Tidak ada kata yang lebih menyakitkan daripada kata berpisah. Ben ingin menyangkal semua hal itu dan meminta agar Briella menarik kata-katanya lagi. Ia pikir, ia sedang bermimpi atau mungkin Briella hanya bercanda.
"Kamu tidak serius kan?" ujar Ben dengan senyum hambar yang kemudian berubah menjadi wajah tegang.
Ben tahu jika ucapannya itu sia-sia begitu ia menatap wajah Briella yang juga sedih. Kepedihan yang Ben rasakan membuatnya lemah dan tak ingat lagi bagaimana untuk merasakan dunia di sekelilingnya.
"Maafkan aku, Ben," ujar Briella sambil menggenggam tangan Ben.
Sentuhan tangan Briella bukannya membuatnya tenang, Ben malah merasa jika Briella telah membuat luka di hatinya jadi semakin lebar. Ben menarik tangannya dan mundur menjauh.
"Berapa lama kamu harus pergi?"
Briella menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu. Mungkin bisa jadi empat atau lima tahun. Aku tidak tahu, Ben."
Ben mengumpulkan segenap kewarasannya, mengangkat kepalanya di tengah paru-parunya yang sesak.