Naura tersipu mendengar penuturan Rifki yang menurutnya terlalu vulgar untuk saat ini. "Baru juga jam lima sore."
"Apa harus menunggu malam, untuk melakukannya?" tanya Rifki kesal melihat Naura seperti sedang menolaknya acara halus, aku mau membuat anak yang banyak agar bisa memenuhi janjiku pada Mama sebelum dia pergi."
Tangan Rifki mulai menyentuh apapun yang ada dalam diri Naura, Rifki terlihat begitu agresif kali ini tak perduli jika sepasang mata yang sedang melihatnya dia lupa mengunci pintu kamarnya sebelum kegiatan itu dia mulai.
Hari sudah gelap begitu Naura terbangun dilihatnya jam di atas nakas dan juga Rifki yang sudah tak ada lagi di tempatnya. "Jam delapan kenapa aku bisa ketiduran lama sekali dan kemana Mas Rifki kenapa tak membangunkan aku," gumam Naura kesal karena dirinya belum melakukan sholat Maghrib.