Adriana menghela nafas kasar sambil memperhatikan Mark yang sedang mengobrol dengan Maura lewat telepon. Dia melirik suaminya, yang masih keberatan dipisahkan dari perselingkuhan. Jadi, apa sebenarnya yang diinginkan pria itu jika dia membatalkan permintaan cerai?
"Aku akan meneleponmu nanti, tolong beri aku waktu," kata Mark lalu menutup telepon. Dia kembali menghadap Adriana yang tampak santai, menyandarkan punggungnya di bahu kursi sambil memperhatikannya.
"Sepertinya kita harus bercerai karena aku tidak akan bisa menjadi istrimu selama kamu masih mengejarnya," kata Adriana to the point.
"Adriana, tapi aku juga mencintaimu. Aku tidak bisa membiarkanmu membesarkan anak kita sendirian, kita bisa melalui semua ini bersama seperti dulu," kata Mark dengan sedih.
"Kalau begitu, aku harus menerimanya dan berbagi suami? Aku yakin selingkuhanmu meminta sebuah pernikahan, kan?"
Mark terdiam tak bisa menjawab. Dia dilema karena Maura tidak mau dimadu, begitu juga dengan Adriana. Pria itu tidak bisa memilih salah satu dari mereka karena dia sama-sama mencintai mereka.
Adriana melirik Mark yang tidak bisa menjawab. Akhirnya, dia memutuskan untuk mengakhiri kebingungan suaminya dengan memberinya pilihan yang tepat untuknya dan akan adil untuknya atau suaminya.
"Mark," panggil Adriana.
Mark yang tertunduk bingung, segera menatap Adriana.
"Aku akan kembali kepada kamu jika kamu mau memenuhi persyaratan yang akan aku berikan," kata Adriana dengan tatapan datarnya.
"Katakan persyaratannya," seru Mark dengan tatapan datar.
Adriana menghela nafas, melirik Mark yang berubah tidak suka memohon padanya hanya karena dia telah menerima telepon dari Maura. Dia merasa tidak berguna jika dia kembali, pasti suaminya akan selingkuh lagi. Apalagi, dia telah mendengar bahwa suaminya mencegah selingkuhannya pergi, membuatnya semakin tidak yakin dengan cintanya.
"Aku akan kembali padamu jika kamu meninggalkan Maura, berjanji untuk tidak pernah bercinta dengannya lagi. Selain itu, aku juga tidak ingin kita tinggal serumah dengan mama, karena selain bersikap acuh, aku juga tidak betah karena perlakuan Ibu." Adriana dengan sengaja memberikan syarat yang berat dan tidak mungkin diterima oleh Mark karena dia tidak ingin kembali bersamanya.
"Itu tidak mungkin, Adriana. aku pemimpin keluarga, aku harus tinggal di sana," kata Mark dengan tatapan heran pada Adriana, yang baginya terlalu memberi syarat yang hanya akan memberatkan dirinya sendiri, apalagi dia juga tidak bisa menjauh dari Maura.
Adriana tersenyum tipis dan melirik Mark yang langsung tidak bisa memenuhi persyaratan yang diberikannya.
"Kalau begitu, aku punya keputusan yang tepat untuk kita. Kita akan bercerai," kata Adriana lalu bangkit dari kursi.
"Adriana, jangan main-main dengan kata cerai, aku tidak akan menceraikanmu," kata Mark sambil memegang tangan Adriana.
Adriana menyingkirkan tangan Mark dan menatapnya dengan permohonan."Tolong, bebaskan aku dari jerat pernikahan yang tidak bahagia ini. Biarkan aku bebas dan kamu juga bebas, bisa menikahi Maura yang selama ini kamu cintai."
Mark hanya bisa terdiam mencoba memahami keinginan Adriana.
Adriana kembali duduk dan menatap Mark yang memiliki kekuatan untuk mengakhiri pernikahan. "Aku tahu, cintamu pada Maura lebih besar daripada aku. Lebih baik kamu ceraikan aku dan lupakan semua yang pernah terjadi di antara kita. Evan tetap anakmu dan kamu bisa bertemu dengannya semaumu."
"Aku mohon ceraikan aku, akhiri saja pernikahan kita yang tidak harmonis. ini yang terbaik untuk kita agar tidak saling menyakiti. Aku yakin, suatu saat Evan akan mengerti keadaan kita, dia akan baik-baik saja meski kita tidak bersama lagi." Adriana berbicara banyak, meluapkan semua yang ada di hatinya. Dia mencoba untuk tetap kuat, menahan air matanya agar tidak jatuh.
