Chereads / Pemilik Toko di Death Valley / Chapter 8 - Membuat Fire Glove

Chapter 8 - Membuat Fire Glove

Fire Glove, sederhananya merupakan sarung tangan yang dapat menghasilkan serangan api. Komponen material yang diperlukan untuk membuat sarung tangan ini telah dimiliki oleh Cien.

Inti Mana sebagai baterai agar sarung tangan bisa menghasilkan sihir dan monster core dari Inferno Bear.

Monster core merupakan satu material langka yang biasanya terdapat di dalam tubuh monster rank 5 ke atas. Kegunaan monster core sendiri biasanya digunakan untuk mempelajari skil yang terekam di dalamnya.

Monster core adalah sebuah memori yang mengkristalisasi di dalam tubuh monster. Para monster biasanya melakukan hal ini agar dapat mewariskan salah satu tekniknya ke generasi berikutnya setelah dia mati. Namun yang bisa belajar dari monster core ini bukan para monster saja, manusia pun bisa.

Dengan mendapatkan monster core dan menyerap memori yang ada di dalamnya, manusia tersebut bisa mempelajari skil yang terekam. Oleh karena itu, monster core merupakan salah satu benda yang sangat diinginkan oleh semua orang di dunia.

Dan karena kelangkaannya juga, harga dari monster core bisa mencapai nilai yang tidak terkira. Walaupun isi dari setiap monster core itu sendiri tidak diketahui. Setiap monster core hanya bisa dipakai satu kali, setelah seseorang menyerap isinya, monster core itu hanya akan menjadi sebuah batu kristal biasa.

Jadi, bagi Cien, membeli monster core tidak ubahnya sebuah undian mahal. Akan lucu jadinya bila membeli monster core dengan harga selangit yang ternyata dia hanya akan mendapatkan teknik [Waterball].

Yup, setidaknya itulah kegunaan satu-satunya monster core. Mendapatkan skil yang ada di dalamnya. Tapi sekarang Cien belajar hal baru setelah membaca resep di ponselnya. Monster core ternyata bisa juga dijadikan bahan untuk membuat benda magis. Mungkin di Benua Kastia, hanya dia yang tahu bagaimana caranya melakukan hal ini.

Oh, dan mungkin dia juga satu-satunya di dunia yang bisa mengetahui isi memori dari monster core. Dengan fungsi kamera di ponselnya, Cien bisa tahu skill apa yang terekam di dalam monster core tersebut.

Pada monster core yang didapatkannya dari Inferno Bear, skill yang ada di dalamnya adalah [Tongue of Fire]. Teknik dari sihir api di mana pemakai akan menyemburkan api yang membakar area di depannya sejauh dua puluh meter.

Sayangnya, karena ini merupakan sihir api, Cien yang kemarin menemukan monster core tersebut tidak merasakan bahagia sama sekali. Hal ini karena dia tidak mempunyai afinitas dengan sihir api. Afinitasnya adalah air, sehingga mustahil baginya untuk belajar sihir api.

Namun saat ini, dengan resep Fire Glove, barulah dia bahagia karena menemukan monster core.

Cien tanpa memikirkan hari yang sudah malam, langsung saja bergerak untuk memulai pembuatan Fire Glove.

Hal pertama yang dia lakukan adalah mempelajari setiap tahap yang harus dilakukannya. Karena aplikasi bodoh itu tidak membuatnya bisa melakukan produksi otomatis, dia harus membuat setiap resep dengan tangannya sendiri.

Cien tidak punya pengalaman dalam menempa besi. Tapi, dia punya sedikit pengalaman dalam menjahit, membuat kerajinan dari kayu, menggambar, dan menulis dari kehidupan dia di Bumi. Semua skill kerajinan itu dipelajarinya di sekolah dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Ditambah dia juga berprofesi sebagai 3D artist, sehingga menirukan model yang ada di setiap resep bukanlah hal yang cukup bermasalah baginya.

Walaupun masih dalam pertanyaan, apakah dia bisa melakukannya dengan tangan sendiri?

Semalaman Cien belajar memahami setiap langkah dan teori yang ada pada resep. Teori yang terpenting adalah tentang pengaplikasian monster core dan inti mana ke sebuah objek dan membuatnya menjadi benda magis.

Pagi harinya, setelah dia menyerap ilmu sebisanya. Cien kembali membuat daging bakar sebagai santapan sarapan sebelum memulai membuat Fire Glove.

Setelah merasa segar kembali, dia pergi ruang penyimpanan. Mengambil monster core dari Inferno Bear, dan satu inti mana. Yup, hanya ini bahan material yang dibutuhkannya. Sisanya, untuk kain kulit, dia akan memakai jubah usangnya. Cien mengingat kalau bahan jubah itu berasal dari kulit sapi.

Cien tidak punya pilihan lain, walau diresep dikatakan kalau kulit monster lebih dianjurkan. Sayangnya dia tidak mempunyai hal itu. Ada kulit Inferno Bear di ruang penyimpanan, tapi dia tidak tahu cara menyamak kulit.

Semua bahan Cien bawa ke workhouse. Pertama-tama, Cien membuat sarung tangannya dahulu. Dengan ilmu seadanya, dia mengukur, memotong dan menjahit dari pagi hingga menjelang sore. Dia bahkan hampir lupa untuk menyantap daging untuk makan siang. Cien sedikit galau karena waktu makannya sedikit terlewat.

Waktu berlalu terasa sangat cepat bagi Cien. Dia sangat berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Dalam workhouse semua peralatan untungnya sudah tersedia. Jarum, benang, bahkan dia menemukan pewarna kain di salah satu laci.

