Chereads / The Liberators / Chapter 29 - Negosiasi (2)

Chapter 29 - Negosiasi (2)

Namun, tentu saja kegirangan ini hanya terjadi didalam hatinya, dihadapan rekan rekannya wajah yang ditampilkannya benar benar tenang.

"Melihat bagaimana ia masih memiliki tenaga yang sangat mempuni untuk mempertahankan kesadarannya, sangat tidak mungkin untuk melihatnya tiba tiba pingsan sekarang kecuali ada penyebab yang menguatkan alasan itu terjadi"

Setelah mengucapkan itu ia mengibaskan goni yang menutup kepala sandra tadi kehadapan kelompoknya, seketika kelompok itu mengerutkan kening tidak percaya.

"Aroma ini, seperti aroma yang melumpuhkan kita siang tadi" seseorang berkomentar.

"Un" yang lain mengangguk setuju.

Puas dengan kekaguman yang didapatnya dari kelompok, ketua itu melanjutkan, "kau benar, kita seharusnya masih akrab dengan aroma ini, ini adalah gas yang menjadi alasan besar kita kehilangan satu satunya anggota mereka yang berhasil ditangkap pak Allison sebelumnya"

Jelas mereka akrab dengan aroma yang terpancar dari goni itu, walaupun samar samar mereka bisa mengingat dan menyimpulkan dengan yakin kalau itu adalah aroma gas yang sama dengan gas yang melumpuhkan mereka siang tadi.

Sepertinya, goni ini tadi menampung banyak gas untuk melumpuhkan sandra ini, tapi mengapa ia masih bisa berjalan keluar dari pintu itu dengan santai.

"Benar, bagaimana caranya ia bisa bertahan dengan racun yang di kurung didalam goni dan menutup wajahnya" tanya salah satu anggota kelompok.

Yang benar saja, bagaimana dia bisa bertahan dengan racun yang terus mengalir dipernapasannya, sedangkan kami langsung pingsan bahkan sebelum bisa menyadari kalau sebenarnya kami sedang menghirup gas yang beracun.

"Aku juga tidak terlalu mengerti bagaimana ia bisa bertahan begitu lama dengan racun dihidungnya, tapi melihat dari reaksinya tadi, sepertinya racun itu baru bekerja setelah ia bebas dari karung goni itu" walaupun ia tidak mengetahui bagaimana cara kerja gas beracun itu, tidak terlalu sulit untuk mengambil kesimpulan kasar.

Melihat bagaimana orang ini bisa berjalan dengan semangat saat keluar dari pintu itu, bisa dipastikan kalau racun itu juga sebenarnya belum bekerja.

Baru saat mereka membuka goni itu dari kepalanya lah racun mulai melumpuhkan sarafnya hingga membuatnya pingsan sesaat.

"Yah, mungkin saja begitu"

"Sudahlah, kita tidak punya banyak waktu untuk memikirkan hal seperri itu, kita bukan seorang dokter yang sedang mengamati pasien yang keracunan, kan?"

"Apa yang kau bicarakan, dia sekarang sudah pingsan bagaimana kita bisa mendapatkan informasi darinya jika dia dalam keadaan begini"

"...."

Melihat rekannya saling berdebat tanpa memperdulikan keadaan, ketua tim hampir tidak bisa menahan diri untuk tidak mencekik lehernya sendiri.

Siapa kalian ini? Polisi keamanan kota Rotherhem, lalu apa yang kalian lakukan sekarang, tidak bisakah kalian sedikit saja mempertahankan martabat kalian sendiri dan berhentu bertindak konyol.

setelah tanpa sadar memukul dahinya pelan, ia melangkah maju sambil membentak "sudahlah, berhenti kalian semua, apa yang kalian lakukan?".

"Kami..." kelompok itu tersentak.

"Cepat periksa semua sakunya dan lihat apakah ia membawa pesan atau tidak" kata ketua tim dengan nada yang sedikit tegas seakan membawa otoritas dalam kata katanya.

Mendengar interuksi dari ketua, mereka yang berdebat tadi seketika merogoh semua kantong, bahkan membuka kemejanya untuk memeriksa apakah ada sesuatu dibaliknya.

Melia anggotanya mulai serius ketua mengangguk puas, hanya saja kepuasan itu tidak berlangsung cukup lama, setelah melihat salah satu anggota membuka kemeja sandra dan menyisakan kaus, ia melirik sedikit kebawah dan seketika matanya melotot ngeri.

