"Sudah kubilang, jangan terlalu banyak minum."
"Tubuhmu berat sekali."
Keke dan Lusi tengah bersusah payah menopang tubuh April yang sudah tidak berdaya. Wanita itu berkolaborasi dengan Arkan, meminum dua botol anggur merah yang disediakan oleh pria itu.
"Ini semua karena Arkan. Seharusnya ia tidak menyuguhkan minuman pada April," ucap Keke yang terlihat sangat kelelahan.
"Mereka berdua sama saja. Aku juga tidak menyangka jika Arkan menyukai minuman seperti itu."
Setelah merebahkan April di atas tempat tidurnya, Lusi dan Keke keluar dari kamar. Keduanya menjatuhkan bokong di atas sofa dengan napas terengah.
"Wajar saja, Arkan adalah pria dewasa. Kau lihat saja Jevon, bocah tengik itu kemarin mabuk sampai hilang kesadaran. Beruntung Arkan masih bisa membedakan antara kau dan aku.
Lusi terkekeh mendengarnya, dia beranjak dari duduknya. "Aku harus mengurus Arkan dulu. Kau tinggal saja di sini."
Keke hanya mengangkat jempol kanannya dan mulai memejamkan mata.