Dalam perjalanan pulang, Adriana dan Zach hanya saling diam.
Zach melirik Adriana yang hanya diam menatap pemandangan dari kaca depan. Dia tau wanita itu menangis dan berusaha menyembunyikan air matanya dari pria yang memberinya tumpangan.
'Masih Maura hal yang paling penting. untuknya. Seharusnya aku senang karena dia rela menceraikan aku, tapi kenapa rasanya sakit sekali,' pikir Adriana lalu menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan. 'Tuhan, buat aku kuat ....'
"Tidak perlu menyembunyikan air matamu dariku, Adriana. Menangis saja jika itu bisa membuatmu lega," seru Zach sambil fokus mengemudi.
Adriana terdiam karena kedapatan menangis tapi dia heran kenapa Zach bisa datang tepat waktu dan mengetahui kesedihannya. Wanita itu menoleh untuk melihat pria di sampingnya dengan tatapan menyelidik.
"Apa kamu mengikuti aku sejak tadi?" dia bertanya.
"Eh, tidak," jawab Zach berbohong.
"Lalu, bagaimana kamu tahu aku sedih?" tanya Adriana lagi.
"Aku melihatmu seolah-olah kamu berdebat di jalan tadi. Apalagi, tadi malam kamu juga bilang mau cerai, makanya aku tahu," jelas Zach santai.
Adriana kembali terdiam karena penjelasan Zach sangat masuk akal.
"Jadi, bagaimana dengan masalahmu? Apa kalian akan bercerai?" tanya Zach pura-pura tidak tahu.
"Ya," jawab Adriana sambil mengangguk.
"Aku turut prihatin atas apa yang terjadi padamu. Apapun masalahmu, sayang sekali jika Evan menjadi korban perceraian," kata Zach lalu membelokkan mobilnya ke halaman rumah Adriana.
"Kita bercerai atau tidak, Evan akan tetap menjadi anak yang bahagia dan tetap mendapatkan kasih sayang dari kita. Karena tidak ada yang namanya mantan anak," jawab Adriana dengan tatapan datar, kemudian langsung membuka pintu mobil.
Zach pun turun dan mengikuti Adriana yang berjalan menuju pintu utama.
Adriana yang merasa diikuti, tiba-tiba berbalik dan Zach tidak sengaja menabraknya hingga tersungkur ke lantai.
"Adriana!"
"Ugh." Adriana meringis kesakitan pada bagian pantatnya yang membentur lantai. Dia melirik Zach yang terlihat panik dan segera membantunya kembali berdiri.
"Maaf aku tidak sengaja." Zach menunduk menatap Adriana yang sedang mengusap bokongnya yang mungkin terkena debu pada bagian rok nya. beruntung, rok itu tidak tersingkap ketika dia jatuh, atau mungkin pria itu akan melihat keseksiannya.
"Ya, tidak apa-apa. Tapi kenapa kanu mengikuti aku?" tanya Adriana singkat.
"Tentu saja karena aku ingin mampir. Kamu tega kalau tidak mengizinkanku mampir setelah menumpang mobilku," jelas Zach.
Adriana menghela napas kasar dan segera mendorong pintu untuk masuk, mempersilahkan Zach masuk dan mempersilahkannya duduk di sofa ruang tamu.
"Kamu mau minum apa?" dia bertanya.
"Tidak, aku sudah minum kopi tadi," jawab Zach sambil tersenyum manis, membuat Adriana yang sedang bad mood tersenyum.
"Di mana Evan?" tanya Zach.
"Mungkin bermain di ruang tamu," kata Adriana lalu berjalan ke ruang tamu.
Adriana berjalan ke ruang tamu di mana dia melihat Evan bermain dengan neneknya sambil menonton TV. Wanita itu mendekati ibunya dan menceritakan apa yang terjadi dan keputusannya dengan Mark.
"Jadi, kamu akan bercerai?" Emma memastikan.
"Iya, Bu," kata Adriana sambil menundukkan wajahnya, matanya melirik Evan yang akan menjadi korban perceraian. "Apa ibu pikir aku terlalu egois?"
"Tidak sayang. Terkadang kita
memang perlu mengambil langkah besar untuk sebuah perubahan. Jadikan pernikahanmu yang gagal menjadi pelajaran bahwa kamu harus lebih berhati-hati dalam memilih pria untuk masa depanmu. Ibu tidak ingin kamu terjerumus ke dalam pernikahan yang sama sekali tidak membuatmu bahagia," kata Emma sambil mengelus rambut Adriana.
Adriana langsung memeluk ibunya dan terisak. Dia tidak bisa menutupi betapa sedihnya perceraian ini tetapi dia harus tetap kuat dan mulai menyembuhkan patah hatinya.
"Ngomong-ngomong, ibu mendengar suara seorang pria di luar. Apakah Mark masih di sini?" tanya Emma sambil melepaskan pelukan Adriana.
"Dia bukan Mark, Bu, tapi Zach," jawab Adriana.
"Zach sepupu Jack, kan?"
"Ya," Adriana singkat lalu tersenyum tipis. "Ibu masih ingat Jack juga."
