Setelah pulang dari rumah Aris. Zellio kembali menuju sekolah. Karena dia hanya izin sebentar saja sebab ada keperluan mendadak.
Setelah diperbolehkan masuk, ia segera menuju kelas. Dari lorong kelas, dia bisa melihat dari balik jendela kelas bahwa Kanova sedang membaca buku. Layaknya hari-hari biasanya.
Memasuki kelas, seperti biasanya. Zellio menyapa Kanova dengan bertos ria dan melakukan handshake andalannya.
Padahal, pikirannya malah mengingat kejadian di parkiran tadi pagi. Tapi Zellio berusaha menutupi dan terlihat baik-baik saja.
"Btw. Hari ini cerah ya. Kaya senyuman lo." Ujar Zellio dengan senyum cerianya yang juga dibalas oleh Kanova.
"Tumben baru masuk." Ucap Kanova sedikit aneh dengan kadatangan Zellio yang di seperempat jam pelajaran. Lagipula, tadi Kanova tidak sempat melihat kedatangan Zellio.
"Berangkat sama siapa tadi lo? Biasanya nyamper ke gue. Gue tungguin, ga dateng-dateng." Sahut Zellio seraya menatap Kanova dengan raut penuh tanya.
Kanova menatap Zellio. Ia sempat terdiam cukup lama sembai berfikir keras.
"Gue bareng Evelyn." Balas Kanova sedikit tidak enak hati.
"Makin deket aja ya, Lo sama dia. Hebat!" Ucap Zellio seraya tersenyum lebar.
Sedangkan Kanova malah merasa aneh dengan sikap Zellio yang berbeda dengan biasanya. Apakah ada yang salah dengan dirinya? Kanova berusaha berfikir keras dengan perubahan sikap Zellio yang tiba-tiba.
Padahal biasanya, Zellio tidak pernah mengucapkan kalimat seperti itu.
Jika membahas Evelyn pun, dia pasti akan menyombongkan diri, berlagak seperti seorang pemenang hati Evelyn. Padahal nyatanya, setiap dia bertemu Evelyn. Sikapnya akan berubah sedikit cuek. Padahal dalam hatinya, ia ingin sekali terbang.
Seperti itulah kira-kira sikap yang Zellio selalu tunjukan.
"Yo? Lo kenap-
"WAH! WAH! WAH! Bang Lio baru berangkat aja nih. Abis kemana bang? Tumben bat baru masuk kelas." Tiba-tiba Zidan masuk ke dalam kelas sembari bertos ria dengan Zellio. Kemudian dia duduk di bangku depan Zellio.
"Tumben lo sendirian. Yang lain kemana?" Tanya Zellio karena melihat kelas yang cukup sepi sebab tidak melihat teman-teman nya.
"Tadi Rafli sama Arka lagi ke perpus si."
"Tumben bat mereka ke perpus!" Pekik Zellio tidak menyangka.
Kanova yang berada di antara mereka hanya bisa melihat perbincangan mereka. Di tambah lagi dengan kedatangan Rafli dan Arka yang langsung ikut nimbrung. Membuat suasana di sana semakin ramai karena gelak tawa dan beberapa candaan yang mereka lontarkan. Sedangkan Kanova lebih fokus memperhatikan Zellio.
Zellio hari ini terlihat lebih ceria ketimbang hari-hari biasanya. Bibir itu, selalu melengkung ke atas menampilkan senyuman manis khasnya. Membuat siapapun yang melihatnya, akan terpesona. Apalagi, wajah tampan Zellio yang enak dipandang.
Tapi, dibalik itu semua. Tersimpan perasaan kecewa sangat besar hingga mendorongnya untuk tetap tersenyum lebar. Rasa ini, terlalu pahit dan sakit. Makanya dia bersikap lebih ceria. Dia berharap, perasaan ini tidak akan terasa.
Zellio yakin, mereka akan menganggap semuanya baik-baik saja. Melihat dirinya tersenyum, mereka pasti berfikir bahwa dirinya baik-baik saja.
Tapi berbeda dengan Kanova. Ia, bisa merasakan suasana hati yang terbakar didalam mata Zellio. Perasaan gelisah bercampur kecewa, kian terasa kala Zellio tersenyum lebar. Membuat Kanova tersadar bahwa temannya ini sedang tidak baik-baik saja.
"Yo! Jadi kan kita ke Aris?"
Zellio menatap Kanova di sela-sela gurauannya dengan Rafli, Arka, dan Zidan.
"Pasti lah!"
Setelah itu, Zellio kembali tertawa dengan mereka bertiga. Berbeda dengan Kanova yang malah terdiam melihat gelak tawa yang Zellio tunjukan.
