CHAPTER 8
"I have proven to you that I am worth working with Mr. Sean." -Theo
…
Masih di dalam toki roti. Sang kepala bodyguard merasa ada yang aneh dengan koper milik Tuan besarnya yang telah tewas, entah kenapa ia merasa koper itu sedikit terlihat berbeda, padahal dari penampakan sekilas pun tidak ada yang salah.
"Coba periksa koper itu, apakah barang kita masih ada di dalam sana." ucapnya yang memerintah salah satu bodyguard untuk memeriksa keadaan barang di dalam koper tersebut.
Bodyguard yang di suruh pun menganggukkan kepala. "Alright boss, gimme a minute." ucapnya lalu meraih koper yang berada di meja lalu memeriksanya di sudut ruangan bahkan ia juga ditutupi oleh bodyguard lainnya agar tidak ada yang bisa melihat apa yang ia lihat, CCTV sekalipun.
"Boss, our item is lost."
Mendengar itu, kepala bodyguard menggeram marah. Bagaimana bisa mereka kecolongan barang yang sangat penting? Bahkan, posisi koper pun masih sama, bagaimana bisa barang yang Albert coba untuk amankan hilang begitu saja?
Penggeledahan masih berlanjut. Belum ada yang boleh keluar dari sini kecuali pria yang membawa koper yang sama dengan milik Tuan mereka yang jasadnya telah diamankan.
"Tinggalkan tempat ini, dan cari pemuda yang memakai tuxedo yang tadi meminta untuk dipersika lebih dulu."
"FIND HIM!"
Sean tampak menyandarkan tubuhnya di sebuah mobil sport miliknya yang memang terkadang digunakkan dalam misi. Ia bahkan kini masih memakai teknologi pengubah wajah karena tidak ingin wajah pembunuh bayaran miliknya yang terkenal ini dilihat orang lain, ia seakan menjadi buronan nomor 1 di seluruh dunia. Jadi, tidak mungkin ia menampakkan wajahnya di muka umum secara langsung karena itu memicu timbulnya banyak kejahatan.
"Kemana Theo? Lambat sekali."
Baru ia berkata seperti itu, tiba-tiba saja dari persimpangan jalan, muncul Theo yang kini memakai topi untuk menutupi separuh wajah, seperti tengah menghindari orang-orang, seperti dirinya yang memang kerap kali menyamar sebagai seorang kriminal terkenal.
Sean menaikkan tangan kanan, lalu menjentikkan jemari sebagai aba-aba kalau ia telah menunggu laki-laki itu.
Komunikasinya dengan Erica juga telah terputus, ia membiarkan gadisnya beristirahat dan sudah cukup konsumsi cuplikan berbahaya darinya.
Theo mendengar jentikkan jemari Sean, dan dengan cepat ia berjalan ke arahnya.
Namun, dari kejauhan Sean dapat melihat ada mobil yang melaju kencang ke arah Theo.
"Use your face changing technology, idiot. Now!" Sean berseru di alat komunikasi mereka.
Theo terlihat sedikit menepikan tubuh di salah satu gang sempit yang mungkin memang itu menjadi tempat yang sepi untuk melakukan perubahan wajah.
Sekitar tidak ada satu menit, Theo keluar dari gang dengan wajahnya yang baru.
Namun, yang diincar mobil hitam yang melaju pesat itu adalah koper di tangan Theo. Sehingga belum mengalihkan pengejaran tersebut.
"Sial, kenapa dia berjalan dengan sangat lambat?"
Sean pun gregetan, dan memutuskan untuk masuk ke dalam mobil, lalu melajukannya ke arah Theo. Ia mengacaukan jalanan, bahkan mobil yang dikendarainya melewati jalur pejalanan kaki yang menyebabkan menabrak beberapa kursi dan meja yang di tata beberapa restoran kecil, bahkan membuat orang-orang menepi secara mendadak.
Ia memaju gas dengan cepat, mengarahkan ke Theo sebelum mobil sedan hitam itu berhasil mencapainya.
Tin
Tin
Tinnnnn!
