Hari berlalu, semua kebiasaan berubah, Kala kembali menjadi manusia dingin, Dia tak mau berbicara dengan siapapun kecuali Hana dan Hans.
Bahkan untuk keluar kamar saja Dia juga tidak ingin, makan pun kadang malas, tak menerima tamu padahal teman satu sekolahnya datang menjenguk.
Ya Tasya paham betapa sulitnya jadi seorang Kalani saat ini, dan Dia juga paham bagaimana, sekarang kondisi kakinya benar-benar tak lagi bisa dipaksakan untuk berjalan, dan ucapan dokter yang mengatakan jika dirinya akan cacat permanen pun membuat gadis kecilnya itu merasa terbebani.
"Temen Kala udah pulang Ma"
Tasya duduk di sebelah Ibu mertuanya itu, Dia menatap sendu Kala yang terbaring di kamarnya, bahkan tatapan mereka sama, tak ada semangatnya di sana.
"Apa gak ada pengobatan untuk Kala?" Hana menatap Tasya dengan penasaran.
"Aku lagi usaha nyari sama Mas Bumi, Ma"
"Atau bawa ke tempat kamu berobat kemaren itu la...