuk tangan pelan. "Akuilah bahwa ini akhir dari hidupmu. Nyawamu akan kami persembahkan pada dewa Apollo demi kelangsungan hidup seluruh makhluk, bukan hanya klan harimau saja."

"Cobalah untuk membunuhku harimau tua. Jika kau bisa." Mata Kang Ryu yang sebiru samudra mengeluarkan kilat keperakan. Cahaya perak yang menyilaukan mata juga menyelimuti wujud manusia Kang Ryu. Kali ini ia benar-benar mengeluarkan aura perak asli miliknya yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya.

Rupanya apa yang dilakukan oleh sang argyros mengusik para tetua dan petinggi klan tersebut. Mereka tak sanggup untuk menahan aura dewata milik sang argyros yang dalam buku kuno tertulis sebagai warisan dari Helios. Dewa matahari yang merupakan putra dari titan Hyperion dan Theia. Dewa matahari yang eksistensinya jauh lebih tua dari Dewa Apollo sendiri.

Para tetua dan petinggi klan cukup terperangah dengan keluarnya kemampuan dewata itu. Bermilenium-milenium silam sang argyros dibunuh, belum ada yang bisa menggunakan kemampuan itu. Termasuk sang argyros legenda yang cukup beruntung bisa hidup lebih lama dan menggunakan kekuatannya, Eirḗnē.

Mereka semua harus bergerak cepat untuk memadamkan aura dewata milik sang argyros, atau mereka akan mati terbakar. Disaat seperti ini, tidak ada satu senjata pun yang bisa menyakiti sang argyros, tentu saja para tetua dan petinggi klan itu sangat paham. Hanya satu senjata yang bisa menembus pertahanan aura dewata sang argyros, panah nekrós. Anak panah berbahan dasar emas imperial yang ditempa dengan api purba nan panas hasil letupan di lapisan terluar matahari, kromosfer.

Si tetua sudah siap untuk melancarkan anak panah tersebut ke arah sang argyros. Kang Ryu yang melihatnya cukup geram. Ia ingin menyerang kawanan itu sebelum ia terbunuh oleh panah nekrós. Namun, semuanya berjalan terlalu cepat. Hanya dalam sekejap mata, aura dewata Kang Ryu memudar. Tangan kanannya terasa kebas luar biasa, ia juga merasakan ada yang menariknya dari belakang saat anak panah itu terbang ke arahnya.

"Ryu, mengapa kau tidak menghindar dan malah ingin menyerang. Kau tahu anak panah itu akan semakin tepat dengan sasarannya jika kau mendekat." Itu Xu Rui Qi. Ia berbicara dengan nada lirih, tubuh manusia fana miliknya sudah terkapar lemah. Beberapa bagian kulitnya terlihat mengelupas layaknya luka bakar. Pakaian yang ia kenakan pun gosong di beberapa bagian. Kang Ryu sangat tahu penyebab dari luka bakar hebat milik kawannya. Ya, ia sendiri adalah penyebabnya.

"Mengapa kau menarikku dari belakang. Kau tahu aku sedang mengeluarkan aura dewataku, jika kau memegangku, kau akan terbakar. Maafkan aku… mangapa kau kembali lagi kemari, Rui Qi." Kang Ryu merengkuh tubuh sahabatnya dengan tangan kirinya mengingat tangan kanannya terasa kebas setelah tergores oleh panah nekrós. Kang Ryu beruntung, berkat Xu Rui Qi, ia tidak langsung mati. Jika Xu Rui Qi tidak menariknya, niscaya anak panah itu akan menusuk tepat di jantung Kang Ryu dan menghantarkannya untuk menjemput ajal. Namun, nekrós tetaplah nekrós, panah kematian bagi sang argyros, sekecil apapun sang argyros terluka karenanya, sang argyros akan sulit menggunakan kekuatannya hingga luka itu menutup. Kedua wanita harimau itu kini hanya bisa memeluk tubuh lemah satu sama lain. Xu Rui Qi menangis di dekapan Kang Ryu.

