Chereads / my maid my love / Chapter 7 - Berteman

Chapter 7 - Berteman

Pagi hari

Hai celline "wita menyapa.. ", pagi ini hari pertama setelah masa pemulihan aku ke sekolah.

Hai..

"Dimana niken sama sisi?", tanyaku

"tau.. mungkin udah masuk kelas, eh orang ganteng tumben ga ikut?,"

"Siapa? mmh.. Bagas oo dia antar jemput doang sekarang", kataku. kita berjalan beriringan ke kelas.

" yaah.. kenapa gagal dong gue dandan pagi ini", wita cemberut. " gue juga seneng lu berangkat sekolah lin.. ".

" Alah lu seneng liat gue apa herder gue.. hayoo ngaku?".ledekku

"mmh.. dua duanya hahahhaa".sambil bergandengan masuk kelas. eh itu Sisi sama Niken

Sisi.. iii.. Nike.. nn..

" ahhh.. kangeeen " berpelukan teletubbies.

celline.. mereka kompak berteriak

"hei.. kalian tau gak kenapa celline mukanya happy banget?", tanya wita, saking dekatnya duduk pun kita berdekatan sambil menunggu guru datang setelah bel berbunyi.

kenapa?? tanya dua orang itu

" Itu karena penjagaku yang tampan tidak mengikuti dia lagi", sahut Wita sedih " dan itu salah lu Cell kenapa lu larang dia buat gak ikutin lu lagi? ", Wita merajuk

" iya kenapa herder lu kagak ngikutin lu lagi ya Cell?", tanya Sisi

"hush enak aja lu bilang herder Bagas Si.. namanya Bagas" tegas Wita

"iya Bagas kenapa gak ngikutin lagi, apa dia sekarang nurut sama lu bukan mami lu?", tanya Sisi lagi. Sayang guru keburu datang jadi ga sempet untuk lanjutin ceritanya.

'Pagi anak-anak' sapa pak guru, pelajaran pun berlanjut.

" Non, kata Nyonya habis pulang sekolah Non mampir ke kantor Nyonya karena mau belanja ke Mall", kata Bagas sambil menyetir pulang

"iya udah tau.. gw du suruh beli kado ultah untuk nenek"

" apa Non?"tanya Bagas sambil melirik di kaca spion depan.

Oiya lupa "Saya mau beli kado untuk nenek MAS BAGAS..", ku tekankan kata 'mas bagas' karena terkait perjanjian dengannya

Flashback

Di taman sore hari setelah aku check up di rumah sakit. perjanjian damai terjadi.

Aku minta ijin mami jalan sore di taman dengan di antar Bagas dengan membahas masalah pembicaraan kami di mobil.

YA perjanjian perdamaian begitu Bagas menyebutnya. Sebenarnya aku duluan mengancam dia untuk mengundurkan diri dengan mengadu ke papi bahwa kerjanya gak becus jagain aku.

Tapi Bagas pun ternyata mengancam akan mengadu pada mami, gara-gara aku yang setir mobil di hari aku kecelakaan, yang akan mengakibatkan aku gak akan boleh belajar nyetir selamanya dan akibatnya akan pakai jasa sopir kemana-mana.

"Ada dua syarat yang harus di patuhi dan Saya gak akan ngadu ke Nyonya kalo nona yang setir saat itu?" kata Bagas tegas.

"Apa syarat Lu? ", sahutku jutek

"Pertama, bicara yang sopan pada orang yang lebih tua contohnya Saya, panggil Saya dengan sebutan mas, abang, kakak, atau apa pun yang menurut Non baik karena saya pun hormat dengan memanggil kamu 'Nona'. Dan jangan menggunakan bahasa lu, gue karena kita beda lima tahun, saya lebih tua dari kamu walaupun kamu majikan Saya, tetap bahasa sopan santun harus di pakai karena budaya ketimuran kita!", sahutnya panjang lebar.

"Bagaimana setuju?".

"Oke.. deal mau lu.. eh kamu di panggil apa?", tanyaku masih sinis.

" Karena Saya dari Jawa maka lebih baik panggil mas oke?

"Terserah trus nomor syarat nomor dua apa?"

"Jangan suruh Saya mengundurkan diri Nona, Saya butuh pekerjaan ini", jawabku. Untuk menggantikan ibuku mencari nafkah dan untuk melanjutkan kuliahku jawab hatiku

"Bisa di atur tapi gue.. eh Saya juga ada dua syarat" Celiine bernego.

"apa?"

"Pertama, jangan ikutin Aku kemana- mana cukup antar dan jemput Aku kalau Aku telepon".

" Dua, jangan ikut campur kalau ada cowo yang deketin aku, ngarti? Deal?", tanyaku sambil mengulurkan tangan.

"maaf Non saya gak setuju, no deal", jawabnya sambil memutar balik kursi roda ku pulang.

"apa.. apa maksudmu heiii.. tunggu berenti.. ", teriakku. Dia tetap mendorong kursi roda ku pulang ke rumah.

Ingin ku maki- maki Bagas tapi ini taman banyak orang aku gak mau mempermalukan diri.. awas lu Bagas!!!

# next ga neh.. pemirsah

"