Chapter 8 - Chapter 7

Sudah terhitung dua hari Kang Ryu dan Xu Rui Qi ditahan dalam penjara hutan boreas. Jeruji-jeruji besi yang dialiri listrik ribuan volt dan duri-duri tajam berbahan emas imperial, senjata yang mematikan bagi harimau, mengelilingi kedua wanita itu. Mereka akan dikeluarkan setiap fajar tiba untuk menerima hukuman yang berupa ratusan cambukan perak murni. Para tetua dan petinggi klan berkata bahwa kedua wanita harimau itu harus menjalani siksaan selama satu minggu penuh sebelum bulan purnama tiba. Tepat pada hari dimana mereka harus meregang nyawa sebagai persembahan pada dewa Apollo dan dewa dewi olimpus lain.

"Aku sebenarnya terkejut karena aku masih bisa hidup, Ryu." Ucap Xu Rui Qi memecah keheningan malam. Tangannya masih terikat pada tiang besi dalam penjara mereka. Begitupun dengan Kang Ryu yang sekujur tubuhnya diikat mati hingga tidak bisa ia gerakkan. Luka-luka di tubuh mereka tidak diobati. Luka bakar di permukaan kulit Xu Rui Qi belum menunjukkan tanda-tanda akan menutup. Tangan kanan Kang Ryu yang terkena goresan nakros juga masih tidak dapat ia gerakkan dan terasa kebas. Belum lagi, kedua wanita itu mendapatkan luka hebat di area punggung sebagai hasil karya cambukan para tetua dan petinggi klan.

"Kau ini terlalu bebal Xu Rui Qi. Aku bilang aku akan menanggungnya sendiri. Kau malah menampakkan dirimu dihadapan mereka. Kau bahkan memegang tubuhku hingga terbakar." Kang Ryu berdecih. Ia bukannya tidak berterimakasih terhadap sahabatnya karena sudah rela untuk bersusah-susah bersamanya, tapi ia tidak kuasa melihat sahabatnya turut terluka akibat dirinya.

"Jika kau mati, aku akan ikut denganmu Ryu. Bukankah berjuang bersama-sama di dunia bawah nanti akan lebih menyenangkan ketimbang berjuang sendirian?" Xu Rui Qi menyeringai layaknya wanita gila yang kehilangan akalnya. Kang Ryu sudah tidak bisa berkata-kata melihat jalan pikir sahabat karibnya, memang dari dulu Xu Rui Qi selalu menjadi outlier dari yang lain. Mulai dari membolos hanya karena ingin mengikutinya di dunia manusia, merecoki setiap aktivitas Kang Ryu, dan sekarang, ia ingin menemani Kang Ryu untuk berjuang bersama di dunia bawah, yang benar saja.

"Gila kau, Xu Rui Qi. Apakah kau punya hutang padaku di kehidupan sebelumnya hingga kau bisa seloyal ini padaku?"

"Bisa jadi. Aku juga ingin tahu seperti apa kita dikehidupan sebelumnya." Ia terkekeh.

"Apapun itu. Aku ingin berterimakasih padamu, Rui Qi. Tapi aku tidak ingin kau juga menjemput ajal denganku. Cukup sampai pada hukuman pedih ini saja. Tolong pikirkan keluargamu di wilayah notus, apa yang akan terjadi pada mereka jika menemukan putrinya mati bersama sang argyros langka nan berbahaya?" Kang Ryu memasang wajah seriusnya. Xu Rui Qi lantas menunduk, mengapa ia tidak pernah memikirkan keluarganya di wilayah notus.

"Seharusnya mereka tidak akan begitu sedih jika aku pergi. Aku hidup jauh dari mereka sejak kecil karena aku sibuk di dunia manusia bersamamu. Mereka juga tidak menginginkanku karena aku satu-satunya leukos bodoh di klanku. Satu-satunya leukos yang tidak bisa membaca aksara Yunani kuno. Satu-satunya leukos yang…"

"Tidak. Kau leukos terhebat yang pernah aku temui Xu Rui Qi. Kau dan keberanianmu membuat dirimu begitu bernilai." Kang Ryu melihat Xu Rui Qi yang menangis. Xu Rui Qi bersumpah, inilah alasannya begitu loyal pada Kang Ryu, hanya sahabat karibnya yang bisa melihat nilai dirinya. Hanya Kang Ryu yang memperlakukannya bak mahluk yang berharga.

