Jajaka Purwa pun semakin genit. Dia mencolek dagu Asih sambil tertawa.
"Kamu memang unik. Beda dengan istriku yang lain. Duh, istri solehahku. Kamu buat aku tergila-gila, Asih. Makanya, aku betah tiap hari di kamar kamu," kata Jajaka Purwa dengan deru napas yang tersenggal-senggal.
Asih tahu kalau di seisi otaknya sekarang pasti mesum semua.
Tapi Asih tidak boleh menolak dan membiarkan Jajaka Purwa menikmatinya.
Mengecup Asih sampai beberapa kali.
Dan tanpa ucapan juga. Asih hanya diam membisu, dan sesekali tersenyum.
Senyum yang dipaksakan.
Jajaka Purwa tahu itu, tapi dia tak peduli dan menganggap kalau reaksi Asih yang seperti ini terkesan lucu. Terlalu lugu, dan dia sangat suka dengan kepolosan Asih yang memang belum disentuh oleh siapa pun. Terkecuali oleh suaminya sendiri—Jajaka Purwa.
Setibanya mereka di lokasi tujuan, Pak Dadang dengan sigap langsung membukakan pintu mobil belakang agar Jajaka Purwa dan Asih bisa keluar.