Ben menoleh sedikit ke arah orang tuanya. Mereka sama-sama duduk di sofa bersebelahan dan mengobrol ringan.
Lalu Ben menyuapi Briella. Tangannya dipasangi perban yang cukup besar. Wajahnya sudah tidak sepucat kemarin.
"El, kamu sudah mengalami yang namanya ditembak," ujar Ben.
"Ah, iya. Rasanya aneh sekali. Peluru itu rasanya panas sekali dan perih," ujar Briella sambil meringis.
"Apa sekarang masih terasa perih?"
"Dokter sudah memberikan obat penahan sakit. Jadi, ya sejauh ini aku tidak merasa sakit seperti kemarin."
Ben mendesah lega. "Syukurlah. Maaf ya, Sayang aku baru datang sekarang. Aku baru pulang jam tiga pagi setelah beres dari kantor polisi. Om Aris yang mengantarku pulang. Lalu aku baru bangun jam sebelas siang."
"Padahal kalau kamu masih lelah, seharusnya kamu beristirahat, Ben. Kamu tidak perlu memaksakan untuk pergi ke sini," ujar Briella.