"Alice, sekarang kau itu harus selalu bisa menguasai dirimu sendiri. Kau harus selalu mendekatkan diri kepada Tuhan. Agar arwah jahat itu tidak bisa mengganggumu lagi!" ucap Bella menasehati Alice.
"Bu, apa sebaiknya kita antar Bibi ke kamar saja, ya?" tanya Daniel.
"Yasudah," jawab Bella.
Daniel dan Diana mengantarkan Alice menuju kamarnya.
Sedangkan Bella masih tampak pusing memikirkan ini semua.
Tentu saja kejadian yang menimpa Alice juga berdampak buruk kepada keluarganya.
Dia hanya takut jika Alice akan mencelakai dia dan kedua anaknya.
"Oh ya, Tuhan. Kapan semua ini akan berakhir?" gumam Bella yang tak kuasa menahan tangis.
Tak lama Ella ibunda dari Caroline mendatangi rumah Bella.
Tok! Tok! Tok!
"Iya, sebentar!" sahut Bella.
Ceklek!
"Nyonya Ella?" sapa Bella yang agak sedikit kaget. Dan wanita itu datang bersama dengan dua aparat kepolisian setempat.
"Di mana adikmu?!" tanya Ella dengan sorot mata tajam dan penuh amarah.
"Di-dia—" Ella memotong kalimat Bella yang terbata-bata itu.
"Pak, masuk saja! Dan tangkap pelaku pembunuh putriku!" ujar Ella.
Dan dua aparat kepolisian itu mulai memasuki rumah Bella, serta mencari Alice.
Sementara Ella masih berdiri sambil menatap Bella dengan raut wajah kaku.
"Nyonya, aku mohon tolong lepaskan adikku! Dia itu sedang sakit!" ucap Bella.
"Sakit? Hanya sakit, 'kan?" ucap Ella dengan sinis, "itu hanya sakit! Sementara putriku malah sudah mati!" pekik Ella.
"Aku mohon, Nyonya, kasihani adikku. Alice melakukan itu semua tanpa sadar. Dia itu tengah dirasuki oleh roh jahat!" ujar Bella.
"Kerasukan roh jahat?" Ella memicingkan ujung bibirnya. "Cih! Kau pikir aku akan mempercayainya?!"
Ella mendorong tubuh Bella hingga terjatuh.
"Aku akan menuntut kematian putriku sampai kapanpun. Bahkan akan aku pastikan dia mendapatkan hukuman yang setimpal!" tegas Ella.
Setelah itu, dua aparat kepolisian membawa Alice keluar dari kamarnya.
Alice tampak kebingungan. Sedangkan Daniel dan Diana hanya bisa menangis melihat kepergian Alice.
"Bibi! Bibiku, mau dibawa kemana?!" teriak Diana.
Namun mereka tak peduli, Alice dibawa pergi begitu saja. Bella pun juga tidak bisa berbuat apa-apa.
"Bella! Tolong aku!" teriak Alice.
"Maafkan aku, Alice. Saat ini aku tidak bisa membantumu. Tapi aku akan berusaha untuk membebaskanmu!" sahut Bella.
"Bibi!" teriak Diana. Gadis itu berlari dan mengejar Alice beserta kedua aparat itu.
Namun Bella dan Daniel berusaha untuk menghentikan.
"Sudah, Di! Jangan mengejarnya! Percuma!" ujar Daniel.
"Tapi dia membawa Bibi Alice!"
"Sudah biarkan saja! Percayalah Bibi Alice akan baik-baik saja!" ujar Daniel.
"Tapi—"
"Apa yang diucapkan oleh kakakmu itu benar, Sayang!" timpal Bella.
Dan gadis kecil itu pun menyerah, dia menangis tersedu-sedu karena harus melepaskan Alice. Dia duduk di lantai dengan lengan tangan mengusap bagian mata yang berlinangan air.
"Bagaimana cara kita menyelamatkan Bibi Alice, Bu?" tanya Diana.
"Nanti kita akan menyewa Pengacara yang hebat, Sayang," jawab Bella.
"Tapi ... apa, Ibu, yakin?"
"Tentu saja!" Bella memeluk tubuh mungil Diana. Dan Daniel juga turut memeluk keduanya.
Sekarang hanya tinggal mereka bertiga di rumah ini.
Benar-benar hal yang sangat sulit untuk dijalaninya, Archer meninggal dengan tragis, sedangkan Alice malah di penjara.
Tak berselang lama, ada yang mengetuk pintu rumah mereka lagi.
Dan kali ini yang datang adalah Carlos.
"Mau apa lagi kamu datang kemari?!" bentak Bella.
"Hei, Bella. Ada apa denganmu? Aku datang kemari karena ingin bertemu dengan Alice!" ujar Carlos.