"Dari sekian banyak pemuda yang menjadi pacarmu di masa lalu, ibu selalu ingat pada mereka. Dan ibu mengingatkanmu, jangan sering berganti pasangan setelah perceraian ini. Carilah pasangan yang menerimamu apa adanya dan mau serius dengan mu, bila perlu, segera menikah." Emma sudah memikirkan pernikahan kedua Adriana. Ya ampun, sepertinya melihat putrinya bercerai dari Mark, adalah hal yang membahagiakan untuknya. Mungkin karena dia tidak akur lagi dengan Mark atau keluarganya.
"Bu, jangan bicara tentang pernikahan lagi . Aku masih merinding didekati pria lain dan takut salah pilih. Lagipula, Mark belum menceraikan aku secara hukum. Aku masih sah sebagai istrinya dan aku harus menunggu panggilan pengadilan untuk sidang cerai kami," seru Adriana dengan cemberut ke arah ibunya yang sudah berpikir terlalu jauh.
Emma terkekeh dan memikirkan tamu Adriana yang terabaikan. "Eh, lebih baik kamu ketemu Zach. Dia bisa jadi jamur kalau kamu biarkan sendirian," serunya.
"Iya Bu," kata Adriana lalu bangkit dari kursi dan menghampiri anaknya yang sedang bermain dengan mobil mainan kecil di atas meja. "Ayo sayang, ada yang mencari kamu di luar."
Evan segera mengikuti Adriana ke ruang tamu untuk menemui orang yang konon sudah menunggunya.
.sesampainya di ruang tamu, senyum mengembang dibibir Evan saat melihat tamunya adalah Zach yang telah menemaninya di rumah sakit dan memberinya banyak mainan saat ia sakit.
---
Mark mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah Maura. Dia tampak marah ketika dia ingat bagaimana Adriana masuk ke mobil Zach karena tidak mau diantar olehnya.
"Sial! Mungkin dia sudah bermain di belakangku dengan temannya itu, dia wanita munafik!" Mark berdecak kesal bahkan menuduh Adriana selingkuh. Meskipun jelas dia yang menyalakan api perselingkuhan.
Sesampainya di rumah Maura, Mark langsung masuk dan menanyakan keberadaan Maura dan orang tuanya kepada asisten rumah tangga.
Setelah mendapat jawaban bahwa orang tua Maura sedang pergi, sedangkan Maura sudah berada di kamar sejak pagi tanpa mau keluar untuk sarapan, dia segera menaiki tangga menuju kamarnya.
"Maura," panggil Mark sesampainya di kamar. dia melihat Maura duduk di tempat tidur dan menyandarkan bahunya ke tumpukan bantal.
Bukannya menjawab, Maura malah membuang muka.
Mark mendekat dan duduk di tepi ranjang tepat di sebelah Maura.
"Kamu marah?" Dia bertanya.
"Aku hanya kecewa karena kamu masih menahan Adriana yang meminta cerai. Mama kamu menceritakan semuanya padaku ketika aku datang ke rumahmu," jelas Maura tanpa menoleh.
"Aku tidak menahannya. Aku hanya minta maaf jika kamu bercerai, anak kami akan menjadi korban. dan sekarang aku mengerti kenapa dia ingin segera cerai," kata Mark sambil mengingat Zach bersama Adriana.
"Apa alasannya?" Maura bertanya, menyipitkan mata pada Mark.
"Dia kembali dekat dengan teman lamanya," kata Mark lalu menatap Maura dengan sangat intens. "Dan sekarang aku tahu, kamu adalah satu-satunya gadis yang mencintaiku dengan tulus dari dulu hingga sekarang."
"Dan kamu baru menyadarinya ..." Maura menoleh.
"Aku akan menikahimu setelah perceraianku selesai. Aku tidak akan pernah membiarkanmu meninggalkanku lagi karena aku tidak bisa hidup tanpamu," seru Mark sambil menyentuh dagu Maura dan membuatnya menatap wajahnya.
Berengsek, pria pembual! barusan dia memohon untuk kembali pada Adriana tapi setelah ditolak malah memutarbalikkan fakta dan langsung ingin menikahi selingkuhannya.
"Benarkah kita akan menikah?" tanya Maura dengan mata berbinar.
"Ya. Aku akan menikahimu dan kita akan selalu bersama." Mark menegaskan..
Maura segera meraih Mark dan menciumnya dengan agresif. Tangannya secara refleks meraih bahu pria itu dan menekan ciumannya yang semakin agresif seolah-olah dia tidak ingin itu berakhir.
Mark membalas ciuman itu dengan agresif sehingga tanpa disadari dia telah naik ke atas ranjang dan membuat Maura berbaring. Dia melanjutkan ciumannya sambil menanggalkan pakaian gadis dengan tidak sabar. Ah, mereka bercinta pagi itu. memanfaatkan kesempatan suasana rumah yang sepi.
Selama hampir seharian itu juga, Maura dan Mark menghabiskan banyak waktu di kamar tanpa status hukum. Hem, keputusan Adriana untuk meminta cerai memang benar adanya. karena Mark hanyalah seorang pria yang tidak setia dan kurang ajar. terbiasa melakukan hubungan sex tanpa hubungan yang sah.
.