Hari-hari kulalui tanpa Ridho, ia masih sama hilang bak di telan bumi. Aku pun cuek saat melihat status di beranda IGnya. Males walau sekedar kirim pesan ataupun telepon. Kalau rindu padaku, toh dia akan datang. Seandainya dia tak menginginkanku lagi ya sudahlah. Toh aku masih punya orang tua untuk kembali.
Di kantor, jam 12 kami istirahat. Sebelum makan siang, aku dan Kinanti sholat dhuhur lebih dulu, setelah itu kami makan di luar. Akhir- akhir ini aku ingin makan aneh- aneh. Kadang, pingin makan pedes, kadang asem. Hari ini pingin makan Pedas. Lontong dekem enak kali ya, batinku.
Aku mengajak Kinanti, biasa dia tak pernah menolak ajakanku. Sedang Wulan masih melayani customer di teller satunya.
"Ayoo, Ki. Udah laper banget nih?" ajakku tak sabar. Rasanya ngiler banget. Ingin segera mencicipi lontong dekem itu. Kami berdua keluar menyebarang jalan, Gerobak Lontong dekem itu di seberang jalan.
"Lontong dekem dua ya pak," pesenku pada kemudian.
"Siap Mbak,"