Hingga sore hari, akhirnya sarung tangan pun berhasil dibuatnya. Sarung tangan itu terbilang sangat simple. Warnanya hitam pudar, karena berasal dari jubah usangnya. Bagian luar dan bagian dalam sarung tangan memakai kain yang sama, sehingga sewaktu dia pakai agak kurang nyaman. Permukaan kulit di dalam membuat tangannya agak lengket.

Cien hanya bisa mengangkat bahu karena dia tidak bisa berbuat apapun lagi. Setelah selesai membuat sarung tangan, Cien mengambil satu pewarna kain berwarna hitam. Dia masak air hingga mendidih di dalam panci dengan pewarna kain, lalu memasukkan sarung tangan yang dibuatnya.

Selama kurang lebih satu jam, Cien memperhatikan panci yang mendidih itu dengan sekali-kali mengaduk-ngaduk sarung tangan di dalamnya. Setelah selesai, dia keluarkan sarung tangan. Mencucinya hingga bersih, lalu menjemurnya.

Setelah semua selesai dia barulah membuat makan malam lalu berencana mengakhiri pekerjaannya untuk hari ini dan melanjutkan lagi besok.

Keesokan harinya, Cien bangun pagi, memakan sarapan seperti biasa lalu melanjutkan lagi pekerjaannya.

Proses selanjutnya merupakan hal yang penting bagi Cien. Karena tahap-tahap berikutnya adalah tahap yang asing baginya, bahkan bagi seluruh manusia di Benua Kastia.

Pertama Cien ambil satu inti mana. Setiap inti mana yang didapatkannya dari aplikasi memiliki panjang tiga puluh senti dengan diameter sekitar lima senti. Harus diakui, inti mana yang didapatkannya cukup besar. Ukurannya hampir sama seperti ukuran botol air minum di kehidupannya dulu.

Masalahnya sekarang, Cien harus memotong satu inti mana ini menjadi dua puluh keping, dan dia tidak tahu caranya!

Sambil membawa inti mana di tangannya, Cien menjelajahi isi tokonya untuk mencari alat yang bisa digunakan untuk memotong batu. Pada kehidupan lamanya, untuk memotong batu membutuhkan mesin gergaji, untuk memolesnya membutuhkan gerinda. Kedua alat penting tersebut, Cien cari-cari bahkan ke tempat pandai besi pun, tidak juga ditemukan

Pada akhirnya dia kembali ke workhouse lalu bersandar lunglai di kursi. Merasa kalau semangatnya tadi seketika menghilang.

"Kalau dipikir-pikir, bagaimana orang-orang di sini memotong batu permata? Teknologi di Kastia tidak semaju di Bumi."

Benar juga! Cien seketika sadar akan kesalahannya. Karena dia tidak pernah melihat pemrosesan batu di Kastia, membuatnya berpikir kalau pemrosesannya sama dengan di Bumi. Teknologi di Kastia tidak bergantung pada sains, melainkan pada sihir!

Cien berdiri, dia memindai sekilas seluruh isi ruangan workhouse, dan matanya kini terfokus pada meja besar di tengah ruangan. Dia berjalan menghampiri, melihat pada permukaan meja tersebut terdapat lingkaran sihir.

Cien ambil ponselnya, membuka bagian toko dan mencari fungsi meja di depannya. Benar saja, meja tersebut dinamakan 'Meja Crafting'.

Dia tidak perlu ambil pusing lagi, langsung saja mengaktifkan lingkaran sihir di meja. Sesaat cahaya yang cukup berkilau menerangi ruangan. Lalu sebuah layar proyeksi tiba-tiba muncul di depan Cien.

[Simpan material di tengah lingkaran.]

Cien meletakkan inti mana sesuai dengan perintah. Lalu tulisan itu berubah menjadi sebuah layar dengan gambar inti mana di tengah dan beberapa ikon alat di sampingnya. Cien semerta sadar setelah melihat layar tersebut.

'Ini seperti aplikasi memahat…'

Setengah jam kemudian dihabiskan Cien untuk mengenal setiap fungsi dari layar yang ada di sana. Walau seperti aplikasi memahat, namun fungsi dari layar di depannya tidak semaju dari software yang ada di ingatannya. Yang bisa dilakukan oleh layar tersebut hanyalah memotong, memoles, dan memahat. Dia tidak bisa menggabungkan satu batu dengan batu lainnya, mewarnai batu, membentuk batu sesuai keinginan dan lain sebagainya.

'Ini sudah cukup. Aku hanya ingin memotong saja.'

Dengan cepat Cien membuat inti mana menjadi dua puluh keping di layar. Setelah selesai memotong pada layar, dia tekan tombol 'selesai'. Sinar mengkilau kembali membutakan matanya, dan sedetik kemudian, inti mana di atas meja telah terpotong sebagaimana yang dilakukannya di layar.

'Nice, sempurna.'

Setelah pemotongan inti mana selesai. Berikutnya adalah menghancurkan monster core hingga menjadi serpihan bubuk. Cien sangat terkejut ketika pertama kali membaca tahap ini, karena monster core berharga itu harus dihancurkannya.

Bagaimana kalau gagal? Bagaimana kalau skill di dalamnya juga ikut hancur? Dia sedikit cemas, namun karena dia tidak bisa memakainya, jadi lebih baik dia melihat apakah resep di ponselnya benar-benar bisa membuat benda magis.

Sama seperti inti mana, Cien letakkan monster core di atas meja. Membuat monster core menjadi serpihan halus di layar, dan menekan tombol selesai.

Sekarang Cien sudah menyiapkan tiga komponen penting. Sarung tangan, inti mana, dan bubuk monster core. Dia menyunggingkan senyum.

'Tinggal menyatukan semuanya. Mari lihat, apakah resep itu nyata atau hanya bualan aplikasi semata?'