"Kau ingin mencobanya?"
Jevon menggeleng tanpa menoleh. Pandangannya hanya fokus menatap layar ponsel, sembari berbaring di atas paha April.
"Apa yang kau lihat, huh? Kau sekarang bahkan mengabaikanku." April mencebik pelan.
"Tidak. Aku hanya sedang menonton beberapa pertandingan basket internasional. Kau tahu, cita-citaku adalah menjadi pebasket nasional seperti mereka."
"Kalau begitu kau perlu berlatih lebih keras lagi. Kemarin kalian sudah memenangkan babak penyisihan, bukankah itu bagus untuk perkembangan tim kalian?"
Jevon mengangguk dan beranjak duduk. "Kau benar. Menurutmu, apa permainanku kemarin mengesankan?"
"Tentu saja." April mengangguk, lalu menyimpan toples camilannya ke atas meja. "Kekasihku ini sungguh sangat mengesankan! Aku bahkan tidak tahu kau bisa bermain basket."
Pria itu tersenyum bangga dan mendekap tubuh kekasihnya. "Beruntung sekali hidupku saat ini, mempunyai wanita yang setia dan mendukung apa pun yang ingin aku lakukan."