Kang Ryu mencoba menggerak-gerakkan badannya kuat untuk melonggarkan ikatan tali yang mengekang tubuhnya. Sang argyros tidak kuasa melihat sahabat karibnya menangis. Ia ingin mendekatinya, ingin memberikan pelukan pada sang sahabat. Dengan seluruh tenaga yang masih tersisa di tubuhnya, ia berhasil melepaskan diri dari tali yang mengikatnya. Sang argyros lantas berlari mengejar sang sahabat untuk memeluknya erat.

"Maafkan aku. Aku tidak bisa membawamu pergi dari sini. Aku tidak bisa menggunakan kekuatanku." Ucap Kang Ryu sembari mencoba melepaskan ikatan pada tangan sang leukos.

"Tidak apa, Ryu. Lagipula, jeruji-jeruji itu terlalu susah untuk ditembus. Setidaknya kita sudah bisa bebas dari ikatan. Tanganku akan mengalami kram jika diikat terus." Xu Rui Qi memijat-mijat tangannya dan mencoba duduk sembari meluruskan kakinya. Kedua wanita itu berakhir dengan membaringkan diri mereka ditanah dalam penjara. Tidak ada niatan untuk mereka memberontak dan berusaha kabur. Kekuatan kedua wanita ini sudah terkuras habis. Lebih baik mereka beristirahat hingga fajar tiba dan menyiapkan tubuh mereka untuk kembali menerima hukuman cambuk.

~

"Bos. Kita sudah mencoba mencari jejaknya di wilayah notus maupun boreas. Tapi kita tidak bisa menemukannya." Sang leukos bersurai blonde berdecak pusing.

"Aku yakin para tetua dan petinggi klan menghakimi mereka di tempat yang tidak terjamah oleh anggota klan biasa. Mereka tidak mungkin membawa kedua wanita itu ke penjara biasa." Sang pria yang dipanggil bos menghela napas panjang.

"Lalu kemana para tetua dan petinggi klan membawa mereka?" Pria berwajah konyol yang memiliki morphe rhadios bertanya penasaran. Sudah empat hari mereka mencari jejak keberadaan kedua wanita harimau yang ditahan para tetua dan petinggi klan, tapi hasilnya nihil. Pria rhadios ini sudah rindu dengan kasur apartemennya nan empuk. Tapi jika ia pulang, sang bos dan sang leukos tidak akan segan membuat hidupnya sengsara. Hidup di dunia manusia selama puluhan tahun dengan bosnya saja sudah cukup membuat ia sengsara, bagaimana jika ditambah proses penyengsaraan dengan sengaja, bisa-bisa ia mati konyol.

"Penjara hutan boreas." Final sang bos. "Hanya para petinggi dan tetua klan yang memiliki akses untuk memasuki area yang dijaga ketat itu. Disana tempat penghakiman para harimau yang melakukan kejahatan besar. Tapi, karena areanya cukup luas dan tertutup, kita masih harus berusaha mencari titik tempat mereka dihakimi."

"Wahai Dewa Apollo. Sungguh aku tidak ingin mati muda." Ucap sang rhadios sembari menengadahkan kepalanya. Jujur ia masih sayang pada nyawanya, merengsak masuk kedalam area penjara hutan boreas dengan paksa itu sama saja mencari mati.

"Usiamu sudah lebih dari setengah abad wahai harimau mirip marmut." Sang leukos angkat bicara sembari menoyor kepala kawan bodohnya itu. "Lagipula apakah kau takut? Payah sekali kau. Kau berkata kau ini orang kota, berasal dari keluarga ternama di wilayah notus. Berbeda denganku yang jauh dari dysis. Tapi kau penakut seperti ini? Sungguh kau memang seharusnya terlahir menjadi marmut kecil, bukannya harimau rhadios." Jelas sang leukos mengompori.

"Enak saja kau bilang aku takut. Aku hanya malas, kau tahu." Ia memasang pose ingin meninju sang leukos.

"Sudahlah. Sekarang istirahatlah. Setelah fajar tiba, kita akan mencari cara untuk masuk kedalam penjara hutan boreas. Aku harap kita bisa sampai sebelum purnama tiba." Sang bos merebahkan dirinya di gundukan batu besar dan memejamkan mata. Ia mengacuhkan kedua kawannya, sang leukos dan sang rhadios, yang masih adu mulut mengenai siapa yang paling kuat, dan siapa yang paling berani diantara mereka.

