"Bisa saja dia menatap wanita lain yang lebih cantik dan lebih seksi dariku."
"Tidak, tidak. Dia sedang menatapmu sekarang," ucap Vanessa dengan wajah yang serius. Ia memberi tanda dengan matanya ke arah kiri, tepat di balik bahu Briella.
Briella menautkan alisnya dan kemudian menoleh ke belakang. Di sana memang ada Ben yang sedang duduk seorang diri sambil menatapnya. Rasanya sungguh canggung.
Briella pun langsung berbalik dengan jantung yang berdebar kencang. Seharusnya Ben tidak ada di sana. Namun, pria itu menjaga jarak dengannya dan tidak menghampirinya ke sini.
"Apa karena hal itu kalian jadi bertengkar?" tanya Vanessa sambil mengangkat sebelah alisnya.
Briella menggelengkan kepalanya sambil menatap nasi gorengnya. "Tidak. Kami tidak benar-benar bertengkar. Aku hanya bersikap dingin padanya. Sejak awal, dia memang selalu merasa bersalah padaku. Dia merasa jika dia tidak pantas bersama denganku. Dia selalu bilang jika dia bukanlah pria yang baik untukku.