(Suara klakson yang di bunyikan)
Banyak bunyi klakson yang dihadirkan oleh Sean karena sekarang ia menjadi pengacau di jalanan, bahkan tak sedikit mobil yang saling bertabrakan atau menabrak kedai di pinggir jalan akibat ulah berkendaranya yang sangat brutal.
Aksi pengejaran ini terjadi begitu cepat, bahkan tidak ada aba-aba sebelumnya.
Theo payah, baru saja Sean berpikir jika laki-laki itu berhasil, namun ternyata tidak. Ternyata, baru beberapa menit langsung ketahuan, memang mungkin Theo adalah beban baginya.
Citttttt
Rem mendadak pun hingga mengeluarkan suara berdecit hasil dari gesekan aspal dengan ban mobil pun terdengar jelas. "GET IN, HURRY UP!"
Theo pun dengan cepat langsung masuk ke mobil Sean, dan dari situlah mobil sedan sudah mendekat dengan kecepatan yang tidak pernah melambat. "Damn, they keep following me." Ia mengumpat kasar sambil masuk ke dalam mobil yang dikendarai oleh Sean.
Sean pun berdecih, ia mengambil ancang-ancang ketika mobil sedan pun kini sudah berhenti di hadapannya. "You will pay dearly for this one act of yours, Theo." Ia berkata dengan dingin, rasanya ingin membunuh laki-laki di sampingnya dan menggulingkannya ke sungai NYC.
Theo lebih dulu mengatur pernapasan, ia selesai mengenakkan seat belt di tubuhnya. "Terimakasih, dan maaf sekali lagi." Ia berkata dengan menyesal. Ia pikir aksinya berhasil, namun baru beberapa langkah keluar dari toko roti, langsung menghadirkan malapetaka baginya.
"Shut up your useless bullshit." Sean pun mengatakan ini kepada Theo yang tampaknya sedang mengatur pernapasan yang seperti dadanya terpompa cepat.
Kini Sean menatap ke arah mobil sedan hitam yang ada di hadapannya, berhenti dan keluar 4 bodyguard yang melangkahkan kaki ke arahnya.
"GET OUT OF YOUR CAR NOW!" ucap salah satu bodyguard yang kini sudah menghadang di depannya.
"Mati kita." Ini yang mengumpat kasar adalah Theo. Ia tentu saja sebagai pemula belum memiliki banyak pengalaman, pengalaman terbesarnya adalah merecoki misi sempurna milik Sean.
Sean melirik ke arah kaca tengah mobil, keadaan di belakangnya cukup luang sehingga bisa saja jika mobilnya menyalip.
"Apa yang harus kita lakukan?"
"Yang harus kita lakukan? Tutup mulut mu, itu satu-satunya hal yang paling membantu."
Sean sedikit sebal misinya menjadi berantakan walaupun tidak —belum?— gagal total.
Nyali Theo pun menciut, ia tidak akan banyak berbicara lagi setelah ini. Karena setelah misi ini berakhir, dapat dipastikan kalau Sean akan mengembalikan dirinya kepada D. Krack dengan amarah yang memuncak.
"Hold on tight, I'll drive the car to the back."
Mendengar itu, Theo yang seolah belum siap pun langsung di hadapkan dengan pergerakan mobil Sean yang tiba-tiba melaju mundur dengan cepat. Bersamaan dengan itu, tembakan seolah bersahutan mengarah ke mobilnya yang sangat keren bahwa mobil yang di tumpangi mereka anti peluru —pengecualian jika menggunakkan pistol yang memiliki massa lebih besar—.
Bodyguard di hadapan mereka tampak mengumpat kasar dan bergerak dengan cepat kembali masuk ke dalam mobil.
Keadaan di dalam mobil Sean cukup heboh dan… berantakan? Ya, bisa di gambarkan seperti itu.
Sean mengendarai mundur mobil ini dengan gerakan yang sangat gesit, bahkan berkali-kali menolehkan kepala ke belakang juga jika ada sesuatu yang menghalangi.
Suasana di luar mobil juga cukup ricuh akibat ulahnya ini. Banyak klakson mobil lainnya, bahkan jeritan pejalan kaki sebagai tindakan protes.
Namun, Sean tetap saja mengendarai mobilnya.
"Regret does come late, and I feel it now when I accept you as my assassination mission partner."
…
Next chapter