~

Tepat pada malam purnama tiba kedua wanita itu diarak menuju lapangan penghakiman wilayah boreas oleh para tetua dan petinggi klan. Setelah seminggu Kang Ryu dan Xu Rui Qi harus tahan dengan hukuman cambuk tiap harinya, kini mereka harus bersiap untuk menjemput ajal mereka. Tubuh Xu Rui Qi sudah tidak bisa digerakkan, ia kelewat lemah, bahkan tanpa harus di tebas dengan pedang emas imperial pun, Xu Rui Qi bisa saja meregang nyawanya. Lain halnya dengan Kang Ryu yang masih memiliki tenaga untuk berjalan, bahkan bertarung sekali lagi ia masih mampu. Tapi niat itu tentu hanya bisa ia simpan dalam hati mengingat jika bertarung pun, ia akan kalah telak. Belum lagi para tetua dan petinggi klan itu menyimpan anak panah nekros dalam quiver mereka masing-masing.

Mereka sampai pada lahan lapang nan luas. Ditengah lahan itu terdapat kuali besar yang ditempatkan diatas perapian. Kuali tersebut berisi lelehan emas imperial yang cukup untuk mendidihkan kedua wanita harimau yang mereka bawa. Altar yang berhiaskan lambang matahari dan anak panah berbahan dasar perunggu langit beridiri megah di ujung pelataran. Beberapa pimpinan klan harimau menuju altar tersebut sebagai permulaan persembahan untuk Apollo dan dewa dewi olimpia.

"Sebelum kalian menjemput ajal kalian. Kami ingin kematian kalian disaksikan oleh orang tuamu, nona argyros. Kami berbaik hati membiarkanmu menemui orang tuamu sebelum kami merenggut nyawa kalian untuk dewa-dewi olimpus." Si tetua klan mengisyaratkan agar para petinggi klan menyeret masuk kedua orang tua Kang Ryu.

"Kang Ryu…" Yoo Gyuri, sang leukos yang merupakan ibu dari Kang Ryu berkali-kali meneriakkan nama Kang Ryu sembari mengeluarkan tangisan putus asa. Ia hanya bisa menangis tak berdaya didekapan sang suami melihat bagaimana putri yang selama ini mereka lindungi akan menjemput ajalnya ditangan para tetua dan petinggi klan.

"Ayah… Ibu… Aku senang bisa melihat kalian diakhir hidupku. Aku menjalani hukuman demi kalian, kalian harus hidup bahagia setelah kepergianku. Jangan mencoba untuk melawan mereka, terimalah takdir putrimu ini." Kang Ryu tersenyum lemah kearah kedua orang tuanya. Setelah berpuluh-puluh tahun tidak bertemu, ini adalah kali pertama dan kali terakhir Kang Ryu bisa melihat wajah sang melas dan sang leukos yang merupakan orang tuanya.

"Kang Ryu." Sang melas mencoba mendekat pada putrinya, tapi para petinggi klan menghadangnya. Dengan refleksnya Kang Joon, sang melas, mencakar para petinggi klan yang mencoba menghadangnya untuk mendekati putrinya. Hal tersebut tentunya membuat para petinggi klan meluncurkan serangan pada Kang Joon.

"Jangan serang ayahku. Kalian sudah berjanji." Teriak Kang Ryu putus asa. "Kalian sudah melibatkan sahabatku untuk ikut dihukum bersamaku. Jangan libatkan lagi kedua orang tuaku."

"Ia yang memberontak nona argyros." Petinggi klan harimau itu berdecih dan memandang remeh Kang Joon beserta istrinya.

"Ayah. Ibu. Ikhlaskan aku. Jangan memberontak dan menyakiti diri kalian." Kang Ryu menatap kedua orang tuanya meyakinkan. Kemudian pandangannya beralih pada sahabatnya yang sudah lemah tak berdaya, kesadaran Xu Rui Qi hanya tinggal separuh. "Xu Rui Qi. Terimakasih." Ucap Kang Ryu lirih sembari menatap dalam sahabatnya yang tersenyum lemah.

"Karena kau masih dalam kesadaranmu nona argyros. Kami akan mendidihkanmu terlebih dahulu. Lalu kami akan masukkan sang leukos setelah kau sekarat."

