Chereads / Pengantin Tuan Muda Arogan / Chapter 10 - Meminta Bantuan

Chapter 10 - Meminta Bantuan

Joe melangkahkan kaki keluar dari ruangan Adrian, Ia segera memesan tiket pesawat dan pergi melaksanakan perintah Tuannya.

Joe memang karyawan yang paling setia dengan Adrian, pantas saja lelaki itu menjadi kaki tangan Adrian orang yang paling dipercaya untuk melaksanakan tugas dan mengelola perusahaan Kala Adrian tidak berada di kantor.

Adrian berjalan ke arah jendela membuka tirai dan melihat pemandangan di luar sana Lalu menyalakan rokok dan menghisapnya pikirannya benar-benar kalut.

Siapa orang yang berani bermain-main dengannya, dia begitu pandai menyembunyikan segala informasi yang ada.

Sehingga anak buahnya tidak mampu melacaknya itu hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu. Adrian tak akan memberi ampun pada mereka jika sampai Adrian menemukannya.

Setelah selesai merokok Adrian lantas duduk dan mengecek semua laporan yang ada, serta menandatangani beberapa berkas. Ia melanjutkan kembali pekerjaannya, tanpa terasa malam pun telah tiba.

Adrian melangkah keluar dari ruangan, kantor itu sudah sepi karena hari sudah menunjukkan pukul 06.00, semua karyawan sudah pulang sejam yang lalu hanya tinggal tersisa dia dan sekretarisnya.

Adrian langsung menuju lobi, sopir pribadinya sudah menunggu di depan pintu. Ia masuk ke dalam mobil dan meminta sopirnya untuk pulang ke kediaman keluarga Wijaya.

Adrian akan meminta bantuan ayahnya untuk membantu mengungkap kasus Vania, walaupun ia tahu kedua orang tuanya tidak menyukai Vania, namun ia akan memohon.

Mungkin saja orang tuanya berkenan untuk membantu karena Vania sudah tiada dan ia tidak bisa bersama lagi dengannya.

Sampailah ia di kediaman keluarga Wijaya, Adrian langsung masuk ke dalam rumah. Pelayan yang melihatnya membungkukkan badan.

Adrian terus saja mencari ayahnya, lalu ia bertemu dengan sang ibu dan menanyakan keberadaan ayahnya itu.

"Makanlah dulu Nak, kau pasti lapar dan belum makan bukan? Ayo sekarang kita ke ruang makan kau harus makan terlebih dahulu nanti, ayahmu akan menyusul kita di ruang makan," ucap ibunya membujuk Adrian.

Adrian pun mengikuti perintahkan ibunya, ia melangkah ke meja makan dan benar saja, tak lama kemudian ayahnya datang dan duduk di kursi kepala keluarga.

"Ingat pulang juga kau rupanya, Aku kira kau tak akan pulang lagi ke rumah ini," ucapkan Ayah Adrian sambil tersenyum sinis kearah anaknya.

"Aku harus pulang bukan, ini adalah rumahku dan aku merindukan ibuku," ucapnya sambil mencibir ke arah ayahnya.

"Pasti ada sesuatu yang ingin kau minta dari kami, hingga kau pulang ke sini," ucap Surya yang sudah bisa menebak watak anaknya.

Ia hanya akan pulang kalau Ia membutuhkan bantuan saja, jika tidak maka dia tak akan mengunjungi orang tuanya sebelum di minta.

"Sudahlah, kalian ini ada apa? makan dulu, setelah itu kita bicarakan di ruang tamu, dan kau, anakmu baru saja pulang jangan kau bicara seperti itu, nanti dia akan jarang untuk pulang ke sini," ucap Ibu Adrian membela anaknya.

Mereka pun makan bersama dan menyelesaikan makan malam dengan damai, setelah makan malam Adrian langsung pergi ke kamarnya ia ingin membersihkan diri terlebih dahulu.

Satu jam lamanya, ia membersihkan diri setelah itu dia berpakaian dan turun ke bawah bergabung dengan kedua orangtuanya di ruang tamu.

Ini sudah merupakan kebiasaan di rumah itu setelah makan malam, ayah dan ibunya akan berkumpul di ruang tamu untuk sekedar mengobrol bersama, sambil menikmati teh dan kopi serta kudapan bikinan ibunya.

