Setelah melakukan sedikit perdebatan dengan kegundahan hatinya sendiri, Lusi memutuskan untuk menemui Arkan di keesokan harinya.
Wanita itu sudah berdiri di depan pintu apartemen Arkan sejak sepuluh menit yang lalu. Namun dia masih enggan untuk mengetuk. Lebih tepatnya malu, dan merasa tidak pantas.
"Sampai kapan aku berdiri di sini? Masih jam enam pagi, apa Arkan sudah bangun?" Lusi bergumam. Antara ragu dan ingin segera bertemu pria itu.
Dengan mengembuskan napas sedikit pelan, Lusi akhirnya berhasil mengetuk pintu tersebut sebanyak tiga kali. Namun dia tidak mendengar sahutan setelahnya.
"Ke mana dia? Apa Arkan mengantar Jevon pulang? Tidak mungkin. Seharusnya Jevon menginap di sini semalam."
"Sebentar!"
Lusi mengerutkan kening, kebingungan. Ketika dia hendak berbalik, justru suara sahutan Arkan terdengar begitu bersemangat. Ada apa dengan pria itu sebenarnya?
"Hai, Lusi."