Chereads / Pemilik Toko di Death Valley / Chapter 32 - Jamie yang Tertinggal

Chapter 32 - Jamie yang Tertinggal

Death Valley, siang hari.

Di depan bangunan toko, tepatnya di samping kanan agak berjarak dari bangunan toko, Cien duduk dikelilingi oleh puluhan balok kayu yang telah diolahnya dari pohon-pohon Hellteak di sekitar toko.

Tiga hari telah berlalu sejak Tuan Putri Sravati, Legia, Ian dan Reiss melanjutkan perjalanan, keluar dari Death Valley mengikuti arahan yang diberikan Cien.

Petunjuk untuk keluar dari Death Valley sebenarnya tidaklah sulit.

Cien telah menancapkan batu-batu yang telah direndam dengan darah monster, di setiap tanah pada bawah pohon dengan jarak sepuluh meter sebagai pemandu jalan keluar.

Putri Sravati dan rombongannya hanya perlu mengikuti batu-batu yang berwarna merah gelap itu untuk keluar dari tempat terkutuk ini.

Sebelum mereka berangkat pergi, Putri Sravati memberikan rasa terima kasihnya kepada Cien, lalu membeli lima Hellteak Spear dari toko, dan satu Fire Glove terakhir yang tersisa di toko.

Sebagai seorang pedagang Cien tentu sangat senang. Ini pertama kalinya, dia mendapatkan pelanggan yang benar-benar membeli barangnya di Death Valley. Cien tidak menganggap Reiss sebagai pelanggan karena dia tidak membeli namun bekerja paruh waktu untuknya.

Sesaat setelah rombongan sang putri dari Huntara pergi. Pemberitahuan akan selesainya event bonus pun berbunyi. Misi yang harus dijalankannya adalah menyelamatkan Tuan Putri dan menjadikan dia sebagai pelanggan di toko.

Misi ini sukses dilakukan oleh Cien, dan sesungguhnya dia sudah sangat menanti akan hadiah yang akan diberikan oleh aplikasi. Karena ketika dia mendapatkan misi, pada bagian hadiah Cien hanya melihat simbol tanda tanya pada layar.

Ketika Cien membuka pemberitahuan dan melihat hadiah yang diberikan, pada awalnya dia merasa bingung karena yang didapatnya adalah sebuah lemari penyimpanan dengan struktur enam buah laci.

Cien sudah memiliki banyak lemari dan kabinet di ruang penyimpanan, sehingga mendapatkan lagi satu lemari tidak membuatnya cukup bahagia. Namun ketika dia melihat detail tentang lemari tersebut. Cien bisa dikatakan sangat tertegun.

Nama lemari itu adalah Spawn Storage.

__________

Spawn Storage

Lemari ajaib yang dapat menduplikasi benda yang ditaruh di dalamnya. Terdapat beberapa aturan penting yang harus diperhatikan.

Pertama, setiap laci pada Spawn Storage hanya bisa ditaruh satu jenis benda material saja, dan material tersebut tidak dapat digantikan lagi.

Kedua, setiap laci hanya akan menghasilkan satu buah duplikasi dari material original setiap satu bulan sekali.

Ketiga, setiap laci hanya dapat menampung maksimal sepuluh duplikasi material termasuk material original.

Keempat, hasil duplikasi akan sama persis dengan material original. Kualitasnya tidak akan lebih buruk dan juga tidak akan lebih bagus.

__________

Membaca detail tentang Spawn Storage benar-benar membuat Cien terkejut. Karena itu artinya, dia akan mendapat suplai material tanpa batas dengan benda ajaib tersebut.

Hanya saja, cuma ada enam laci pada Spawn Storage yang artinya Cien hanya dapat menempatkan enam jenis material di sana.

Mengetahui hal ini membuat Cien harus betul-betul berhati-hati dalam menaruh material di sana, hanya material yang memang begitu langka saja yang akan disimpannya di sana.

Untuk saat ini, Spawn Storage, dia simpan di workhouse. Laci pertama telah diisi oleh Cien dengan satu buah Inti Mana.

Walaupun Cien yakin dia bisa mendapatkan Inti Mana dari hadiah misi di masa depan nanti. Namun, memiliki Inti Mana berlebih bukanlah hal merugikan. Banyak resep di ponsel yang membutuhkan Inti Mana. Selebihnya, dia bisa menjual atau melelangnya bila mendapatkan kesempatan keluar dari Death Valley lagi.

Meskipun di Death Valley dia tidak memerlukan uang, namun dengan uang dia dapat membeli material yang tidak ada di Death Valley, di setiap kota yang akan dia kunjungi nanti. itupun kalau memang kesempatan itu muncul kembali.

Sekarang, setelah tiga hari berlalu, apa yang dilakukan Cien dikelilingi oleh puluhan balok kayu?

Meskipun singkat, namun keberadaan Putri Sravati di tokonya membuat Cien sadar akan satu hal penting.

Dia tidak punya kamar untuk tamu!

Berbeda dengan Reiss, sewaktu Sravati tinggal di toko, Cien terpaksa memberikan kamar tidurnya untuk sang putri dan juga Legia. Sedangkan Ian dan Jamie tidur di kamar tamu lain. Selama tamunya menginap itu, Cien bisa dibilang menyibukkan diri di workshop, dan tidur di sana.

Namun kini mengingat kejadian tersebut, Cien mulai berpikir untuk membuat bangunan penginapan. Sehingga bila ada pelanggan yang datang nanti, bila mereka ingin menginap untuk mengistirahatkan diri, mereka tidak perlu lagi masuk ke tempat pribadinya.

