Ingin sekali Asih menamparnya dengan keras.
Namun, Asih sudah telanjur melihat ada penyusup yang diam-diam mendengarkan percakapannya dengan Bara.
Asih menelan salivanya, terkesiap dengan sesosok lelaki yang kini sedang berdiri di ambang pintu dapur sambil memegangi gelas di tangannya.
Dia tampak syok.
Asih yakin dia sudah lama berdiri di sana dan mendengar seluruh percakapan Asih dengan Bara.
"Gimana? Mau gue percepat atau enggak hubungan lo sama si Miftah? Dan gimana kalau kita buat perjanjian. Lo bantuin gue, dan gue bantuin lo? Gue gak mau bermusuhan deh sama lo sekarang. Gue mau damai. Simbiois mutualisme, gimana?" Bara menawari.
Kali ini, Bara ingin mencoba peruntungan dengan melibatkan kepolosan Asih. Tapi tentunya juga agar Bara bisa mengendalikan Asih.
Bara harus memanfaatkan Asih dengan tepat, pikirnya.
Bara yang sekarang masih menunggu respon dari Asih, kemudian tersadar setelah dilihatnya ekspresi Asih sekarang yang tampak tegang.