"Lihatlah pria itu, setiap harinya hanya mabuk-mabukan. Apa yang ada di dalam pikirannya?"
"Sudahlah, jangan mengomel seperti ini terus. Jevon adalah pria, ia tahu yang terbaik untuk dirinya. Mungkin dengan alkohol, ia dapat melupakan semua masalah."
April menjatuhkan bokongnya di atas sofa ruang tamu Lusi. Sembari membuang napas jengah, wanita itu menenggak sebotol air. "Meskipun dia pria dan senang bermabuk-mabukan, seharusnya ia tidak menyusahkan orang lain. Lihat Arkan, bertapa susahnya ia mengurus Jevon."
"Eh, kalian sudah pulang?"
Lusi mengangguk pelan.
"Ada apa? Kenapa April terlihat kesal?" tanya Keke, yang baru saja bergabung.
"Suasana hatinya sedang buruk. Siapa lagi jika bukan karena Jevon."
Bibir Keke membulat sempurna. "Kalian masih berdebat? Bukankah Jevon sudah bekerja di tempatmu cukup lama?"
"Ya. Tapi sikapnya masih tetap menyebalkan. Untung saja kontraknya hanya beberapa hari lagi."