Kisah tentang dia yang terkuat, kekuatan untuk melindungi, ataupun menghancurkan. Dia yang dianggap sebagai mitos, legenda, juga kenyataan. Namanya begitu banyak, terukir dalam berbagai prasasti dan peninggalan kuno. Wajahnya selalu digambar dengan warna putih dan hitam, melambangkan kehampaan dan awal mula.
Tahun 2019, jutaan tahun sejak dunia ini tercipta, ribuan tahun sejak peradapan manusia berkembang dan semakin berkembang. Setiap tempat atau wilayah berubah, mengalami kemajuan, semakin modern. Berdiri negara-negara saling berlomba untuk menjadi yang terbaik, terkuat, dan menunjukkan eksistensi sebagai negara adidaya.
Tapi, ada satu wilayah, yang tidak pernah berubah, sejak peradaban dimulai sampai sekarang. Wilayah yang tidak dimiliki oleh negara manapun, wilayah bebas hukum dan bebas dari dunia luar. Wilayah yang masih tertutup oleh hutan lebat. Wilayah yang dipenuhi oleh pegunungan hijau berkabut. Tempat yang menghubungkan Singgasana Langit serta dasar terdalam Tartarus.
Tepat di tengah wilayah tersebut, dilindungi oleh tingginya gunung-gunung di semua sisi dan lebatnya hutan belantara. Terdapat padang rumput yang sangat luas, serta rumah kecil seperti gubuk terbuat dari kayu-kayu beratap dedaunan.
Berdiri seseorang di tengah padang rumput, angin menari bersama dedaunan yang berguguran, suara hembusan napas samar terdengar. Orang tersebut memiliki rambut hitam pekat yang sangat panjang sampai ujung kakinya.
"Dunia ini sudah begitu lama, begitu juga dengan keberadaanku. Aku ingin melihat bagaimana dunia ini sekarang, roda yang selama ini berputar, akankah tetap utuh atau hancur!."
Orang itu, di kedua tangannya terdapat gambar garis melingkar berwarna putih di kanan dan hitam di kiri. Tangan yang menggenggam takdir dunia. Menjaga atau merusak, melindungi atau menghancurkan.