Si tetua menautkan kaitan perunggu di tali yang mengikat tangan Kang Ryu kuat. Kaitan perunggu itu terhubung pada tuas yang bisa mengangkat tubuh sang harimau dengan mudah untuk dimasukkan dalam kuali besar. Sekali tuas ditarik, tangan Kang Ryu yang terikat kuat tergantung di kaitan itu dengan turut serta membawa tubuh manusia mungil milik sang argyros untuk tergantung. Perlahan tuas diturunkan agar tubuh Kang Ryu masuk kedalam kuali yang berisi didihan emas imperial. Kang Ryu mencoba memejamkan matanya, ia mempersiapkan dirinya untuk bisa menerima rasa sakit sebelum ajal menjemputnya. Yoo Gyuri selaku ibu dari sang argyros sudah tak sadarkan diri karena tak kuasa melihat putrinya menerima hukuman yang teramat pedih.

Kang Ryu merasakan sakit yang amat menyiksa. Bahan emas imperial sangat mematikan bagi harimau. Didihan emas imperial ini seakan menggerogoti kulitnya hingga habis tak bersisa. Seluruh tubuhnya menahan sakit tak terperi, sang argyros berteriak putus asa ketika sudah tidak bisa menahan rasa sakitnya lagi. Terdengar samar-samar suara tangisan dan teriakan yang tak kalah putus asanya di telinga Kang Ryu, teriakan itu adalah teriakan dari Xu Rui Qi dan ayahnya. Teriakan-teriakan yang melontarkan kalimat 'cepat masukkan aku kedalam sana, biarkan aku mati bersamanya'. Sakit ditubuhnya ternyata tidak lebih sakit dari mendengar tangisan putus asa orang yang ia sayangi. Ia lantas tertawa bak wanita gila didalam didihan kuali saking putus asanya.

Pyar. Kuali berisi didihan emas imperial itu tertumpah dan terciprat kesegala arah. Tuas yang menggantung tubuh Kang Ryu berhenti beroperasi hingga menyisakan tubuh mungil Kang Ryu yang tergantung dengan lemas. Hasil didihan emas imperial itu berhasil memunculkan luka bakar nan hebat di sekujur tubuh Kang Ryu, kecuali bagian wajahnya yang tidak turut terendam. Kang Ryu belum sempat melihat siapa dalang dibalik kegaduhan yang terjadi. Kesadarannya sudah keburu pergi dari dirinya. Sang ayah yang melihat kesempatan langsung berlari mengejar tubuh lemah Kang Ryu. Ia melepaskan tubuh putrinya dari kaitan tuas dan mendekapnya erat.

Bukan hanya kesadaran Kang Ryu yang hilang. Xu Rui Qi juga sudah jauh dari kata sadar. Ia kelewat sakit melihat sahabat karibnya menerima siksaan tak terperi, ia tak sadarkan diri setelah meneriakkan nama Kang Ryu ratusan kali. Tubuh lemah Xu Rui Qi masuk kedalam dekapan leukos yang baru saja tiba membawa kegaduhan dengan kedua kawannya.

Cipratan dari didihan emas imperial itu mengenai para petinggi dan tetua klan disana. Luka bakar kecil akhirnya menghiasi wajah dan tubuh mereka. Mereka tampak terkejut dengan serangan dadakan itu. Mereka belum berhasil membunuh sang argyros dan mempersembahkannya pada Apollo. Namun, mereka sudah mendapat gangguan nan besar dari tiga orang harimau muda yang entah darimana asalnya.

"Beraninya kalian mengganggu proses penghakiman yang tengah kami lakukan." Sang melas tetua sangat geram. "Kau hanya melas muda, dan kawanmu ini, leukos dan rhadios muda yang tidak bisa menjadi tandingan kami. Mangapa kalian begitu berani?"

Kilatan emas dari mata sepekat darah dari sang melas muda keluar. Kilatan emas itu membuat semua tetua dan petinggi klan terperangah. Termasuk Kang Joon yang tengah mendekap tubuh putrinya yang tak sadarkan diri. Aura emas dominan menghampiri sang melas yang geram karena para tetua dan petinggi klan.

"Sebaiknya kalian jangan meremehkan kami Tuan-tuan harimau." Sang rhadios angkat bicara dengan konyolnya. Bukan hanya wajah manusianya saja yang konyol, bahkan wajah harimaunya yang mirip seperti marmut lebih konyol lagi.