"Apa kamu yakin?" tanya Mark.
"Pasti," kata Adriana tegas.
"Karena ini keinginanmu, aku hanya bisa menuruti jika itu akan menebus kesalahanku dan membuatmu bahagia..aku akan menceraikanmu," kata Mark yakin, karena dia tidak punya pilihan. Hem, bukannya dia tidak punya pilihan, mungkin dia ingin mencoba berganti istri.
Mendengar keputusan Mark, hati Adriana serasa ditusuk beribu jarum. Tetapi dia mencoba untuk tetap kuat, karena ini adalah keinginannya.
"Terima kasih," kata Adriana lalu segera bangkit dari kursi. "Aku harus pulang sekarang."
"Aku akan mengantarmu," kata Mark sambil bangkit dari kursi.
"Aku bisa pulang sendiri. Lebih baik kau temui Maura sebelum dia pergi," kata Adriana dengan sekuat batinnya. Dia segera meninggalkan Mark sebelum air matanya tumpah di depannya dan akan membuatnya terlihat lemah.
Mark menghela napas kasar, memijat dahinya, kepalanya terasa pusing setelah mengambil keputusan, Dia menatapi Adriana yang perlahan jauh, lalu segera menyusulnya karena ingin mengantarnya. .
Zach yang sejak tadi menguping, bergegas keluar dari kafe tanpa pamit pada Robin yang sudah menunggunya. Dia segera menuju tempat parkir dan memasuki mobilnya, mengemudikannya di depan Adriana yang belum terlalu jauh berjalan.
___
Adriana terdiam saat berjalan perlahan menuju rumah. Dia bersikeras bahwa dia tidak ingin diantar oleh Mark meskipun dia tidak punya uang. Air matanya tumpah begitu saja, beruntung dia tidak bersama Mark lagi.
'Ya Tuhan, semoga keputusan ini memang yang terbaik,' batin Adriana dalam isak tangisnya sambil terus berjalan. Bayangan dirinya saat masih menjadi kekasih Mark, saat baru menikah, kemesraan, keharmonisan saat kelahiran putra mereka, sepertinya terus berkelana di benaknya. Dia tidak menyangka, semua hal manis ini hanya akan menjadi kenangan. Mulai hari ini, dia harus bangkit untuk menata hatinya yang hancur karena pengkhianatan dan kebohongan pria yang dicintainya.
"Adriana!"
Merasakan seseorang memanggilnya dari belakang, Adriana berbalik dan melihat Mark memanggilnya dari dalam mobil yang kini berhenti di sampingnya. Dia segera menyeka air matanya dengan telapak tangannya.
"Biarkan aku mengantarmu. Dari sini sampai rumah lumayan jauh, kamu bisa kelelahan kalau harus jalan kaki," kata Mark yang tak bisa memungkiri bahwa dia merasa menyesal saat menyadari Adriana telah menangis.
"Tidak, aku jalan kaki saja. Nanti aku akan naik ojek di pangkalan sana," jawab Adriana lalu berjalan kembali.
Mark kembali melajukan mobilnya perlahan mengikuti langkah Adriana. Namun, karena sudah tidak sabar, dia berhenti dan langsung turun dari mobil untuk menghampiri istrinya.
"Adriana, tolong jangan keras kepala. Aku tahu kamu sedih, aku tahu kamu keberatan dengan keputusanmu sendiri. Biarkan aku yang mengantarmu!" seru Mark sedikit kesal.
"Barkan aku pulang sendiri karena mulai detik ini aku akan belajar membiasakan diri bahwa aku bukan lagi istrimu, kamu bukan lagi milikku!" Adriana berjalan terus namun Mark menahan dengan mencengkram tangannya.
Zach menghentikan mobil tepat di depan Adriana dan Mark. Dia segera turun dan mendekati sepasang suami istri yang dia tahu akan bercerai.
Adriana melirik Mark yang masih sok peduli, lalu melirik Zach yang mungkin bisa mengantarnya pulang sambil menghindari Mark. Dia segera melepaskan cengkeraman Mark di tangannya dan berjalan mendekati Zach.
"Zach, tolong antar aku pulang," seru Adriana lalu berjalan menuju mobil Zach tanpa menunggu jawaban bersedia mengantarnya atau tidak.