Terlalu muda untuk patah hati, bahkan gilanya belum saling memiliki, banyak orang yang mencoba menjadi bahagia bahkan di atas lukanya sendiri.
Sam berjalan pincang, karena memang kondisinya belum sepenuhnya membaik, tapi ada hal yang harus Dia selesaikan, yaitu perasaannya.
Rumah megah yang selama ini Dia pandang, satu penghuni yang bahkan selalu Dia tunggu kehadirannya, tak akan semembahagiakan itu lagi untuk kedepannya.
Status mereka yang membuat semua luka itu terasa nyata, bukan sosial, tapi kandung.
"Kalani"
Gadis yang sedang sibuk melukis di balkon kamarnya itu cukup tersentak dengan teriakan yang cukup keras dari Sam itu.
Senyum Kala tercetak jelas, Dia mendekat dan melambaikan tangannya.
"Sini, manjat"
"Gak bisa"
"Oh iya Kamu sakit ya, bentar Aku turun"
Sam mengangguk, sepulang dari lokasi pemotretan Tasya, Dia mampir untuk membelikan donat madu dan thai tea kesukaan Kalani, karena sudah menjadi kebiasaan untuknya melakukan itu setiap harinya.