"Kwon Soonyoung. Jangan bercanda." Sang leukos yang tengah memeluk tubuh Xu Rui Qi melempari sang rhadios dengan undukan tanah.

"Kau ini tidak asik, Yoon Jeonghan. Aku hanya ingin melihat reaksi mereka ketika tahu identitas bos kita, sang melas." Ia terkekeh. Yoon Jeonghan, sang leukos, tidak habis pikir dengan kawannya, dikondisi seperti ini, ia masih bisa bercanda dan terkekeh dengan wajah konyolnya.

"Kau…" Ucap sang melas tetua terbata.

"Iya." Sang bos dari Yoon Jeonghan dan Kwon Soonyoung menatap para tetua dan petinggi klan dengan tatapan yang mengintimidasi. "Beraninya kalian melakukan penghakiman ini. Kalian telah menyakiti gyne-ku. Kalian meneruskan hukuman konyol ini hanya demi melestarikan apa yang telah diwariskan para pendahulu? Seharusnya sebagai tetua dan petinggi klan, kalian semua bisa bijak dan tidak asal menghakimi. Belum tentu kehadiran sang argyros akan membawa bencana, apakah kalian sudah lihat buktinya dengan mata kepala kalian sendiri? Jika kalian hanya berkata berdasarkan sejarah pendahulu dan bukan bukti aktual, jangan coba-coba mengambil langkah."

Sang melas bermata semerah darah itu menghampiri tubuh Kang Ryu yang berada dalam dekapan sang ayah. Ia meminta izin untuk mengambil alih Kang Ryu dari dekapannya. Ia menatap tubuh lemah Kang Ryu lekat-lekat. Ada rasa sakit yang mendatanginya ketika mengetahui gyne nya terluka, ia telah gagal menjaga gyne-nya. Ia harus bertindak sebelum Kang Ryu sekarat dan merengang nyawa.

Tubuh sang melas berubah kedalam ukuran yang lebih besar. Cahaya emas mengintari eksistensinya, bulu-bulu emas muncul menggantikan bulu hitam milik wujud sang melas. Corak coklat tua nan pekat menghiasi wujud aslinya. Semua tetua dan petinggi klan yang menyaksikan transformasi sang melas hanya bisa menjatuhkan rahangnya saking terkejut akan kehadiran makhluk yang sudah mereka tunggu-tunggu eksistensinya. Aura dewata yang dipancarkan benar-benar menyampaikan ketenangan di area itu. Aura pimpinan sejati klan harimau, aura pemimpin pemersatu klan, Chrysos.

"Chrysos." Si tetua memanggil nama morphe pria itu. Tapi, sang Chrysos hanya menghiraukan panggilannya. Yang utama baginya kali ini adalah, menyelamatkan nyawa gyne-nya, sang argyros nan perkasa.

Chrysos menjilati luka bakar milik Kang Ryu. Luka itu perlahan menutup. Namun tetap saja, luka hasil didihan emas imperial dan goresan nekros tidak cukup jika hanya diobati dengan saliva emas sang chrysos. Butuh beberapa jenis ramuan dan nektar untuk memulihkannya, itupun butuh waktu yang cukup lama. Namun, setidaknya sang chrysos bisa melakukan pertolongan pertama pada gyne-nya yang sudah diambang kematian.

"Jadi… apakah sang argyros adalah gyne-mu? Tuan chrysos." Salah satu pimpinan klan memberanikan diri untuk bertanya.

"Tentu saja. Jadi… jika kalian menyentuhnya, kalian harus berhadapan denganku." Sang Chrysos merubah wujudnya menjadi wujud manusia fana miliknya setelah ia rasa telah selesai melakukan pertolongan pertama pada Kang Ryu. Tubuh menusianya menggangkat lembut tubuh Kang Ryu kegendongannya. "Tuan Kang Joon, sang melas pemimpin klan agathós, aku akan membawa putrimu. Kembalilah bersama istrimu, jagalah ia. Aku tak ingin putrimu bersedih melihat kondisi kalian yang tidak baik-baik saja." Kang Joon hanya bisa mengangguk pasrah menanggapi pernyataan sang chrysos.

"Mari kita kembali ke mansionku Yoon Jeonghan. Bawalah Xu Rui Qi denganmu. Dan kau Kwon Soonyoung, berhentilah bersikap konyol."

