April melemparkan tas jinjingnya dan menjatuhkan tubuh ke atas tempat tidur.
Harinya menjadi buruk setelah bertemu dengan Jovanka. Mantan kekasih Jevon itu benar-benar sudah gila.
"Aku curiga, jangan-jangan selama ini, dia yang belum bisa melupakan Jevon," gumam April, sembari menatap langit-langit kamarnya.
"Tapi wanita itu sangat cantik, dan bukankah dia juga telah mempunyai kekasih?" April berguling ke kanan. Dia tidak habis pikir pada wanita yang telah menjadi mantan, namun tetap mengharapkan pria lain.
April memang terbilang nakal saat hidup di Jakarta, namun sekarang hidupnya telah berubah dan menjadi jauh lebih baik.
Meski begitu, dia tidak pernah mempermainkan perasaan seorang pria.
"Aku rasa, dia mengalami gangguan jiwa." April meraih ponsel di dalam tasnya. Dia harus menghubungi Jevon dan memberitahu pria itu tentang kejadian hari ini.
"Halo, Jev," sapa April, dan mengubah posisinya menjadi duduk.
"Hai, April. Kau di mana?"