"Alice ada di kantor polisi! Apa kau belum puas?!" sahut Bella.
"Hei, Bel! Apa maksudmu?" Carlos terlihat syok mendengarnya.
"Carlos! Semua gara-gara kamu!" Bella mencengkeram kerah baju Carlos.
"Bella! Apa yang kau lakukan?! Apa salahku?!" pekik Carlos.
"Kalau kau tidak selingkuh dengan Caroline! Maka Alice tidak akan pergi ke London dan bertemu dengan Sea! Dan mungkin sekarang suamiku Archer juga masih hidup!" ucap Bella.
"Bel—"
"Carlos, hidup kami hancur, Carlos! Semua gara-gara kamu! Alice pun sekarang juga harus di penjara!"
"Bel, dengarkan aku! Kau tidak bisa melimpahkan semua kesalahan kepadaku! Termasuk meninggalnya suamimu!" ujar Carlos yang mencoba membela diri.
"Diam!" pekik Bella.
"Kau yang diam!" sahut Carlos. Lalu pria itu melanjutkan kalimatnya.
"Archer mati gara-gara dia ingin menemui Alice. Dan itu karena suamimu memang seorang Hidung Belang!" ujar Carlos.
Tentu saja Bella tidak terima mendengar semua itu.
"Apa maksudmu?! Suamiku itu bukan Hidung Belang!" tegas Bella.
Dan dengan terpaksa Carlos pun membongkar semuanya.
Sebenarnya, saat berada di Rumah Sakit Alice sempat bercerita tentang Archer kepada Carlos.
Waktu itu Alice baru saja tersadar dan dia menangisi nasib kakaknya yang kini menjadi janda.
"Bella, maafkan aku Bella. Aku tidak bisa menyelamatkan suamimu!" ucap Alice dengan derai air mata. Lalu Carlos memegang pundaknya.
"Alice, apa kau tidak tahu sama sekali, mengapa Archer bisa mengenal Sea, dan hingga mati di rumah wanita itu?" tanya Carlos.
"Sea menipu Archer. Dia menulis surat palsu, yang seolah-olah dariku. Setelah itu dia menyekap Archer tanpa sepengetahuanku kemudian membubuhnya!" jawab Alice.
"Kenapa bisa begitu? Dan mengapa Archer tampak antusias menerima surat darimu? Bukankah di jaman secanggih ini ada internet? Apa dia tidak bisa meneleponmu saja?" tanya Carlos.
Alice menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak pernah menanggapi pasan dan panggilan telepon darinya. Karena aku tidak mau memberikan harapan palsu." Jawab Alice.
"Harapan palsu?" Carlos tampak heran. "Apa maksudnya?"
Dan Alice pun menghela napas jengah, sesunggunya dia tidak ingin menceritakan ini semua kepada Carlos. Namun Carlos bertanya, dan lagi pula kalau bukan karena Carlos, maka dia dan Felix tidak akan selamat. Akhirnya Alice pun berkata jujur kepada Carlos.
"Archer itu menyukaiku. Tapi aku tidak mau menanggapinya. Aku masih menghargai Bella. Lagi pula aku tidak sudi memiliki hubungan sepesial dengan Hidung Belang sepertinya. Cukup denganmu saja dan itu sudah berakhir." Tutur Alice.
Carlos agak tersinggung dengan kata-kata Alice, terutama saat ia menyebut 'Hidung Belang' dan itu juga termasuk Carlos.
Namun Carlos tidak mau menyalahkan Alice, toh itu memang kenyataan. Dia sudah berselingkuh dengan gadis lain. Dan itu membuat Alice terluka.
Yang artinya dia pun juga harus iklas ketika Alice menyebutnya sebagai 'Hidung Belang' nyatanya dia memang tidak puas dengan satu wanita saja.
Namun yang membuat Carlos syok adalah ucapkan Alice tentang Archer. Yang ternyata juga menaruh perasaan terhadap Alice.
"Jadi, Archer selama ini menyukaimu?" tanya Carlos.
Alice pun menjawab dengan anggukkan kepalanya.
"Dan itu pula yang menjadi alasanku untuk meninggalkan Oxford. Aku memang ingin melupakanmu. Selain itu aku juga ingin agar Archer tidak berbuat gila kepadaku. Aku mau kehidupan rumah tangga kakakku baik-baik saja," ungkapnya.
"Astaga! Sekali lagi aku minta maaf Alice. Karena aku ... kau jadi kesusahan. Dan pria tak tahu diri itu juga malah menambah kesulitanmu!" ujar Carlos.
"Sudahlah ... lupakan saja. Dan aku mohon agar kau merahasiakan ini dari Bella," pinta Alice.
"Baiklah, aku akan menjaga rahasia ini," ujar Carlos.
To be continued