Sepertinya tak akan reda, bahkan ini sudah jam 9 malam hujannya makin deras, dan ya lihatlah badai itu mengerikan.
"Ujannya awet"
"Nyokap Lo gak nanyain?" Malah kata itu yang keluar dari mulutnya, bukan tawaran seperti apa yang Dia harapkan.
"Nanyain, tapi ya mau gimana, pulang kalau kayak gini"
"Boy ni selimut, tidur di ruang tamu sana" Bumi melempar selimut tebal ke arah Lingga, lelaki itu cukup terkejut dengan apa yang baru saja Dia dapatkan dari ayah wanita yang Dia sukai itu.
"Ya udah sana Lo tidur aja Kak, Gue mau ke kamar ngerjain tugas"
"Mau Aku temenin Kal?"
"Gak usah, udah malem Kak, mending tidur biar subuh bisa bangun dan pulang, rumah Lo kan lumayan jauh dari sini."
"Ah ya udah, selamat malam Kal"
"Malam Kak"
Walaupun dengan tongkatnya, Kala sepertinya cekatan, Sia bahkan tak kesusahan sama sekali untuk menaiki tangga kamarnya, malahan Kalingga yang meringis saat Kala berhasil menaiki satu persatu tangga yang menuju arah kamarnya itu.
"Lo suka adek Gue?"