CHAPTER 14
There is someone who hates you for what you did outrageous, but there is still room to hide behind the intelligence of denial.
…
Di tengah-tengah kota New York yang tampak cerah, seorang wanita dengan pakaian yang cukup tertutup mulai berjalan di trotoar dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku celana. Ia tampak menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri, sampai pada akhirnya tubuhnya merapat di salah satu jalan kecil nan sempit.
Dan ketika menangkap keadaan cukup sepi, ia mengangkat tangan setara dengan arah pandangnya. Lalu, ia tampak mengotak-atik jam tangan dan langsung saja terlihat layar hologram yang tampak menunjukkan informasi seseorang lengkap dengan nama.
"Sean Xavon, benarkah ia berada di kota ini?" Dan ia bergumam, setelah itu langsung saja mematikan hologram kecil itu.
Melangkahkan kaki kembali keluar dari gang, ia tampak menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri. Kacamata yang di pakai olehnya dapat memeriksa keberadaan orang yang di cari, seharusnya menunjukkan titik merah kemana ia harus berjalan. Namun, ia sama sekali tidak menemukannya.
"Permisi, Nona. Ingin mencoba cookies buatan ku? Harganya sepuluh dollar saja untuk satu toples plastik seperti ini,"
Dan tiba-tiba saja, ada seorang anak kecil perempuan yang mendekat ke arahnya sambil membawa keranjang dan menawarkan cookies ke arahnya.
"Maaf nak, tapi ini bukan waktunya kau mendapatkan uang." Hanya ini responnya, setelah itu pergi meninggalkan anak kecil yang tadi menawarkan makanan untuknya, terlihat murung.
Kembali memasukkan kedua tangan ke saku celana, pada akhirnya ia kembali melanjutkan perjalanan dengan informasi dari seseorang yang pernah melihat Sean berada di kota ini.
Sean adalah pembunuh bayaran, jelas saja keberadaannya selalu di cari oleh siapapun, kecuali orang yang tidak peduli dan memilih untuk tidak terlalu memasuki hal-hal yang berbahaya.
"Aku ingin bertemu langsung dengannya, ingin membalaskan dendam ku."
Dan hanya itu kalimat terakhirnya sebelum ia memutuskan untuk menaiki kendaraan umum, New York City Subway. Ia menuruni tangga yang membawanya ke kereta bawah tanah, membeli karcis di loket dan akhirnya berada di garis tunggu untuk menunggu keretanya datang.
Menunggu selama 2 menit, dan kereta yang ia ingin naiki pun kini terlihat di hadapannya. Ia memasuki kereta tersebut, dan duduk di salah satu kursi yang bersebelahan dengan kutu buku.
Namanya adalah Allea Thimson, dia adalah anak dari Albert Thimson. Albert? Ya, seorang laki-laki yang menjadi target Sean pada malam hari sebelumnya.
Kenapa Allea bisa langsung menduga kalau seseorang yang membunuh ayahnya adalah Sean? Jawabannya sangat sederhana, walaupun tidak perlu bukti karena memang tidak ada yang bisa di dapatkan dari kematian sang ayah yang seolah tidak ada yang merencanakan pembunuhan.
Simple, pertama ayahnya di temukan tewas di salah satu bilik toilet. Dan, saat di periksa pun penyebab kematiannya tidak pernah di ketahui sampai saat ini. Kedua, setelah kematian sang ayah, koper yang berisikan chip penting pun menghilang entah kemana dan di tukar oleh chip kosong.
Dari pengakuan bodyguard yang di sewa oleh ayahnya, yang menukar koper itu kemungkinan seorang laki-laki, namun bukan Sean.
Jika bisa di pikir kembali, bisa saja ini bukan Sean, iya kan? Seorang pembunuh bayaran terkenal tidak mungkim ceroboh melakukan tugasnya, setidaknya seperti itu yang ia tangkap.
Ada beberapa dugaan, namun ada beberapa bukti yang bisa menyangkal.
Maka dari itu, Allea kini ingin mencari Sean dengan damai karena takut ia salah sasaran kalau bertindak secara bodoh.
"Jika kalian salah memberikan ku informasi, gantian aku yang akan menyuruh Sean untuk membunuh mu." Ini yang ia ketik kepada seseorang yang melaporkan posisi Sean kepadanya.
