Lesu itu yang kurasakan saat di kampung. Entah sudah berapa lama halaman buku yang ku baca tak berbalik, kopi yang di suguhkan emak dari sejam yang lalu belum tersentuh dingin.
Memikirkan bagaimana nasibku setelah ini akankah aku di pecat? apakah kuliah ku akan terputus di awal daftar?. Lalu bagaimana nasib kami. Emak sudah tidak bekerja, kalau aku juga di pecat sebelum satu bulan bagaimana nanti nasib pendaringan kami. Mencari dimana lagi majikan seperti keluarga Nyonya yang baik toleran dan sudah seperti keluarga.
Yang bikin aku menyesal adalah karena sudah ku kecewakan kepercayaan emak. Selama emak bekerja belum pernah emak membuat kesalahan fatal sampai mencelakai Celline anak satu-satunya keluarga itu walaupun bukan sepenuhnya kesalahan ku.
"Sudah le jangan terlalu di pikirkan, anggap aja kamu liburan 2 minggu di sini karena kangen emak", tegur emak.
"Kalau aku di pecat piye mak?".
"ya kudu terima mau gimana lagi, tapi coba nanti kamu setelah 2 minggu ke sana lagi walaupun di berhentikan tapi paling enggak pamit sama nyonya karena kebaikan nya selama ini", Sambil emak bersiap kunci pintu.
"Dari pada melamun ayok antar emak ke rumah bude, emak mau bantu bude yang sedang hajat"
" iya mak.. ", sambil ku belokkan motorku
"Lho kamu disini Gas lagi libur to?,tanya bude
" iya bude.. ",sambil ku salami tangannya.
Ku jawab singkat agar tak timbul pertanyaan sehingga butuh jawaban panjang lebar pula sengaja tak bercerita masalah kami kepada sanak keluarga agar tidak jadi omongan.
Sambil menunggu emak dan aku bantu-bantu bude sapu halaman, angkat kursi-kursi dan meja karena ada acara lamaran anak bude yang pertama. Putri baru lulus SMA sudah menemukan jodohnya sudah kebiasaan di kampungku jika anak gadis sudah selesai sekolah jika tidak melanjutkan kuliah ya menikah. Jodoh Putri adalah juru tulis desa tamatan D3 lumanyan masih satu tingkat diatas putri umurnya pun sudah matang 25 tahun.
"yang bersih ya mas! " tegur seseorang.
"iya mba.. lho siapa ini ya wulan kan?, oo iya de Wulan apa kabar? ", ternyata dia Wulan teman SMA ku. pantas dari tadi seperti kenal tapi mau menyapa takut salah karena banyak pikiran juga jadi tidak fokus.
" Mas Bagas sombong dari tadi ku liatin enggak negur-negur ya sudah aku duluan yang tegur".
"iya maaf lagi mikir urusan kuliah banyak tugas", kataku berbohong.
" Apa kabar mas? lama enggak kelihatan ".
"Baik de, kamu yang enggak kelihatan, desa kita kan sebelahan waktu aku narik angkot kok enggak pernah ketemu kamu? ".
" iya mas lepas SMA aku di ajak paman yang tinggal di Jakarta u kerja di sana, ini sekarang lagi libur 3 hari. Jadi pulang sebentar dan bantu-bantu budemu di sini".jelas Wulan.
Obrolan seru pun berlanjut seru. Cerita masa-masa SMA Wulan menanyakan kabar teman-teman, karena dia langsung kerja di Jakarta dan jarang pulang. Wulan adalah cinta pertama ku yang tak pernah ku nyatakan karena ternyata Wulan jadian dengan ilham temanku juga. Aku kalah start. Wulan yang masa SMA nya adalah kembang sekolah sekarang makin cantik saja mungkin karena terkena air Jakarta. Begitu di kampungku bilang. Kulitnya jadi kuning langsat yang dulunya hitam manis. Wajahnya yang ayu tambah manis sekarang. Bagaimana kalau dulu kami jadian ya! ah..
"Mas.. mas mikir apa to? ", Wulan melambai kan tangan di wajahku
eh tidak mikir apa-apa kok
" Aku tanya mas dari tadi, sekarang sibuk apa?".
"Aku juga kerja di Jakarta de, sambil kuliah". jelas ku menepis kenangan.
" Oya.. brati sama dong, minta no. hape nya mas kali aja kita bisa ketemuan lagi di Jakarta. Sayang besok aku pulang, liburku sudah habis".jelas Wulan.
Kita pun berpisah sementara karena acara bude segera di mulai.Tapi aku sudah dapat no. hape nya semoga pertemanan kita bisa berlanjut ke depannya.
Di rumah Celline
"Wit kita udah sepakat kan kalo jangan bilang ke nyokap kalau gue yang nyetir waktu itu, awas jangan sampai keceplosan ngomong", kataku mengingatkan
" Tenang.. tau kok, yang lain juga udah di calling supaya jangan ngomong juga ke ortu masing masing, ortu kita kan teman juga kalo bilang, mesti bocor ke bonyok lu juga". Sore ini Wita datang menjenguk, Wita duduk di gazebo dekat kolam renan sedangkan Aku masih memakai kursi roda.
"Wit kemarin pas gw kecelakaan lu kemana sama Bagas kok mobilnya gak kelihatan?"
"oo itu ada deh.. " sambil senyum senyum
" Celline ini ada Bagas mau ketemu", kata mami
'tau aja kalau lagi di omongin. kok dia tau aku ada di sini ya ah..kalau jodoh memang gak kemana panjang umur diomongin orangnya datang.' senyum di hati wita.
"Nona.. Celline maaf.., " aku melirik canggung ke arah Wita.
Wita seakan membaca sinyal Bagas.
"Tante Wita haus, boleh minta minum?", Wita menggandeng tangan mami.
" ayok kita ke dalam minta Bi Rasti bikin minum", ajak mami.
" Maafkan saya Non.. Saya lalai menjaga non sehingga nona kecelakaan".aku ulangi permintaan maafku
"Bagus kalau kamu tau salahmu! berarti kamu sadar dong kalau kamu tuh emang bukan penjaga yang baik, dan mulai hari ini gak usah jagain aku lagi", sahutku ketus.
sebenarnya bukan salah Bagas sih aku berkata ketus biar dia tidak awasi aku lagi. Sebel juga kemana mana di ikuti kaya orang penting aja.
" Tapi Non kata Nyonya.."aku jawab, kaget dengan juteknya nona
"loh kamu kan udah bikin kesalahan dan kamu akui.Berarti tandanya kamu tidak bisa kerja ya kan, udahlah mending cari kerjaan lain aja sana daripada kerjanya ngawasin gue. Jadi apa kek, polisi kek, detektif kek, atau mafia sekalian terserah", kutambah volume ku tidak lupa dengan muka judesku
" Tapi kan tidak semua salah saya Non, kalau saja bukan Non yang nye.. ".
sssstt.. diam!
Non Celline terlihat panik melihat mami dan Wita datang mendekat.
Mami datang bawa minum dan obat untuk aku.
'mmh ternyata begitu.. nona tidak mau rahasia nya ketahuan baik aku punya cara untuk menaklukkan gadis jutek ini. Tunggu nona akan ku ajari kau bagaiamana caranya bersikap.'