Dan anehnya, Asih merasa dirinya memang milik Jajaka Purwa. Asih merasa tidak hormat jika lelaki lain menyentuh dirinya.
Ini antara keyakinan mengakui dirinya adalah seorang istri yang harus menjaga diri. Termasuk dengan anak tirinya sendiri.
Bara tidak menghiraukan Asih. Dia malah tertawa-tawa sambil mencium aroma bau uang yang sekarang dipegangnya.
"Terima kasih ya. Senang bekerja sama dengan Anda," kata Bara sambil berlalu pergi.
Asih menatap Bara dengan tajam dan sedikit menggerutu.
Dan setelah Bara pergi, Asih menendang lemari di hadapannya.
"Sial! Dia ngeselin banget sih. Kenapa nasibku begini amat?" Asih meradang jadinya.
***
Setelah kepulangan Hani, rumah besar ini terasa lebih hangat.
Hani mencairkan suasana dengan beragam cerita menariknya, termasuk juga dengan kesombongannya yang dapat dilihat dengan mudah oleh semua orang.
Tapi dianggap sebegai bentuk kecerdasan oleh Ayah dan Ibu kandungnya.