Setelah itu, selanjutnya Allea hanya dan tidak melakukan hal apapun yang tampak mencurigakan atau aneh di mata orang lain.
…
Sedangkan di satu sisi, Theo pun langsung saja memutuskan untuk kembali ke tempat perkumpulannya dengan penjahat amatiran seperti dirinya.
Tempatnya berada di pelosok, tepat di bengkel tua yang terlihat tidak terawat. Namun, kalau kalian mengetahui ada ruangan rahasia di dalam sana, pasti kalian akan terpukau.
"Yo! Apa yang sedang kalian lakukan?" Theo berbasa-basi mendekati teman-temannya yang sedang berkumpul, tampak seperti membahas sesuatu yang membuatnya penasaran dan memutuskan untuk mendekat.
Mereka yang jumlahnya berempat pun —yang sedang berkumpul di satu titik, belum terhitung yang sedang melakukan kegiatan mereka masing-masing—, menolehkan kepala ke arah Theo.
"Ya! Ini adalah sang juara kita." Dan salah satu dari mereka mulai berkata sambil melakukan high five dengan Theo, ia merasa bangga.
Dan diikuti dengan tiga orang lainnya yang juga melakukan hal yang sama.
"Juara apa?" Theo bertanya sambil menaikkan sebelah alis.
Gerry tampak menepuk pundak Theo sebanyak dua kali, dia yang paling memiliki senyuman yang lebar. "Selamat karena sudah bisa bekerjasama dengan Sean, astaga, kita semua penggemar Sean." ia berkata.
Gerry sendiri sebenarnya bukan penjahat kriminal, ia hanya spesialis kendaraan seperti montir canggih yang memang berada di tengah-tengah para orang-orang jahat ini.
Mendengar itu Theo pun mengerjapkan kedua bola mata, di satu sisi tentu saja ia bangga karena berdampingan dengan Sean, namun di sisi lain tentu saja ia merasa kecewa pada dirinya karena memang bisa di sebut sebagai pengacau.
Theo pun berjalan ke arah sofa, bukan sofa baru, namun tetap saja masih nyaman saat di tempatkan.
Melihat Theo yang bergerak dan pindah, menjadikan ke empat temannya itu langsung melangkahkan kaki mengikutinya.
"Apa yang terjadi?"
"Kayaknya gak berjalan mulus, ada apa?"
Yang lain bertanya mewakili, namun yang lainnya memilih untuk diam karena ingin langsung menyimak tanpa banyak berbicara.
"Yah, awalnya baik-baik saja. Sungguh, Sean adalah pembunuh bayaran yang sangat hebat dan keren. Tapi kalian tau apa artinya? Artinya bekerja berdampingan dengannya harus menyeimbangkan dari skills supaya seimbang." Theo menjelaskan dengan lesu, bahkan saat ini tidak menatap ke arah temannya.
"Dan artinya?" Farren bertanya.
Farren adalah penjahat kelas kakap yang memiliki kemampuan mencuri, tangannya secepat kilat, seperti tidak akan terasa kalau ia mencuri dompet atau barang milik orang lain.
"Gagal, bodoh." Theo menjawab dengan lesu, barulah menatap ke empat temannya. Mereka terlihat terkejut, karena mereka tau pasti apa yang terjadi pada seseorang yang menggagalkan misi Sean. Namun sebelum pemikiran mereka berkembang, Theo lebih dulu melanjutkan perkataannya. "Gak gagal sih, tapi mengarah ke kurang mulus. Sean mengacaukan jalanan kemarin, dan itu karena ku."
"Ohhhh aku dengar kabar berita mengenai satu jalanan di New York yang ricuh karena aksi kejar mengejar, ternyata itu ulah mu?!" Dan yang heboh ini adalah Geo.
Geo adalah penjahat yang masuk ke dalam kelompok gengster, namun akhir-akhir ini ia jarang berkumpul dengan kelompoknya dan mulai fokus melakukan aksi kejahatan personal.
"Ya, bisa di bilang begitu. Tapi bukan sepenuhnya salah ku, kenapa bodyguard dari target ku dan Sean terlalu menyadari dengan cepat? Aku tidak siap kala itu,"
"Berarti kau payah." Sambar Tom.
"Ya maka dari itu aku di sebut amatiran, Tom."
"Coba lagi, gak mungkin Sean buang kamu gitu aja, tunjukkin kemampuan yang paling mengesankan, perlu kita ajarkan?"
…
Next chapter