Ezel, si kecil yang telah beranjak remaja, 15 tahun umurnya, tragedi membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Kekerasan menumbuhkan jiwanya, kelaparan serta bahaya yang setiap saat mengintai membuatnya kuat dan selalu waspada.
Kota terlarang tempat tinggalnya sedang mengalami pergolakan yang sangat parah. Para kelompok penguasa setiap wilayah di kota tersebut berperang untuk menempati penguasa tunggal di kota penuh kebusukan itu.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa para elit pemerintahan dan orang-orang yang memiliki ambisi selalu menyewa kelompok di kota terlarang untuk mewujudkan keinginan mereka. Banyaknya kelompok yang menerima pekerjaan, menjadikan sistem ranking menentukan kelompok mana yang paling kuat diantara kelompok lainnya. Hal itu juga yang mempengaruhi calon klien memilih kelompok mana yang akan menerima pekerjaan, juga berapa banyak bayarannya.
"Apa kau tahu ada bocah yang menarik perhatian ketua Pride?" Obrolan dan desas-desus tentang bocah yang menarik ketua kelompok terkuat menyebar dengan cepat, dan menjadi pembicaraan diantara para anggota kelompok.
Ezel, bocah yang sedang menjadi pembicaraan semua orang, tidak sengaja menabrak seorang pria bertubuh besar yang penuh dengan tato. Pria tersebut sedikit marah, orang-orang disekitarnya hanya bisa tertawa.
"Hei, bocah, kau telah menggangguku."
"Maaf, aku tidak melihatmu tadi."
"Bukankah tubuhku jauh lebih besar darimu."
"Maaf, aku sedang buru-buru."
Semua orang sekarang tertawa terbahak-bahak. melihat ada bocah yang merani mengabaikan petinggi mereka. "Aku adalah Skull, salah satu petinggi kelompok Gagak Hitam, yang menguasai wilayah ini, kau benar-benar cari mati bocah!" Suasana semakin menegang, tawa orang-orang menghilang, hanya hembusan angin dan suara gesekan dua tongkat besi bertalu-talu.
Ezel hanya diam, memandang orang botak yang penuh dengan tato tersebut. dua tongkat besi yang telah dililit dengan kawat berduri berputar dengan kecepatan luar biasa. Satu serangan yang mengarah keatas kepala Ezel, hantamannya meretakkan tanah dan menerbangkan debu, mengaburkan pandangan semua orang.
Saat Skull mengira pukulannya telah menghancurkan bocah tersebut, di sampingnya berdiri Ezel tanpa terluka sedikitpun. Hal tersebut mengagetkan Skull dan membuatnya mundur selangkah sambil memasang kuda-kuda.
"Tidak usah kaget begitu, bukankah kau yang memulainya." Ezel mengacungkan satu jari kelingkingnya, memutarnya berulang kali, lingkaran berwarna merah darah terbentuk disertai dengan hawa panas membakar. Orang-orang terkejut, lari berceceran berusaha menyelamatkan diri. Bola merah itu meluncur ke arah Skull, menembus perutnya. Dari dalam, Skull merasakan panas luar biasa, semakin panas, pada akhirnya membakar organ dalam tubuhnya, api yang merangkak keluar dari lubang dan pori-pori kulitnya, membakar tubuh penuh tato tersebut tanpa sisa.
"Dasar sampah!"