Dan saat Arsya akan bicara, dia urung. Arsya tersenyum sebab Epul menimpalinya lebih dulu.
Epul tertawa kaku. "Duh, maafkan pertanyaan istri saya, Nak Arsya," kata Epul, "dia memang suka ingin segera buru-buru Intan punya suami lagi. Maklum, orang tua." Epul berusaha menyesuaikan situasi.
Sang Istri yang tadinya belotot pun kemudian tersenyum karena dirasa ucapan sang suami itu juga ada benarnya dan sangat tepat. Tidak terlalu menyudutkan dirinya sebab Sri juga tahu kalau Epul juga berkeinginan yang sama seperti Sri.
Sama-sama ingin Intan segera menikah lagi dan melihat Karin punya ayah.
Arsya tertawa. Tapi tetap sopan.
"Tidak. Tidak apa kok. Lagi pula, saya juga ingin segera menikahi Intan." Arsya kemudian menatap Intan yang duduk di sampingnya. "Tapi, entah apa yang membuat Intan ingin menunda-nunda keseriusan saya." Arsya sengaja berkata seperti itu agar kedua orang tua Intan tahu bahwa yang sebenarnya menajdi faktor penghambat iu bukanlah Arsya.
