Tasya P.O.V.
Tunggun, tolong bilang ini becanda. Kenapa bisa?, maksudku, kenapa Aku biasa saja dalam pelukannya.
Namun yang berbeda saat ini adalah, Aku nyaman dengan deru nafas ini, wajah pucat dengan mata terpejam erat, sesekali batuk dan bersin, tapi tak masalah.
Kalau boleh, Aku pengen banget nyentuh pipinya, tapi ya gengsi aja.
"Mi, kalau Lo cuma ngasih harapan Gue, please stop, Gue capek banget Mi, kalau Lo mau akhirin semuanya, lakuin Mi, Gue gak mau berharap lagi sama Lo" batin Tasya.
Dia tak berani mengatakan apapun, Aku mengaguminya, rasanya lucu saat Aku yang seharusnya membencinya malah melakukan sebaliknya.
"Apa Gue bisa milikin Lo Mi?"
Apa Aku bisa egois sama hidup ini?, sama Kamu?, sama cinta Kita?, keluarga kecil ini?, kenapa Aku gak dapetin semuanya?, kenapa sulit Mi?.
Nyaman dalam peluknya?, 17 tahun Mi, semuanya terasa hampa, tapi saat Kamu kembali semuanya penuh kembali, tapi Aku hanya takut jika ini cuma hayalan Mi, bilang Aku kalau Kamu nyata, tolong Mi.