Adrian lantas duduk, ia mengambil sepotong kue bolu buatan ibunya lalu menyesap kopi milik ayahnya.

Ayahnya hanya geleng-geleng kepala saja melihat perilaku anaknya itu, terkadang anaknya itu bisa seperti anak kecil, namun terkadang ia begitu mengesalkan dan tak menuruti perintah dari ayahnya.

"Ayah maukah kau membantuku untuk menyelesaikan masalah pembunuhan Vania? Aku butuh bantuanmu karena mereka sulit sekali melacaknya dan sampai sekarang belum ada kabar baik."

Arkan memulai obrolan pada ayahnya dan membujuk Surya agar mau membantunya kali ini.

"Untuk apa lagi kau melacak pembunuhan itu dan mencari tahunya, bukankah sudah jelas bahwa polisi menyatakan Vania kecelakaan," tutur Ayah Adrian, ia melihat kearah anaknya.

"Tidak ayah, Vania tidak kecelakaan. Ia telah dibunuh karena sehari sebelum kejadian ada seseorang yang membawanya pergi ke kota B, aku menemukan bukti rekaman CCTV nya."

Surya begitu terkejut mendengarkan penuturan anaknya, kenapa bisa anak buahnya begitu ceroboh hingga Adrian menemukan rekaman CCTV di kota itu.

Surya pun akhirnya menyetujui permintaan anaknya, ia akan membantu Adrian untuk membongkar kasus ini.

Niatnya bukan untuk membantu Adrian, melainkan untuk mengetahui gerak-gerik dari Adrian,apa saja informasi yang telah didapatkan oleh anaknya itu.

Surya tak ingin kasus ini terselesaikan, dan ia tak mau Adrian tahu kebenaran yang sesungguhnya.

Setelah mengobrol panjang lebar dengan ayahnya dan menceritakan semuanya Adrian pun pamit untuk beristirahat, ia langsung naik ke atas menuju kamarnya.

Lelaki itu langsung merebahkan badannya diatas tempat tidur, ia merasa sangat lelah sekali, ia butuh istirahat untuk memulihkan kembali tenaganya.

Adrian berencana untuk mengunjungi Farah besok pagi, entah kenapa dia ingin selalu bertemu dengan Farah.

Adrian mematikan lampu kamarnya lalu mulai memejamkan mata dan tertidur pulas, menjelajah ke alam mimpi.

Disatu sisi ayahnya sedang menelpon seseorang ia memarahi orang tersebut, karena tak becus dalam bekerja.

"Bagaimana bisa aku meninggalkan jejak saat bekerja, kenapa kau begitu bodoh. Anakku menemukan bukti CCTV sebelum Vania terbunuh dan itu membahayakan, bisa saja semua terungkap nanti, cepat kau lenyapkan bukti itu dan tutup semua informasi, agar anakku tidak mendapatkan hasil apa-apa dari CCTV tersebut."

Surya lantas menutup teleponnya, dia pun duduk di kursi ruang kerjanya, Aida pun ada di dalam ruangan itu menemani Surya, Aida sempat panik saat mengetahui Arkan menemukan petunjuk.

Ia dan suaminya lantas menyusun rencana kembali karena rencana mereka sekarang Arkan malah menikah dengan teman Vania yang lebih tidak jelas asal usulnya.

Setelah menemukan rencana baru, mereka pun menuju ke kamar lalu beristirahat sebelum tidur Aida masih menyempatkan diri untuk melihat Arkan.

Ini adalah rutinitas yang selalu Aida lakukan saat anaknya pulang ke rumah, ia membuka pintu kamar Adrian dan melihat anaknya tertidur pulas disana.

Aida begitu menyayangi Arkan hingga dia ingin yang terbaik untuk anak semata wayangnya itu.

Aida menghampiri Adrian lalu mencium kening anaknya itu, walaupun anaknya sudah sebesar itu Aida tetap saja memperlakukannya seperti anak kecil.

Ia langsung keluar dari kamar Adrian, tak lupa mematikan kembali lampu kamar itu dan menutup pintu, ia pun langsung turun ke bawah masuk kedalam kamarnya.

Aida melangkah ke kamar mandi mengganti pakaiannya dengan piyama, lalu melangkah menuju tempat tidur, suaminya sudah terlelap, ia merebahkan diri di samping suaminya dan ikut tertidur.