Ketiga pria harimau itu akhirnya melesat dengan kecepatan angin meninggalkan wilayah penjara hutan boreas. Butuh waktu dua hari bagi mereka untuk melakukan perjalanan kembali dari boreas ke wilayah manusia. Untung saja ketiga pria itu telah menyiapkan banyak hal untuk menemani perjalanan panjang mereka.

~

Kang Ryu membuka matanya yang sudah berhari-hari menutup. Kepalanya begitu berat dan tubuhnya begitu lemas. Ia melihat perban putih yang membalut tangan kanannya. Ia ingat bahwa posisi dimana perbannya berada adalah titik dimana ia mendapat luka goresan dari panah nakros. Ia mencoba untuk mendudukkan diri, melihat sekitar ruangan yang terkesan cukup mewah. Aksen-aksen dekorasi Yunani kuno menghiasi ruangan ini, lambang matahari dan anak panah yang Kang Ryu yakin pernah ia lihat tergantung di dinding ruangan. Bukankah itu lambang sang dewa matahari, Apollo.

Cangkir porselen berisi nektar tergeletak rapi di nakas samping ranjang tempat Kang Ryu terbaring. Sebenarnya, ia tidak yakin siapa yang menolongnya kali ini, apakah itu ayahnya? Apakah itu anak buah ayahnya? Kang Ryu tidak tahu. Akan tetapi, sepertinya secangkir nektar ini tidak berbahaya jika ia ninkmati, hitung-hitung untuk memulihkan kekuatannya.

"Kau sudah siuman nona argyros?" Suara berat nan dalam mengejutkan Kang Ryu yang sedang menyesap nektar di cangkirnya.

"Alex?" Wajah Kang Ryu berkerut tak suka, ia tidak nyaman dengan kehadiran pria absurd ini. Ia sama sekali tidak ingin berurusan dengan pria aneh yang satu ini. Tapi entah mengapa pria bersurai hitam dengan seringaian narsisnya muncul dihadapan Kang Ryu.

"Kau masih memanggilku dengan nama itu nona argyros? Sepertinya kau memang belum tahu identitasku. Kau akan terkejut jika kau tahu." Ia duduk di sisi ranjang Kang Ryu. Dengan refleksnya, Kang Ryu bergerak menjauhi pria aneh itu.

"Entahlah Alex. Aku hanya tidak menyukai eksistensimu." Jujur Kang Ryu tanpa takut, padahal Alex sudah menatapnya dengan tatapan ingin membunuh.

"Dasar harimau tidak tahu berterimakasih." Ia mendengus. "Kau bilang kau ini tidak menyukai eksistensiku?" Kang Ryu mengangguk tanpa ragu. Ia lantas acuh dan menyesap kembali nektar yang tengah ia nikmati, masa bodoh dengan dengusan pria aneh disampingnya.

"Pantas saja kau menjadi pengikut kembaranku selama bertahun-tahun." Perkataan Alex menghantarkan pada semburan nektar dari mulut Kang Ryu. Cipratan nektar itu juga turut membasahi pakaian mewah Alex. Kang Ryu kemudian terbatuk saking terkejutnya dengan pernyataan Alex. Bodoh sekali ia sampai-sampai tidak menyadari identitas Alex yang sebenarnya, pantas saja auranya sangat aneh dan kuat.

"Hei Argyros sialan. Beraninya kau menyemburku dengan nektar hingga jas rancangan Hephaestus ini ternodai." Bentak Alex.

"Maafkan aku, Dewa." Kang Ryu mengumpati kebodohannya dalam hati. Bagaimana bisa eksistensi sang dewa matahari ia lewatkan begitu saja, bahkan dengan santainya ia mengatakan bahwa ia tak menyukai eksistensi sang dewa. Habislah sudah kau Kang Ryu, berdoalah agar sang dewa mau mengampuni kesalahanmu.

"Kau memang morphe harimau yang langka, argyros. Eksistensimu selalu membuatku pusing." Alex menjentikkan jarinya. Pakaian yang ia kenakan lantas kembali rapi seperti sedia kala.

"Maafkan aku, Apollo. Aku tidak menyadari bahwa itu kau. Aku hanya bercanda tadi, saat aku bilang tidak menyukai eksistensimu." Kang Ryu cepat-cepat meminta ampun pada Apollo.

