Ridho semakin protektif padaku. tak rela aku pulang dan berangkat kerja sendiri. Ridho perhatian tapi Arini semakin cemburu, ia sampai membuntuti kami. Ia juga kaget melihatku hamil. Seakan dia tersaingi, sejak anaknya meninggal Arini belum hamil lagi. ia menatap tajam padaku sambil berkacak pinggang.
"Kamu Hamil Rania?" tanya Arini tak suka. Ia benci aku hamil. Menurutnya ini tak adil.
"Kenapa kamu bisa hamil Rania?" tanya Arini lagi masih tak percaya saat ini perutku membuncit.
"Pertanyaamu aneh Ar, aku punya suami ya wajar hamil." jawabku dingin. Ia lalu menatap tajam ke arah Ridho. Entah apa yang di pikirkan Arini. Mendapat tatapan Arini tajam Ridho menunduk. Entah apa yang mereka pernah bicarakan.
Aku langsung naik ke lantai atas. Tak pedulikan Ridho dan Arini yang siap bertengkar. Tapi ketika ingin bertengkar, aku ingin mereka keluar dari komplek rumahku, tak ingin ribut di rumahku yang baru di lingkungan yang baru. Tak ada yang tau kalau Ridho punya dua istri.