"Ada apa, Lusi?"
Lusi menoleh sekilas dan menggeleng. "Keke, apa menurutmu aku salah? Aku merasa bersalah pada Dave."
Keke meletakkan segelas teh manis hangat di atas meja. "Tidak ada yang salah. Kalian hanya berbeda pendapat. Kau yang ingin menemui Arkan, dan Dave yang merasa kasihan padamu. Kalian adalah dua orang yang berbeda, tidak mungkin memiliki pemikiran dan pendapat yang sama."
Lusi kembali berpikir beberapa saat. Apa yang dikatakan Keke ada benarnya juga. Mungkin dia harus meminta maaf pada Dave sekali lagi.
"Aku harus menemui Dave," ucap Lusi sambil beranjak.
"Kau tidak ingin menunggu sampai besok?"
"Tidak. Dave sudah mengizinkan aku tinggal di rumahnya. Jadi aku tidak boleh mengecewakan pria itu."
Keke menghela napas pasrah. Sebenarnya dia merasa kasihan pada Dave. Dia tahu, bahwa pria itu tidak ingin Lusi pergi dari tempatnya.
"Sudahlah, lebih baik aku menyelesaikan pekerjaan."