Viko tersenyum, kala mendengar betapa dewasanya Tasya dalam menyikapi apapun, jiwa penulis terlalu melekat pada dirinya, pemilihan kata-katanya saat berbicara cukup mencerminkan betapa cerdasnya dia.
"Banyak hal yang Mba sembunyiin kayaknya, apa sanggup untuk bertahan sendirian?"
Tasya menatap Viko sebentar lalu kemudian juga kembali tersenyum, entahlah jawabannya pasti tidak, tapi dia bisa kok sampai sekarang berdiri bodoh di sini dan menikmati semua luka yang ada.
"Dia masih yang terbaik menurut versi saya Vik"
Viko mengerti arah pembicaraan Tasya, banyak hal yang Viko ceritakan tentang mantan pacarnya kepada Tasya, walaupun secara tidak langsung Tasya sedikit mulai terbuka dengan cerita hidupnya.
"Kemana dia Mba?"
"London"
"Jauh banget, kalian pisah karena LDR"
Lagi, senyum masam itu hadir di bibirnya, dia bahkan tak tau apa ini namanya perpisahan, atau hanya ajang melarikan diri dari sebuah luka perasaan.
"Entahlah, aku yang memilih pergi"
"Kenapa Mba?"
