"Ya. Aku berniat mencari orang tuaku hari ini."
Lusi hampir tersedak oleh mie yang sedang dia kunyah. "Apa? Tiba-tiba?"
Keke mengangguk dan segera mengambil tas ranselnya. "Arman sudah membuatku sadar, bahwa ikatan di antara saudara dan orang tua kandung tidak bisa dipisahkan."
Lusi agak tersentil mendengar ucapan Keke. Dia senang, karena akhirnya wanita itu memiliki pendirian dan akan menemui orang tuanya.
Tidak seperti dirinya. Lusi bahkan belum mendapat hidayah untuk menemui orang tuanya. Entahlah, dia merasa seperti anak yang benar-benar berdosa sekarang.
"Lusi, aku pergi dulu, sepertinya Mas Arman sudah menunggu di bawah."
"Hati-hati." Lusi tersenyum dan menatap kepergian Keke.
Dia menghela napas berat, lalu merebahkan kepala di atas meja kerjanya.
"Keke sudah menemukan titik terang dan akan menemui orang tuanya kembali. Lalu aku, sampai kapan aku seperti ini? Padahal ibu dan ayah beberapa kali datang untuk menemuiku."
***
