Lusi bergegas meninggalkan restoran Dave. Hari sudah berganti sore, dia harus segera pulang sebelum Arkan mencarinya di apartemen.
Ya. Baru saja Lusi mengabari pria itu untuk mengajaknya makan malam. Meski sebenarnya Lusi ingin fokus bekerja, namun dia merasa kasihan pada Arkan yang merengek karena rindu.
"Kau mau ke mana?"
Lusi mengangkat wajah dan tersenyum. "Aku mau pulang, Dave. Malam ini Arkan ingin mengajakku makan malam."
"Oh, bukankah kau sedang sibuk mengurus pekerjaan?"
"Tidak apa-apa. Aku juga perlu menyegarkan pikiran dan mencari ide lain." Lusi telah siap dengan tas jinjingnya. "Dave, terima kasih. Aku pergi dulu."
Dave melambaikan tangan sambil tersenyum getir. Lagi-lagi hatinya teriris melihat Lusi yang terang-terangan memuja Arkan di depannya.
Pria itu seharusnya sadar, bahwa dia sudah tidak memiliki kesempatan lagi. Namun tetap saja hatinya tidak bisa berpaling.
"Kau tampan, Dave. Untuk apa masih mengharapkan Lusi? Bukankah kau mempunyai banyak teman wanita?"