Tak berapa lama, seorang guru masuk. Membuat mereka berempat segera menyesuaikan tempat duduknya. Sedangkan guru itu tengah menyampaikan pelajaran.
Setelah penyampaian materi yang cukup lama, lalu guru itu memberi tugas kelompok. Dengan masing-masing kelompok berisikan tiga anggota.
Mendengar pernyataan sang guru, Zellio menatap Kanova dengan mengangkat kedua alisnya beberapa kali.
Kanova pun mengangguk tanda ia paham dan setuju dengan isyarat yang Zellio tunjukan.
Bel pulang sekolah pun berbunyi, pertanda berhenti nya kegiatan belajar mengajar. Semua guru yang mengajar, bergegas keluar kelas, disusul siswa-siswi yang juga ikut keluar kelas.
Lorong terlihat riuh karena serentak semua siswa keluar kelas, berjalan berbondong bondong menuju gerbang sekolah.
Zellio dan Kanova berjalan menuju parkiran. Bergegas menuju letak motornya, kemudian melaju melewati gerbang sekolah yang terbuka.
Di sepanjang jalan menuju gerbang, Zellio sempat melihat Evelyn. Bukannya berhenti untuk menawarkan bantuan. Zellio tetap melajukan motornya dengan pandangan yang cukup dingin pada Evelyn.
Dia lebih memilih melihat spion yang menampilkan Kanova dari belakang.
Sama. Kanova pun hanya melewati Evelyn saja. Melihat itu, Zellio hanya tersenyum sekilas.
Sampai dirumah Aris, mereka berdua langsung pergi menuju kamar Aris yang berada di lantai atas.
Setelah memasuki kamar, mereka melihat Aris yang tengah duduk di tengah ranjang seraya bermain laptop. Aris pun hanya melihat mereka sekilas, kemudian fokus kembali pada layar didepannya. Ia tengah mengerjakan beberapa tugas yang sempat terlewat beberapa hari ini.
Kanova duduk di tepi ranjang. Sedangkan Zellio memilih mengambil kursi belajar, membalikkan arahnya, lalu duduk diatasnya.
Kanova dan Aris hanya menatapnya sekilas.
Setelah hening beberapa menit. Aris kemudian menaruh laptopnya dan mulai beralih pada permasalahan yang akan dibahas kali ini.
"Menurut lo, motif pelaku ini apa?" Ujar Aris langsung pada inti nya. Matanya beralih menatap Zellio dan Kanova.
"Mungkin aja dia suka?" Sahut Zellio dengan wajah sedikit kurang minat.
Kali ini, wajahnya begitu datar dan terkesan dingin. Kanova dan Aris yang melihat itu, sedikit heran karena sudah berapa lama sejak masuk Phoenix, Zellio tidak pernah menampakkan dan menunjukkan sisi aslinya.
Aris menatap Zellio dengan serius.
"Lo yakin?" Tanya nya.
"Kayanya gue tau siapa pelakunya." Zellio seketika menatap Kanova yang berada di depannya. Matanya menyorot tajam pada netra hitam di ujung sana.
Aris yang berada di antara mereka hanya bisa diam. Dalam hati ia berdoa agar apa yang ia takutkan tidak terjadi.
"Evelyn ga lo anter balik?"
Spontan, Kanova tiba-tiba menatap Zellio yang bersikap aneh. Aris hanya bisa terdiam karna dia tahu bagaimana suasana hati Zellio sekarang.
"Kan kita mau ke Aris Yo!" Sahut Kanova dengan nada setenang mungkin.
"Kenapa ga Lo ajak aja?"
Kanova kembali terdiam.
"Lo kenapa sih Yo?!" Tanya Kanova dengan raut yang mulai kesal karena sikap Zellio yang tiba-tiba berubah dan keluar dari tapik pembicaraan.
Zellio menatap Aris dan Kanova secara bergiliran. Senyum smirk nya seketika muncul.
"Gue pulang. Gue cape!"
Zellio beranjak dari kursinya. Namun langsung Kanova tahan.
"KENAPA?!" Sentak Zellio kala tangannya di cengkram keras oleh Kanova.
Sedangkan Aris, masih terdiam seraya berfikir keras dengan apa yang harus dia lakukan agar Zellio bersikap seperti biasa lagi.
Saat ini, Aris dibuat pusing oleh kedua sahabatnya sendiri. Ia pun akhirnya mengangkat suara.
"Gue mau jelasin sesuatu yang harus kalian tau." Ujarnya dengan wajah datar.
Aris, dia harus meluruskan sesuatu yang salah. Dia, tidak ingin kedua sahabatnya bertengkar hanya karena salah paham. Dia, harus mengatakan semuanya.
Menurutnya, ini waktu yang tepat.