Pak Yoga mengerti perasaan Aris itu. Ia juga tak memaksakan kehendaknya.
Aris jujur mengutarakan perasaanya. Ia mengerti itu.
Pak Yoga kembali melanjutkan makannya itu. Suasana kembali cair tak tegang seperti tadi.
Selesai makan Pak Yoga membayar tagihan makanan itu.
"Pak, aku tadi berapa?"
"Udah, kayak siapa aja. Nanti gantian kalau makan lagi, kamu yang bayar!" kata Pak Yoga.
"Makasih Pak," kata Aris.
"Sama-sama, ayo pulang!" seru Pak Yoga. Mereka beranjak dan duduk di Jok depan. Gantian Aris yang menyetir, sepertinya Pak Yoga kecapekan.
"Pak Yoga, aku yang bawa truknya ya,"
"Woow, udah berani ya?"
"Belajar, pelan- pelan Pak!" seru Aris sambil terkekeh. Ia mantap mengendarai Truk itu. Di sela-sela waktu luang Aris belajar mengendarai Truk di lapangan. Ia kini mantap mengendarainya di jalan raya. Akhirnya truk itu selamat sampai di pabrik Minyak goreng.
Pak Yoga tersenyum melihat kemampuan mengendarai Truk ini. Lancar dan lihai melajukan Truk besi ini.