"Arkan lempar bolanya kemari!"
Arkan menoleh dan mengoper bola pada Jevon. Pria itu berlari ke depan, menunggu Jevon memasukkan bola tersebut ke dalam ring.
"Yes!" Jevon bersorak riang, bersamaan dengan berakhirnya ronde pertama.
"Harus aku akui, kalian memang hebat," ucap Aril, salah satu anggota lawan main mereka sore ini.
"Kau dan teman-temanmu juga bermain sangat baik," balas Arkan. Dia berjalan ke pinggir lapangan dan menenggak sebotol air mineral dingin.
Dia mengusap wajahnya yang basah dengan handuk. Napasnya tersengal sesak, ini adalah latihan ke tiga minggu. Arkan mulai bosan.
"Kapan kau akan menyatakan cinta pada April?"
Jevon duduk di samping Arkan sembari membuang napas lelah. "Tidak tahu. Wanita itu masih enggan membalas pesanku. Aku hanya takut, jika aku benar-benar menyatakan cinta padanya, April akan berubah jijik dan tidak mau lagi menemuiku."
Arkan terkekeh, menertawakan daya pikir Jevon yang tidak ada kemajuan.