Chereads / Cruel System / Chapter 3 - Quest Pertama

Chapter 3 - Quest Pertama

Setelah berjalan sekitar tiga jam, Ansel berhasil keluar hutan dan menemukan sebuah kota kecil.

Melihat ke arah gerbang di sana, sebuah antrian kecil orang yang ingin masuk tampak diperiksa indentitas mereka. Meski itu hanya berupa pertanyaan kecil, di sana ada semacam kristal berbentuk bola yang dapat mengetahui apakah mereka memiliki riwayat kriminal atau tidak.

Setelah beberapa kenangan yang sebelumnya bersatu dengan jiwa Ansel, dia mengetahui bahwa tubuh miliknya tidak memiliki riwayat kejahatan. Hanya saja, bisa dibilang pemilik tubuh sebelumnya hanya seorang remaja yang nakal.

Jadi Ansel memberanikan diri ikut mengantri ke dalam barisan kecil itu. Setelah gilirannya tiba, empat orang penjaga yang memeriksa terlihat heran. Mereka memandangi Ansel dengan seksama dan juga ada kewaspadaan di dalamnya.

"Ada apa denganmu? Apa kau seorang pengemis?". Tanya penjaga itu melihat dari bawah hingga atas penampilan Ansel. Pasalnya, pakaian Ansel terdapat banyak sobekan yang membuat tubuhnya terekspose.

"Bukan begitu, aku mengalami sedikit kecelakaan, jadi pakaianku seperti ini". Tegas Ansel menjelaskan keadaannya.

Sebenarnya pemilik tubuh sebelumnya memang mengalami kecelakaan. Dia sebenarnya merupakan salah satu anak dari seorang bangsawan.

Karena perilaku nakalnya yang memalukan nama keluarga, dia di buang diam-diam oleh kakaknya sendiri. Dia dibuang ke sungai dan berakhir di tempat Ansel tersadar sebelumnya. Begitulah penjelasan bagaimana bisa tubuhnya berada di dalam hutan itu.

"Jadi dari siapa namamu dan dari mana asalmu?". Penjaga tersebut terlihat mengangkat penanya dan papan dengan kertas di atasnya.

"Namaku Ansel, aku berasal dari kota jauh di utara. Aku jatuh ke sungai dan hanyut hingga sampai ke sini. Waah, itu benar-benar keajaiban aku bisa selamat sampai si sini". Jawab Ansel sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

"Apa? Sungai Kayla di dalam hutan Deird itu?". Reaksi terkejut di keluarkan oleh para penjaga yang mendengar jawaban Ansel.

Lantas melihat reaksi mereka, Ansel menjadi bingung karenanya. 'Apakah ada yang salah dengan jawabanku?'. Tapi Ansel tidak mengungkapkannya.

"Be-benar sekali. Apa ada yang salah dengan itu?"

Setelah melihat Ansel yang seperti biasa saja, para penjaga itu saling memandangi wajah mereka. Mereka seperti heran dengan apa yang dikatakan oleh Ansel.

"Apakah kau tidak tau? Di hutan itu telah banyak orang-orang yang hilang?". Lalu penjaga itu mendekati Ansel dan mencoba menghalangi mulutnya sendiri dengan telinga Ansel seperti ingin membisikkan sesuatu.

"Ada mitos bahwa di dalam sana ada sosok moster yang menguasai hutan tersebut. Tidak ada yang selamat bagi mereka yang memasuki hutan itu". Ungkap prajurit itu dengan ekspresi horor.

Mendengar itu Ansel terkejut dan memundurkan kepalanya. Dia menatap mata penjaga tersebut dengan wajah yang sedikit cemas. Di wajah penjaga tersebut tidak terlihat seperti sedang berbohong.

"Yaah, tapi kau sangat-sangat beruntung sekali menurutku. Hanyut di sungai dengan jarak yang begitu jauh, dan juga melewati hutan itu. Dengan tubuh yang masih utuh, kurasa keberuntunganmu sangat tinggi anak muda". Penjaga tersebut memecahkan suasana canggung tersebut dengan menepuk pundak Ansel.

"Ahaha, sepertinya begitu". Jawab Ansel yang masih sedikit cemas.

Setelah suasana yang membuat merinding tersebut, penjaga itu kembali ke dekat bola kristal dengan warna transparan di atas sebuah meja. Kemudian dia seperti menulis sesuatu di lembar kertas miliknya.

"Sekarang, letakkan tanganmu di atas bola ini".

Ansel berjalan pelan mendekati bola tersebut. Seperti sebuah kelereng kaca yang jernih dengan besar mirip bola voli. Meletakkan tangannya di atas bola itu seperti yang di perintah oleh penjaga.

Setelah membuat tangannya menyentuh bola itu, suatu reaksi muncul. Bola yang seperti sebuah kaca bening tersebut berubah warna menjadi sedikit kemerahan. Itu benar-benar sesuatu yang ajaib bagi Ansel yang baru pertama menyaksikan.

