"Tenanglah. Menangis jika kau mau, aku tidak akan mengatakannya kepada siapa pun."
April memeluk tubuh Jevon dengan posisi duduk. Wanita itu menenggelamkan wajahnya di atas perut Jevon dan semakin menekannnya.
"Tolong jangan pergi dulu. Biarkan aku menangis sebentar lagi," ucap April lirih.
"Menangislah."
Jevon tetap berdiri dan tidak bergerak sedikit pun. Ia membiarkan April membasahi pakaiannya oleh air mata. Anggap saja ini adalah tanda permintaan maaf Jevon padanya.
Sepuluh menit berjalan tidak terasa. April mulai melepas pelukannya dan menyeka jejak air mata di wajahnya. Dia mendongak, menatap Jevon yang masih menatap lurus ke depan.
"Terima kasih."
Suara April cukup mengejutkan. Pria itu bergerak, lalu menunduk dan sedikit bergeser, setelah melihat April melepas pelukannya.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Jevon, merasa bersalah.