"Buka mulutmu."
"Untuk apa?"
Keke menyentuh dagu Arman dan membuka mulut pria itu. Dia memasukkan sepotong cokelat putih yang baru saja dibeli semalam.
"Hmm ... kau punya cokelat?" tanya Arman, takjub.
"Ya. Semalam aku dan Lusi membelinya di minimarket dekat sini. Bagaimana rasanya?"
"Enak. Seperti cokelat pada umumnya."
Tidak salah memang. Bukankah semua rasa cokelat sama saja?
Keke kembali memakan cokelatnya seorang diri. Pagi-pagi sekali mereka sudah berada di luar tenda, sembari menatap air laut yang bergerak dengan tenang.
"Keke, di mana orang tuamu?"
Wanita itu berhenti mengunyah. Dia meletakkan sisa cokelatnya di atas pasir yang sedang dia duduki.
"Kenapa kau menanyakan orang tuaku?" tanya Keke. Suaranya terdengar begitu dingin.
"Aku hanya ingin menemui mereka. Kau tahu, aku ingin menjalin hubungan serius denganmu."
Bibirnya menyunggingkan senyum sinis. Keke beranjak, melangkah maju hingga kedua kakinya menyentuh air.
"Aku tidak tahu mereka di mana."