Aku membuka jendela kamar ini, ku hirup udara lalu lepaskan semua beban di pundak ku. Lalu ku buka koper, aku tata di lemari. Satu persatu bajuku. Tiba-tiba mbok Yem menyapaku dari balik pintu.
"Mbak, mau masak apa?" tanya Mbok Yem. Aku tepok jidat, karena tak peralatan masak di dapur.
"Kita beli aja mbok," ucapku. Aku mengambil ponsel dan pesen makanan online. Ku bayar setelah makanan itu datang.
"Oke mbak,"
Drrrt..
Nama Ibu Mertua terpampang layar ponsel. Aku segera mengeser tombol hijau.
"Halo Bu, sapaku ramah. Padahal tadi ingin menelpon Ibu, tapi kini Ibu yang menghubungiku.
"Halo Bu," sapaku ramah.
"Gimana kabar kandungan kamu Rania?"
"Baik Bu, alhamdulilah."
"Rania, kamu di mana sekarang? kami ingin menjengukmu."
"Aku di rumah baru Bu," Jawabku akhirnya. Tak ingin menyembunyikan apapun dari Ibu Mertuaku yang sudah seperti Ibu kandungku.
"Kamu beli rumah, Nak?" tanya Ibu penasaran.
"Iya, Bu. Tapi kredit. Rania belum nggak punya uang kalau cash,"