"Sudah aku katakan aku tidak akan meninggalkanmu, Ryu. Aku meninggalkan kedua anak nakal itu di tempat aman. Aku menyuruh mereka untuk menghubungi Yoon Jeonghan. Lalu aku meninggalkan mereka untuk kembali padamu." Xu Rui Qi berkata sembari menahan sakit pada luka bakar di sekujur tubuhnya akibat menyentuh tubuh Kang Ryu yang masih memancarkan aura dewatanya.

"Bagus sekali nona muda. Kau menggagalkan usaha kami untuk menghabisi argyros ini." Si tetua klan mendekat pada kedua wanita harimau itu. "Tapi itu bukan masalah. Nona argyros ini sudah terkena goresan panah nekrós. Ia tidak akan bisa menggunakan kekuatannya lagi. Dan kau nona muda, kau juga akan menerima hukumanmu karena menggagalkan aksi kami dan melindungi sang argyros."

"Jangan libatkan ia. Bawa saja aku." Kang Ryu menatap tetua klan itu dengan tatapan dingin miliknya.

"Jangan bercanda nona argyros. Itu sudah menjadi ketetapan yang ditorehkan untuk klan harimau baik di wilayah boreas maupun notus selama jutaan milenium. Kami sebagai tetua dan petinggi klan yang memiliki tanggung jawab akan eksistensi anggota klan kami hanya bisa menurutinya saja." Ia menatap Kang Ryu remeh.

"Kami juga sudah tahu siapa orang tuamu." Seorang petinggi klan yang memiliki morphe melas angkat bicara. "Sang melas cakap nan berwibawa, pimpinan klan agathós di wilayah boreas, Kang Joon. Dan sang leukos penasehat klan ternama, Yoo Gyuri. Mereka juga tentu akan kena imbasnya karena menyembunyikan keberadaanmu selama puluhan tahun."

"Jangan kau bawa orang lain dalam permasalahanku. Aku akan mengikuti kemauan kalian dan mati di tangan kalian. Itu memang takdirku. Tapi biarkanlah keluargaku dan sahabatku lepas dari hukuman. Biar hukuman mereka aku yang akan menanggungnya." Kang Ryu berkata dengan tegas.

"Tidak. Biarkan aku menerima hukuman bersama sang argyros. Jika kau ingin membunuhnya, kau juga bisa membunuhku. Aku akan menerima hukumanku dan hukuman kedua orang tua Kang Ryu." Ucapan Xu Rui Qi sedikit tersengal karena ia mengatakannya sembari menahan sakit.

"Baiklah jika itu mau kalian. Mari kita bawa mereka ke penghakiman boreas." Si tetua itu kembali membuka suara.

Dengan cepat, para tetua dan petinggi klan mengikat tubuh Kang Ryu dan Xu Rui Qi dengan tali berbahan dasar emas imperial. Mereka mengikatnya cukup kuat sehingga tidak ada sedikit pergerakan pun yang bisa kedua wanita harimau itu lakukan. Kedua wanita harimau itu hanya bisa pasrah dengan apa yang terjadi pada mereka. Kedua wanita itu diseret paksa oleh para tetua dan petinggi klan untuk meninggalkan griya tawang mewah milik Kang Ryu yang sudah tidak berbentuk.

Sekelebat senyuman datang di wajah sendu Xu Rui Qi, jika dikata gila, ia memang sudah gila. Xu Rui Qi tak menyangka sebentar lagi ia akan menjemput ajal bersama sahabat karib yang ia sayangi. Ia bertekad bahwa jika ia mati, ia akan berjuang di penghakiman dunia bawah bersama sahabatnya untuk bisa terlahir kembali dengan takdir yang lebih membahagiakan. Yang lebih penting, Xu Rui Qi bisa menjadi sahabat sehidup semati bagi sang argyros, hal itu cukup membuat senyum terbit diwajahnya walaupun ditengah kegaduhan yang tengah melanda keduanya.