Sudah hampir seperempat jam Jajaka Purwa berdiam di pinggir jalan untuk meminta tumpangan. Tapi kebanyakan dari para pengemudi memilih untuk melaju lebih cepat.
Bahkan ketika ada yang mau memberinya tumpangan pun, arah yang dilaluinya berbeda dari tujuan Jajaka Purwa. Hasilnya pun nihil.
Sang Supir yang melihatnya pun mendekati Jajaka Purwa.
"Sudahlah, Kawan! Jalanan di sini rawan, mereka tidak akan mau memberimu tumpangan. Sebaiknya kau sabar dulu dan duduklah di dalam mobil. Udaranya sangat dingin." Dia berniat baik.
Tapi Jajaka Purwa malah tidak menerima kebaikannya. Jajaka Purwa malah jadi emosi.
"Hei, kau tidak mengerti dengan perasaanku," ucap Jajaka Purwa membentaknya.
Tapi berhubung si Supir paham dengan apa yang dirasakan oleh Jajaka Purwa. Dia tidak terbawa emosi.
"Baiklah, terserah kau saja."
"Aku akan menyusulnya jalan kaki." Jajaka Purwa pun berkata demikian.
Si Supir sudah berlalu pergi untuk kembali memperbaiki mobilnya.