Penjaga itu melihat Ansel tanpa mengucapkan sebuah kata. Ansel yang canggung melepaskan tangannya dari bola itu.

"A-ada apa? Apakah itu berarti..?". Ansel menanya alasan pandangan dari penjaga itu.

"Tidak, ini baik-baik saja. Kau boleh masuk ke dalam. Tidak ada tanda bahwa kau pernah melakukan aksi kriminal". Jawab penjaga itu tanpa ekspresi.

"Kalau begitu, aku akan masuk".

Ansel lekas masuk meninggalkan penjaga hingga lepas dari sudut matanya. Walaupun Ansel masih penasaran dengan ekspresi para penjaga yang seperti menyembunyikan sesuatu.

Setelah di dalam, deretan rumah yang seperti berbaris menuntun para pejalan ke pusat kota. Rumah tersebut tersusun diantara kedua sisi jalan yang searah dari gerbang masuk itu.

Menelusuri jalan tersebut, Ansel yerus berjalan dengan banyak pandangan yang mengarah padanya. Karena bajunya itu membuat Ansel menjadi pusat perhatian. Ansel yang baru tersadar akan penampilannya, segera bergerak lebih cepat mencari tempat penjual pakaian.

Karena malu, Ansel melewati gang kecil yang banyak di sepanjang jalan utama itu. Melewati beberapa gang yang di pilih tanpa pertimbangan, Ansel menghadapi jalan buntu. Lalu tiba-tiba di dalam kepalanya tertulis sebuah quest yang muncul begitu saja.

Di sana Ansel berdiri melihat bayangan layar di otaknya. Dan di sana terdapat quest yang muncul tersebut. Meski tulisannya belum pernah di lihat olehnya, entah bagaimana itu dapat di pahami.

Namun yang membuat Ansel terdiam bukan karena bayangan tampilan yang ada di otaknya. Tapi isi dari quest itu sendiri yang membuat tubuhnya terhenti.

Nama : Anselastor

Quest : Bunuh semua musuh. (0/3)

Hadiah : Kejutan pemula.

Gagal : Penyiksaan jiwa.

Sebuah kata yang begitu di benci olehnya tertulis di kepalanya. Bunuh merupakan sesuatu yang di benci olehnya. Apa lagi semenjak dirinya dan ibunya terpisah karena di bunuh.

"Hey, Sistem! Apa maksudnya semua ini?". Tanya Ansel yang geram dengan itu.

"Ooh, Huhuhu, ya itu adalah quest pertamamu. Yang semangat ya, jika kau gagal, Aku jamin itu akan sedikit menyakitkan". Jawab Sistem dengan nada menggertak.

Lalu di dalam gang buntu tersebut, muncul tiga orang asing di belakang Ansel. Mereka bertiga sama-sama menyeringai memandangi Ansel. Dan sepertinya mereka sudah mengikuti Ansel sejak masuk ke kota.

"Siapa kalian bertiga?". Dengan sikap waspada Ansel bertanya.

"Hehe, Kami adalah pengasuhmu yang baru". Jawab pria yang berdiri paling tengah sambil mengancungkan jarinya ke arah Ansel.

Serentak dua pria yang di kedua sisinya mengeluarkan pemukul dan pisau kecil. Pria yang bertubuh paling besar menghempaskan tongkat pemukulnya ke arah sisi tubuh Ansel. Dan yang satunya melayangkan sayatan di paha kanan Ansel.

Meski mampu menghindari pemukul itu, pisau itu masih mengenai kakinya. Ansel melihat luka di paha kanannya. Tapi itu tidak begitu dalam, jadi dia masih mampu untuk menyerang balik.

Tapi, pria yang di tengah sebelumnya, masih hanya berdiri di tempat tanpa ikut campur. Setidaknya itu sedikit menguntungkan Ansel.

Kemudian, kedua pria tersebut kembali bergerak menyerang Ansel. Karena di belakangnya terdapat dinding yang membuatnya tak bisa kabur, Ansel terpaksa maju menghadapi keduanya.

Tapi, lagi-lagi Ansel terkena serangan. Keningnya mengeluarkan darah yang mengalir ke sudut matanya. Itu mengingatkan dirinya kembali tentang apa yang terjadi sebelum dirinya meninggal.

Mengingat perasaan itu, rasa panas kental berpusat di dadanya. Kemarahan yang jarang di tunjukkannya, kini berkumpul di kepalanya. Di saat yang sama, seluruh tubuhnya di bungkus oleh aura kemerahan dan sedikit kehitam-hitaman.

Saat ini, Ansel merasa kekuatan mengalir ke seluruh tubuhnya. Pikirannya di penuhi dengan kata balas dendam, bunuh. Matanya sudah mengunci ke tiga pria tersebut, dan tidak akan melepaskan mereka.