"Hey apa yang kau lakukan?" tanya ketua saat melirik tadi, "apakah harus bagimu membuka resleting celananya juga?"

'Yang lain ikut melirik'

"Anu, itu, ak-aku hanya ingin sedikit lebih teliti"

"Ehem ehem" ketua berdeham terkejut, "tidak perlu untuk itu, cukup untuk memeriksa sakunya saja, tidak mungkin mereka menyelipkan informasi didalaman pria ini" lanjutnya sambil mencubit cubit kerutan diantara dua alisnya.

"Ah baiklah kalau begitu" bawab pelaku pembuka resleting tadi, dan ia langsung bergegas untuk memeriksa saku celana kanan dan kiri lalu ke saku belakang, namun baru saja ia memulai, suara ketuanya sekali lagi terdengar.

"Hey hey, tunggu!"ketua tim langsusng menghentikan tangan rekanya yang ceroboh ini, "bagaimana kau bisa memeriksa celananya dengan resleting masih terbuka, gerakan tanganmu kesakunya hanya membuat celananya semakin turun dan turun, tutup dan kancing lagi itu!".

Bagaimana bisa rekannya bisa bertindak ceroboh seperti ini, tadi ia mengatakan ingin lebih teliti, sekarang ia bahkan melupakan untuk menutup resleting yang baru saja dibukanya.

Teliti seperti apa yang dimaksudnya, 'huh' ia menghela napas lega karena tidak ada yang menyaksikan kejadian itu selain dirinya dan anggotanya.

Bagaimana ia bisa menjelaskan jika ada orang lain yang melihat kejadian ini, melihat sekelompok polisi melucuti pakaian sandra yang baru saja bebas dimuka umum, terlebih lebih oraang itu sesama lelaki, memikirkannya saja sudah membuatnya geli.

Menghirup seteguk udara segar, ia sekali lagi menjernihkan pikirannya agar tetap fokus, "bagaimana, apakah ada sesuatu yang mengacu pada negosiasi atau jawaban atas kata kataku tadi" tanya ketua.

Dia baru saja berteriak dan orang ini keluar, kalau mengingat metode yang dicerirakan rekanya barusan, orang ini seharusnya membawa jawaban dari mereka.

"Ada selembar kertas disaku celananya" jawab pelaku pembuka resleting tadi sambil memegang lipatan kertas ditangan.

"Baiklah, bacakan!"

"Sepertinya kalian orang yang cerdas, tanpa kami harus mengungkapkan tujuan kami kalian sudah memahami jika kami memang menginginkan negosiasi.

Baiklah! kami mempunyai permintaan ,sebelum kami membebaskan sekelompok manusia yang tidak berguna ini, kami ingin kalian meninggalkan perbatasan kota, karena kami memiliki tamu yang ingin berkunjung!"

....

Setelah mendengarkan mereka membacakan isi surat itu, Allison mengerutkan kening sampai sampai kedua alisnya hampir menyatu.

Prak! Suara bantingan meja.

"Mereka benar benar licik, memanfaatkan orang orang dikantor itu untuk kepentingan mereka, sejak awal mereka memang menginginkan agar kita tidak mengurus urusan mereka diperbatasan, dan untuk mempercepat kepergian kita, mereka menyandra warga kita untuk mempertimbangkan" sebelum Allison sempat berkata kata, Arthur berkomentar dengan raut wajah tidak senang sambil membanting tangannya kemeja.

"Mereka cukup cepat dalam mengambil keputusan, saat mereka sadar bantuan yang lebih kuat datang dari kubu kita, dan mengurung mereka diperbatasan sebagaimana mereka juga mengurung kita, dengan cepat mereka mengklaim sandra agar kita menghentikan perlawanan" kali ini giliran Downey yang berkomentar.

Benar, disaat mereka melihat bantuan datang siang tadi, mereka langsung bergerak untuk mengklaim para sandra ini disaat yang bersamaan agar para polisi tidak memiliki waktu untuk bahkan memikirkan serangan balasan atau menyerang mereka diperbatasan dengan kekuatan yang lebih besar lagi.

'Mereka sudah cukup sulit untuk diatasi saat ini, bagaimana lagi jika kami membuka perbatasan dan membiarkan lebih banyak dari mereka untuk masuk kemari' memikirkannya saja sudah cukup membuat Arthur dan yang lain mengeluarkan keringat dingin.