Belania menemui Arman di kantornya. Wanita itu berjalan cepat dengan ekspresi wajah menakutkan.
Dia kesal pada sikap Arkan yang menolak tawarannya kemarin. Dia tahu, jika di balik penolakan Arkan pasti ada Lusi yang melarangnya.
"Permisi."
Arman mengangkat wajah dan mengerutkan kening, saat melihat Belania yang sudah berdiri di depan pintu ruangannya.
"Masuk," titahnya.
Belania berjalan masuk dan langsung duduk di depan Arman. "Bagaimana dengan naskahku? Kapan buku itu bisa terbit?"
Arman menghela napas panjang dan meletakkan kedua tangan di atas meja. "Bela, kau harus memberi kami waktu untuk melakukan revisi lebih lanjut. Kau tahu, tulisanmu ini benar-benar membuat semua tim editor sakit kepala."
"Apa maksudmu? Apa itu artinya, kau mengatakan bahwa naskahku buruk? Begitu maksudnya?"