"Kau makhluk pertama yang berani menyemburku dan mengatakan bahwa tidak menyukai eksistensiku setelah Artemis."

Kang Ryu baru sadar, pantas selama ini Yoon Jeonghan terlihat sangat segan dan menghamba pada Alex. Nyatanya Alex adalah sang dewa matahari, Apollo, kembaran sang dewi bulan, Artemis. Satu hal lagi yang ia baru tahu, celotehan Artemis akan kembarannya yang narsis dan aneh ternyata adalah fakta. Ia tidak tahu bahwa Dewa Apollo sang pencipta klan harimau punya perangai yang aneh lagi menyebalkan. Kang Ryu saja hampir menyatakan ketidaksukaannya pada sang dewa, Ah, mungkin bukan hampir, tapi sudah.

"Sekali lagi maafkan aku dewa." Kang Ryu menunduk hormat pada Apollo.

"Cih. Dasar argyros, kau ternyata mewarisi perangai kembaranku. Sepertinya kau sudah terlalu lama menjadi pengikut setianya." Apollo mendengus kesal untuk kesekian kalinya. Bisa-bisanya kembarannya itu mengambil alih respect dari sang argyros nan perkasa yang jelas-jelas adalah makhluknya.

"Kalau begitu, untuk apa dewa menemuiku?" Kang Ryu mencoba mengalihkan fokus sang dewa.

"Aku hanya memberikan peringatan padamu. Kau dan sang chrysos punya misi besar untuk menyelamatkan eksistensi seluruh makhluk. Ketika kau pulih, cepatlah pergi dengannya ke pegunungan Baekdu. Dapatkanlah ramalan tentang misi kalian dari sang oracle disana." Pernyataan Apollo membuat sang argyros terheran. Chrysos? Kang Ryu saja belum pernah bertemu dengannya, bagaimana bisa ia pergi bersama Chrysos untuk mengambil misi dari sang dewa. Terlebih, Kang Ryu sangat takut jika harus bertemu dengan Chrysos, bagaimana jika kejadian yang dialami pendahulunya juga menimpa dirinya dan Chrysos.

"Baiklah Dewa. Terimakasih. Aku berharap kau memberkati langkah kami." Kang Ryu hanya pasrah dan mengiyakan perkataan sang dewa matahari. Chrysos adalah urusan belakangan. Mengusir Apollo dari tempatnya sekarang memiliki urgensi yang lebih besar. Kang Ryu sudah tidak nyaman dengan kehadiran sang dewa. Mungkin memang benar, ia sudah tertular sifat Artemis yang selalu merutuki kembarannya ini.

"Kalau begitu aku akan pergi. Sitkom latin tengah menunggu untuk kutonton. Sampai jumpa wahai argyros bodoh." Apollo menyeringai gila. "Oya. Kalau kau ingin tahu, kau sudah bertemu Chrysos, bahkan ia selalu berada didekatmu, kau sendiri yang mendekat padanya. Dasar bodoh." Setelah mengejek Kang Ryu, Apollo menghilang menembus langit petang dengan kecepatan cahaya. Meninggalkan Kang Ryu dengan kebingungan yang menyelimutinya.

"Auh…" Kang Ryu seakan memukul udara dihadapannya dengan sekuat tenaga. "Jika saja kau bukan dewa, sudah aku sembur dengan segelas nektar ini daritadi." Ia berdecih. Namun, tak lama ia terkekeh pelan. "Beraninya aku menyembur sang dewa dengan nektar, tapi aku puas. Kapan lagi bisa berlaku seperti itu pada seorang Dewa." Kang Ryu menyeringai senang.

"Kang Ryu, kau sudah siuman. Bagaimana keadaanmu?" Suara lembut nan familiar menggelitik telinga Kang Ryu. Ia hapal betul dengan suara ini, suara yang ia rindukan. Suara anak manusia yang selalu ia ikuti eksistensinya.

"Jeon Wonwoo?" Manik mata milik kang Ryu yang sebiru samudra membulat. Ia cukup terkejut dengan kehadiran pria di sampingnya ini.

"Kau baik-baik saja bukan? Gyne-ku." Ia tersenyum hangat kepada Kang Ryu.

"Kau…" Kang Ryu terbata. Ia menyadari aura emas dominan yang menyelimuti eksistensi Jeon Wonwoo. "Chrysos?".