Lagipula, barulah saat ini dia terpikir kalau orang yang datang pastilah orang-orang yang susah payah melewati Death Valley. Mereka tidak mungkin langsung pergi setelah melihat ada tempat aman sepeti Toko Kirana.

Walaupun masih ada ketidakyakinan dalam diri Cien akan adanya tamu di masa depan nanti. Setidaknya mempersiapkan sesuatu sebelum kejadian terjadi bukanlah hal buruk.

Sekarang setelah dia memotong pohon dan membuatnya menjadi puluhan balok kayu. Cien sudah siap untuk membangun penginapannya.

Pada saat inilah ketika Cien telah bersiap untuk menyusun balok. Tiba-tiba pintu depan toko terbuka dengan sangat keras.

Seorang pria dengan badan bidang berlari keluar dengan raut panik. Dia celingak celinguk kesana kemari seperti orang kebingungan sembari beberapa kali memanggil nama Legia.

"Di mana ini?! Legia!!"

Cien melihat pria itu dengan tatapan kosong. Pria itu adalah Jamie, kerabat Legia yang berasal dari Ethyria. Semenjak dia datang ke toko, Jamie sama sekali belum siuman. Itulah mengapa Cien mengerti alasan akan kebingungan pria tersebut.

Bangun di tempat asing tanpa ada seorang pun yang dikenalinya pastilah membuat diri orang itu panik.

"Umm, namamu Jamie, kan?" Tanya Cien yang beranjak dari duduknya di tanah lalu berjalan mendekati.

Jamie yang mendengar suara seseorang langsung berbalik dan melihat wajah yang familiar.

"Kau, lelaki yang katanya pemilik toko?!"

"Apa maksudmu dengan 'katanya'? Aku memang pemilik toko, apa kau tidak lihat bangunan tempat kau berada tadi?"

Mendengar itu, Jamie seketika memperhatikan bangunan yang mayoritas terbuat dari kayu di sampingnya. Membaca nama 'Toko Kirana' pada plang yang menggantung di depan toko membuatnya menganga tanpa suara.

"Kenapa… apa kau memang segitu gilanya membuat toko di tempat seperti ini?"

"Oi, betapa tidak sopannya kau ini!" Cien menjitak kepala Jamie akan perkataan yang dikeluarkannya, "Aku tidak gila, hanya terpaksa! Lagipula apa-apaan kamu ini? Kamu masih hidup berkat ramuan yang kujual di toko gila itu, tahu?"

Jamie meringis mengelus kepalanya yang terjitak sambil menunduk malu. Dia lalu teringat akan kawannya.

"Umm, di mana Letnan Legia dan Putri Sravati?"

"Mereka telah pergi melanjutkan perjalanan tiga hari lalu."

"Eh? … EHHHHH?!"

Jamie terkejut sambil mengeluarkan suara nyaring yang memekakkan telinga.

"Me-Mereka meninggalkanku di sini? Di DEATH VALLEY??!"

Tak!

Cien kembali menjitak kembali kepala Jamie.

"Kau tidak perlu berteriak seperti itu! Lagipula memangnya kenapa kalau ini Death Valley? Kau ditinggalkan di sini, di tokoku, wilayah ini adalah tempat teraman di sini, kau tak perlu khawatir."

"Tapi, tapi, tapi…"

"Sigh, setelah dua hari kau masih belum juga sadarkan diri. Situasi di Huntara pastilah semakin memburuk. Gadis putri itu menjadi sangat khawatir sehingga Legia memilih menitipkanmu padaku untuk sesaat. Nanti setelah misi Legia mengantarkan putri itu selesai, dia akan segera kembali untuk menjemputmu. Jadi kau tidak perlu ribet seperti ini."

Mendengar penjelasan dari Cien, Jamie menjadi sedikit tenang. Namun setelah berpikir sejenak, dia pun meminta Cien untuk memberitahukannya jalan keluar dari Death Valley. Jamie berniat menyusul rekannya, yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Cien.

"Informasi jalan keluar dari sini tidaklah gratis, beri aku lima ratus Tia."

"... aku tidak membawa uang sebanyak itu saat ini."

Cien hanya mengangkat bahu.

"Boleh utang?"

"Tidak. Lagipula kau bisa apa menyusul mereka sekarang? Walaupun kondisimu sudah mulai normal, namun untuk bertarung masih jauh dari ideal. Kau hanya akan jadi beban. Lebih baik diam di sini, menunggu atasanmu itu datang."

"..."

Jamie hanya dapat merenung.

"Ah, tapi itu juga tidak berarti kalau kau akan berdiam diri saja di sini."

"Huh?"

Cien menyunggingkan senyum lebar, "Memangnya mau berapa lama lagi kau tinggal dengan gratis di sini? Atasanmu itu tidak pernah memberikan dana untuk kehidupanmu di sini. Jadi untuk sekarang, kalau kau ingin makan, maka kau harus kerja."

"Ke-Kerja?"

"Mmm, yup, kerja. Untuk sekarang, bantu aku membangun penginapan ini!"

"E-umm, Tu-Tuan, aku masih belum sembu–"

"Jangan menghindar kau, ya! Kau tadi berlari dan berteriak dengan lantang, walaupun belum bisa bertarung, fisikmu tetap lebih baik daripada orang normal. Bantu aku! Sudah numpang gratis masih mau enak-enakan rebahan di kasur. Dasar gak guna!"

"…"

Jamie tidak tahu harus berkata apa, dia hanya bisa menelan mentah-mentah semua perkataan Cien dan menurutui keinginan sang pemilik toko.