"Aku .... " Lusi menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. "Sebenarnya itu kisah dari pengalaman pribadi," ucapnya dengan percaya diri.
Lusi tidak biasa berbohong dan menipu. Apalagi kepada para pembacanya. Biarkan saja mereka tahu, seberapa pahit kisah cintanya dulu. Lagi pula, tidak ada yang mengetahui, sosok pria asli dalam cerita itu, kan?
"Jadi, kau ditinggalkan oleh mantan kekasihmu?"
"Hm." Lusi mengangguk pelan. "Tapi kalian jangan salah paham. Meski kisah kami aku buat dalam sebuah buku, tapi aku sudah melupakan semuanya. Biarkan saja kisah kami dalam versi lain, terkenang abadi di dalam Cinta Yang Hilang."
Suara riuh tepuk tangan mengejutkan Lusi. Semua penggemarnya berdiri. Bahkan ada yang menangis. Tidak tahu kenapa.
Pembawa acara yang duduk di seberang Lusi ikut terharu. Dia mengangkat mikrofon dan meletakannya di depan bibir.
"Lusi, menurutmu apa yang membuat mereka menangis seperti ini?" tanya pembawa acara, yang Lusi ketahui bernama Arini.
