Mery menggeliat, badan remuk, serasa lemas untuk bangkit. Kepalanya terasa berat. Semalam sudah hilang kesuciannya. Padahal ia sengaja persembahkan untuk Roger, namun ya sudahlah. Memang takdir susah ditebak. Ia tak ingin memikirkan itu, ini sudah sudah terjadi. Toh dirinya menikmati. Saat menoleh ke samping tempat tidurnya. Mery tak melihat orang itu. Mungkin udah pergi. Saat melihat jam di ponsel menunjukan pukul 11 siang. 'Ya Tuhan, ternyata sudah siang,' batin Mery. Ia masih males bangun. Tapi badannya lengket bekas laki-laki semalam.
Ia menutupi tubuh polosnya dengan selimut, ia melangkah ke kamar mandi. Menaruh di atas mesin cuci
Lalu menyalakan shower, ia berdiri di bawahnya. Air beri kesegaran di tubuh Mery. Selesai mandi, berkaca sebentar. Banyak tanda merah di lehernya.
Lima belas menit kemudian ia keluar dengan handuk yang melilit di tubuhnya. Lalu packing, besok siang harus terbang ke Paris. Selesai packing, Mery meraih ponsel di nakas. Menghubungi Belle.